Part 35

17 4 1
                                    

Mike menggendong Sofia yang syok lalu tak sadarkan diri, sedangkan Stuart dengan suka rela membawa mayat Luke di punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mike menggendong Sofia yang syok lalu tak sadarkan diri, sedangkan Stuart dengan suka rela membawa mayat Luke di punggungnya. Pada pukul dua siang, pasukan gabungan membantai habis anak buah Eduardo dan beberapa yang tersisa diamankan untuk diinterogasi. Mereka juga menemukan kapal pesiar di pelabuhan yang menjadi markas lain anak buah Eduardo. Letaknya tak jauh dari hotel Prescott.

Mike membaringkan Sofia di bangsal ambulans. Jika Sofia telah dibawa keluar. Berbeda dengan Alicia yang enggan ikut bersama mereka. Jelas, di luar aman. Namun, ia datang kemari bukan untuk melarikan diri ketika peperangan baru saja terjadi. Tekadnya sudah bulat.

Alicia membuka satu per satu pintu, lalu ia menemukan pintu besar di akhir koridor sebelah kanan. Pintu berkerit, padahal ia membukanya dengan pelan agar tidak menghasilkan suara. Kewaspadaannya meningkat, pistol Glock 20 favoritnya berada di tangan Jane.

"Alice...."

Darah berceceran di lantai seputih marmer. Alicia nyaris tidak mengenali sang mentor. Wajahnya penuh dengan darah, entah itu darahnya sendiri atau orang lain.

Alicia menutup mulutnya dengan tangan kanan. Bukan hanya Marianna, tetapi juga kondisi Marina tak jauh berbeda. Mungkin saja lebih parah. Tidak jauh dari mereka, Black alias Fiona masih bertahan dengan luka di perut dan kelihatannya ada di sekujur tubuh. Namun, wanita itu masih bisa berdiri dan menyeringai melihat Alicia yang terkejut.

"Aku sudah bosan bermain-main." Fiona berdiri.

Kini tibalah waktunya. Alicia menyambut tantangan wanita itu.
Takut berubah menjadi perasaan untuk mengakhiri wanita di depannya. Ia membuka pertarungan dengan sebuah tendangan. Namun, berhasil ditangkis oleh Fiona. Seperti yang ia katakan, ia bosan bermain-main. Alhasil, Fiona mengambil pisaunya yang tergeletak di lantai. "Pertama kau, lalu dua Rekhanova ini."

"Serang perutnya," ucap Marina.

Sasaran yang bagus adalah perut, di sanalah titik terlemah Fiona saat ini. Tusukan Marianna cukup dalam, itu bisa melemahkan bahkan melumpuhkan Fiona jika menyerang di waktu yang tepat.

Sulit mencari celah ditambah Fiona memiliki sebuah pisau. Berkali-kali Alicia mencoba menyerang ke arah perut, berkali-kali pula ia menahan perih tersayat pisau.

"Tenang, Alicia...." Gadis itu mundur beberapa langkah untuk mengambil jarak serangan. Jika ia tidak bisa langsung menyerang perut Fiona, itu artinya ia harus menjauhkan pisau tersebut darinya.

Tersisa dua langkah, Alicia memusatkan kekuatan di kaki kirinya. Satu tendangan dilayangkan. Menjatuhkan pisau itu dari genggaman diikuti suara pelan tulang patah. Alicia mengambil kesempatan, ia memukul perut wanita itu bertubi-tubi.

"Sia ... lan...." Fiona memuntahkan darah, lalu tumbang. Tetapi ia masih memiliki sedikit kesadaran. "Setidaknya ... kita semua akan mati bersama."

Marina memapah Marianna. Dengan susah payah mereka mendekati Alicia.

Fiona tertawa lemah, menyadari siapa yang baru saja bergabung. Sergei datang dengan bom yang dilekatnya di rompi balistiknya. Kedua tangannya turut diborgol.

REDSMAXX [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang