Part 23

13 3 0
                                    

Dua melawan sepuluh orang berpakaian khas Riot Chamber

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua melawan sepuluh orang berpakaian khas Riot Chamber. Frank mengisi peluru pistolnya untuk yang terakhir kali. Di balik tiang beton setebal satu meter ia berlindung dari rentetan tembakan dari kesepuluh orang itu.

Tak jauh darinya, Marianna yang telah kehabisan peluru mengeluarkan sebuah granat dari saku mantelnya. Ketika enam dari sepuluh orang itu berjalan secara bersamaan menujunya, Marianna mencabut pin granat dan melemparkannya tepat ke depan mereka. "Jangan terlalu percaya diri, Bung."

Ledakan tak terelakan, menghancurkan kaki sang lawan. Tiga orang lainnya berhasil Frank lumpuhkan dan tersisa satu orang yang telah melarikan diri.

"Ini hanya sembilan, di mana satu orang lagi?" ujar Marianna. Tatapannya menyusuri basement yang kosong.

"Mungkin melarikan diri," jawab Frank setengah tak yakin.

"Jangan katakan mungkin, jika hatimu mengatakan hal lain."

Frank melihat jelas sifat dingin khas seorang Marina di sosok Marianna. Walau wanita itu terkadang membuatnya jengkel, tetapi kali ini Frank merasa berhutang budi atas bantuan wanita itu hari ini.

Pria itu memeriksa satu per satu mayat yang bergelimpangan, berharap ada barang bagus yang bisa ditemukan. Sedangkan Marianna, menyandarkan punggungnya ke tiang beton sambil memainkan pisau komando.

Keduanya fokus dengan kesibukan masing-masing. Hingga salah seorang pria yang Frank kira melarikan diri keluar dari persembunyiannya di balik pilar beton tak jauh dari pintu keluar.

Cahaya laser merah dari sepucuk pistol mengarah ke punggung kepala Frank, satu-satu yang menyadari itu adalah Marianna. Letusan menggema, bersamaan dengan Marianna yang berlari ke arah Frank yang menoleh dan bergerak satu langkah ke kanan.

Peluru tak menembus kepala, sebagai gantinya mengenai dadanya. Marianna mencabut pistol dari pinggang Frank, lantas menembakannya ke arah pelaku yang hendak melarikan diri. Satu tembakan pun berhasil mengenai kepala.

Di tengah rasa sakit, Frank meraba saku dalam mantelnya. "Tolong ... jaga ini ... jangan sampai jatuh ke tangan orang yang salah."

Tubuhnya melemas, Frank menahan sakit teramat sangat.

"Tenangkan dirimu!" Marianna mencoba menekan luka Frank, tetapi agaknya luka di tubuh pria itu cukup dalam membuat darah tak henti mengalir.

"Ambil ini dan tinggalkan aku, cepat!"

Marianna menyimpan gulungan dokumen ke dalam saku mantelnya, lantas ia memapah Frank keluar. "Persetan dengan kata 'tinggalkan aku'," gumamnya kesal.

Frank tertawa lemah. "Seandainya Marina seperhatian dirimu."

Marianna tersenyum miring, untuk pertama kalinya ia mendengar lontaran godaan dari mulut pria itu. "Sepertinya kau memilih mati di tanganku."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REDSMAXX [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang