/ she is the everything i was made to believe was asking too much /
🌔🌕🌖
"Gue balik, ya."
"Iya. Hati-hati."
"Beneran, nih?"
"Iyaa, Brian. Gih, udah malem."
"Iya, udah malem makanya dilepas dulu ini tangannya. Saya nggak bisa pulang, Neng Cantik."
"Eeh, iya, lupa! Tangan lo anget sih." Ayunda tertawa malu. Dengan sedikit berat hati, dilepaskannya tangan saya yang semalaman ini tidak berhenti bertautan dengan tangan mungilnya.
Lihat dia begitu, kini gantian saya yang dibuat tidak rela. Renyah gelak Ayunda kembali memecah heningnya kompleks malam ini, saat tangan saya kembali menarik tangannya.
"Pulang, Bri. Nggak pulang gue panggilin security nih."
"Kenapa ya, Yu? Sehari cuman dikasih waktu dua puluh empat jam?"
"Hah? Apa sih random banget tiba-tiba?"
"Ya, kan kalau lebih, pasti sekarang lo nggak bakal ngusir-ngusir gue karena jam malam kosan lo masih lama, kita juga masih sempet jalan-jalan keliling kota."
"Aduh." Ayunda memijat kening sok kesal, tapi saya tahu aslinya juga dia lagi mati-matian menahan senyum. "Lo pilih dipanggilin security apa ibu kos?"
"Hahaha... Ampun, deh, ampun."
"Brian? Ayu? Lo berdua ngapain di situ, njir??"
Saya dan Ayunda tersentak, bersamaan menoleh ke sumber suara yang rupanya dari dalam kosan. Itu Anya, di depan pintu kosan, dengan mata sipit yang semakin menyipit demi memastikan yang dia lihat sekarang betulan kami berdua.
Panik, Ayunda segera menarik paksa tangannya dari genggaman saya. Sekilas dia menoleh ke arah saya, memberi sinyal supaya saya cepat-cepat pulang sementara dia yang akan menjelaskan semuanya kepada Anya. Pun tanpa menunggu jawaban dari saya, dia buru-buru memasuki kosan dan menghampiri Anya.
"Anu, Nya... Itu, tadi gue sama Brian ketemu di kampus, terus pulang bareng. Tapi bawa motor sendiri-sendiri kok, tuh kalau nggak percaya pegang knalpot motor gue, masih panas."
Saya terkekeh tanpa suara. Bisa aja ngelesnya nih cewek.
"Iya, terus kenapa si Brian malah di sini? Nggak langsung balik ke kosan aja?"
"Kan nganterin gue dulu? Udah gelap tahu, Nya. Kalau di kompleks kita ternyata ada begal gimana?"
"Tapi, tadi gue nggak sengaja lihat lo berdua gandengan tangan. Ngapain coba gue tanya?"
Ayunda diam, tidak bisa mengelak dari pertanyaan Anya lagi.
"Gue aja deh yang diinterogasi, kasihan tuh temen lo nggak bisa ngeles lagi." Saya akhirnya angkat suara, lantas turun dari motor dan menghampiri mereka berdua.
"Ya, emang gitu harusnya dari tadi, Nyet." ujar Anya sebelum menarik kursi teras dan duduk di atasnya sambil pasang raut serius.
Ngeri nih bocah kalau mukanya udah gitu. Belum apa-apa, saya sudah merasa dihakimi duluan.
"Masuk gih, Yu. Ntar gue langsung pulang habis ngomong sama dia."
Ayunda mengangguk, kemudian menatap saya dengan tatapan prihatin seraya mengepalkan kedua tangannya di udara. "Semangat!" ucapnya setengah berbisik.
Ngeselin juga ya ternyata. Untung sayang.
"Ceritain semuanya. Dari awal. Buru." titah Anya setelah Ayunda masuk ke dalam. "Masih ada dua puluh menit sebelum jam malam." Ditunjuknya jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya ke arah saya, yang mana bagi saya gerakan kecil itu semakin mempertegang suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun and Moon
FanfictionIbarat sang surya dan rembulannya, Saya dan kamu dijauhkan Agar belajar lebih dewasa. Saya dan kamu diberi jarak Agar mampu pulih dari luka. Saya dan kamu dipertemukan kembali Agar menjadi insan sempurna. ©2019 • oldelovel
