Dua hari menjelang berakhirnya bulan November, pengusaha sekaligus pemilik Avery Club, Carl Johanson resmi menjadi walikota LA. Nahas, bukannya disambut dengan suka cita di hari pertama ia bertugas, keadaan justru terbalik. Kantor walikota dipenuhi para demonstran yang tidak terima jika Carl menjadi walikota mereka. Ini bukanlah yang pertama kali bagi Carl Johanson, beberapa bulan sebelum kampanye dimulai lima ratus demonstran datang merusak rumahnya tanpa ampun.
Aksi mereka teramat anarkis juga tak segan menggulingkan mobil mewah sang walikota, lalu membakarnya di tengah-tengah jalan. Bahkan melempari kantor walikota dengan granat bensin atau bom molotov.
Ratusan petugas polisi berseragam hitam telah dikerahkan, tetapi mereka kalah jumlah dengan demonstran yang datang semakin banyak dari sepenjuru jalan.
Pecahan kaca yang berasal dari bom molotov berserakan, kobaran api dari mobil-mobil yang mereka bakar membuat situasi semakin memanas. Dengan berlindung di balik riot shield, para petugas polisi bahu-membahu memukul mundur para demonstran yang dikenal sebagai Riot Chamber tersebut.
Riot Chamber, komunitas yang berasal dari berbagai kalangan, mereka didominasi oleh aktivis dan pemuda-pemudi pelarian. Ciri khas mereka ada pada pakaian yang memiliki logo ala bajak laut di bagian belakang baju. Tak ada yang tahu siapa pemimpin dan siapa yang menjadi sang provokator. Setiap beberapa dari mereka ditangkap oleh polisi, mereka memilih dipenjara daripada harus mengatakan hal sebenarnya.
Terlepas dari segala kekacauan itu, ada satu orang pemuda yang terjebak di antara kedua kubu. Ia baru menginjakkan kaki di peradaban setelah nyaris dua bulan melakukan pencarian blackbox pesawat yang hilang di pedalaman Hutan Gorge.
Pemuda itu terpaksa menerobos kerumunan dan merelakan tubuhnya didorongan serta menerima pukulan oleh orang-orang itu hingga sudut bibirnya berdarah.
Tidak sampai di sana penderitaanya, dua buah bom molotov meledak di dekatnya. Satu mengenai seorang petugas polisi yang langsung berlari dengan api yang berkobar ganas di pakaiannya.
Menyadari lidah api yang turut menari-nari di pundak kirinya, pemuda itu pun berlari menuju mobil pemadam kebakaran. Kucuran air dari petugas yang berdiri di atas mobil tersebut akhirnya memadamkan api yang nyaris membakar kulitnya.
"Ikuti aku!" teriak salah seorang petugas yang ia kenal bernama Stuart Barnes.
Pemuda itu berlari mengikuti langkah sang petugas, semakin jauh ia berlari, sedikit demi sedikit suara riuh dari para demonstran itu berkurang.
"Arah barat!"
Mereka berpisah di persimpangan jalan nan sepi, petugas itu kembali ke lokasi demonstrasi meninggalkan pemuda itu di depan toko roti.
"Welcome to the hell, ya?" batinnya. Pekerjaan menunggu dan masalah sudah bermunculan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDSMAXX [END]
Action"Roses are violet, you're traitor, i'm a suspect." Kelompok mafia buronan paling diburu 'The Nero' muncul dengan membawa rencana jahat yang terdengar mustahil, tetapi nyata adanya. Bersamaan dengan itu, 'Riot Chamber' perkumpulan kriminal misterius...