Part 28

13 4 1
                                    

"Berapa lama lagi aku harus berlari?" Sofia menyeka keringat di dahi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berapa lama lagi aku harus berlari?" Sofia menyeka keringat di dahi. Jalur bawah tanah berkelok begitu sempit dan pengap serta berbau aneh.

"Kau mengidap claustrophobia, Sofia?" ucap Marianna yang sejak tadi berusaha membuka pintu di atas kepalanya.

"Clausro, apa?" celetuk Alicia dengan wajah polosnya, kemudian disambut tawa oleh Sofia.

Marianna memutar mata, untuk ke sekian kalinya ia mencoba mendorong pintu itu dan akhirnya berhasil setelah nyaris membuatnya tersulut emosi. Sebuah tangga lipat diikuti salju jatuh, Marianna menjadi yang pertama naik, disusul Sofia dan Alicia.

"Claustrophobia itu rasa takut akan ruangan yang sempit dan tertutup," jelas Marianna kemudian.

"Aku takut, tapi tidak setakut hingga merasa sesak," timpal Sofia.

Lima menit berselang, tak satu pun dari ketiganya yang bersuara. Hanya sol sepatu yang beradu dengan aspal yang telah dibersihkan dari tumpukan salju mengiringi perjalan.

Mendekati perbatasan antara kota Kingsley dan California cuaca dingin bersalju sedikit demi sedikit berkurang, Alicia dan Sofia bernafas lega bisa keluar dari kota kecil Kingsley. Walau di tempat asal Alicia dan Sofia sering merasakan musim dingin, keduanya tak terbiasa dengan cuaca dingin yang ekstrim hingga menyentuh minus derajat. Berbeda dengan Marianna yang tumbuh di negara bercuaca dingin nan ekstrim, Rusia. Bahkan nampak jelas dari cara ketiga perempuan itu berpakaian, Alicia dan Sofia cenderung berpakaian tebal atau berlapis-lapis. Sedangkan, Marianna hanya mengenakan kaos hitam polos, jaket kulit dan jins berwarna senada.

"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi jika hal buruk terjadi aku tak akan marah jika kalian melarikan diri sebelum itu datang."

Alicia dan Sofia saling menatap satu sama lain, Marianna mendadak aneh ataukah mereka  benar-benar tak tahu sosok wanita itu sebenarnya. Terutama Alicia yang sudah cukup lama bersama mentornya itu. Kata-kata yang terlontar bagaikan sebuah peringatan. Namun, juga terdengar seperti Marianna menyadari sesuatu, tetapi enggan mengatakannya kepada siapapun.

Marianna melambaikan tangan, melihat sebuah mobil berbak terbuka hendak melintas di depannya. Beruntung, sang pengemudi berbaik hati dan memperbolehkan mereka menumpang hingga ke pusat kota.

Tiba-tiba, Marianna menatap Sofia dengan tatapan tak biasa. Wanita itu tidak terlalu dingin seperti Marina, justru ia banyak berbicara. Namun, ketika Marianna menunjukkan sisi dinginnya, rasa gugup bercampur takut langsung menyerang Alicia.

"Apa alasanmu mengikuti Catarina, uang, kekuasaan atau ada motif lain?" Datar dan dingin, sangat jelas didengar walau di tengah laju kendaraan dan terpaan angin.

Sofia meneguk ludahnya susah payah. "Kakak ... ak-aku mencari kakakku, Luke."

Marianna tersenyum tipis, tetapi tetap saja kesan mengintimidasi masih terasa. Kini tatapannya beralih kepada Alicia yang terdiam. "Kuharap jangan menomor satukan dendam, apapun masalah kalian. Kita tidak bisa egois jika tetap ingin bersama-sama, karena orang yang kita hadapi bisa mempengaruhi kalian melalui emosi."

REDSMAXX [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang