Suara letusan senjata menggema disusul ledakan yang cukup memekakan telinga, kepulan asap hitam turut membumbung.
Teriakan kepanikan pejalan kaki mengiringi pengunjung restoran yang berlarian untukmenyelamatkan diri.Alicia Gerald menyimpan kembali pistolnya di balik jaket. Lagi-lagi targetnya lolos dan meninggalkan kekacauan. Ketika ia hendak beranjak ada seorang wanita berteriak histeris.
"Anakku!" ucap wanita itu dengan suara parau. Beberapa pria menahannya agar tak berbuat nekat.
Sirene terdengar samar dari kejauhan, kemacetan menghambat mereka yang hendak melakukan aksi penyelamatan. Alicia tak mempunyai pilihan, wanita itu membutuhkan seseorang untuk menolong anaknya yang terjebak di dalam restoran.
Menatap ke sekitar tidak satupun orang dewasa yang berani beranjak. Gadis itu menghela nafas. Ia memang sulit untuk tidak bersikap egois dan fokus hanya pada misi, meskipun banyak kemungkinan buruk akan menambah beban perburuannya.
Alicia menerobos kobaran api. Teriakan orang-orang yang memprotes kenekatannya pun terdengar mengiringi aksi.
Hawa panas menusuk kulit, asap menghalangi pandangan. Alicia terjebak di tengah-tengah ruangan, di setiap sisinya hanyalah api yang melahap dinding restoran yang di dominasi kayu. Tersisa dua meja panjang di depannya dengan lidah api mulai menjilati bagian atas meja dan kursi.
"Ibu...." Suara lemah terbatuk-batuk terdengar tak jauh dari posisinya. Seorang anak perempuan berusia enam tahun merangkak dari bawah meja sambil tersedu dan menatap Alicia ragu.
Alicia tak ingin membuang waktu, ia melepas jaket dan menjadikannya perisai untuk melindungi anak itu dalam dekapannya. Ia terbatuk kecil, jalan keluar tertutup kobaran api, nyaris saja tanpa celah. Ia mengeratkan dekapan dalam satu tarikan nafas lantas berlari menembus hawa panas yang membelai pipi.
Alicia merasakan sensasi panas setelah pergelangan tangannya bersentuhan dengan besi penyangga pintu yang hampir jatuh menimpanya. Ia menghela nafas.
Sirene terdengar mendekat, riuh tepuk tangan dan tangisan haru ibu dari anak itu menyambutnya. Alicia meletakan anak itu di atas trotoar.
Dua orang petugas polisi mendekat sambil membawa tandu, kemudian disusul seorang lelaki muda berompi merah khas paramedic. Alicia melirik cepat id card yang menggantung di saku rompi lelaki itu.
Aleksander, sosok dokter yang nampak begitu muda dari yang lainnya. Ia langsung memasangkan masker oksigen, lalu berkata, "Nyonya, putri Anda mengalami luka bakar tingkat tiga. Jadi, perlu penanganan lebih lanjut."
Wajahnya tak menunjukan raut emosi berlebih seperti bersimpati. Namun, suaranya begitu tenang dan memberikan kepastian bahwa gadis kecil itu akan baik-baik saja.
"Terima kasih." Ibu dari anak itu menatap sang paramedis serta Alicia bergantian. Gadis berdarah Jerman itu pun menanggapinya dengan seulas senyuman tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDSMAXX [END]
Action"Roses are violet, you're traitor, i'm a suspect." Kelompok mafia buronan paling diburu 'The Nero' muncul dengan membawa rencana jahat yang terdengar mustahil, tetapi nyata adanya. Bersamaan dengan itu, 'Riot Chamber' perkumpulan kriminal misterius...