2. Riot Chamber & The Nero

151 31 8
                                    

"Apakah harus ada seseorang yang berinisiatif masuk dengan penyamaran?" Jack menulis di buku cacatan kecilnya secara acak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah harus ada seseorang yang berinisiatif masuk dengan penyamaran?" Jack menulis di buku cacatan kecilnya secara acak. Dan pastinya bukan polisi apalagi agen FBI," lanjutnya lantas berhenti.

Frank menyesap kopi hitamnya yang mulai dingin lantas menatap sepasang remaja yang duduk di seberangnya dengan malas. "Maksudmu seperti orang aneh itu?" sindirnya.

Sindiran biasa yang tak berdampak sedikitpun. Rencana yang dipikirkan Jack membuat Blaze dan Jane tersadar.

Blaze mengetuk-ngetukan telunjuk kirinya di meja kayu kafetaria. "Resikonya cukup besar, tapi aku sudah bertemu seseorang yang menjadi tanda tanya bagi semua orang. Dia seorang wanita."

Frank tersedak hingga kopi yang hendak ia teguk mengotori kameja putihnya. Bagaimana bisa ia mengatakannya dengan begitu tenang?

Wajah pemuda itu tak menyiratkan rasa khawatir dan ketakutan. Rumor mengatakan bahwa pemimpin komunitas Riot Chamber adalah seseorang yang tak segan membunuh. Entah itu para penegak hukum dan anak kecil sekalipun. Walau itu sekedar rumor, menjadi sosok pemimpin komunitas pemberontak seperti itu kebanyakan berperangai sadis, bukan?

"Rumor tetaplah rumor, Frankie. Dia berbahaya, tapi bukan dari sudut lawan," ucap pemuda itu pelan, ia sedikit bisa membaca raut wajah Frank yang penuh tanya, terkejut sekaligus kebingungan.

Blaze bertemu dengan pimpinan Riot Chamber tanpa harus menyusup ke markas mereka yang tidak pasti keberadaanya di mana. Terkadang sekuat apapun tidak terlibat mereka malah mendekat dan secara tak langsung melibatkannya ke dalam masalah.

Jane hanya menjadi sang pendengar ulung. Sesekali melirik wajah rekan-rekannya yang mulai sibuk dengan pikiran masing-masing. Peristiwa kemunculan Riot Chamber layaknya konspirasi, mengalihkan beberapa hal dalam sekejap. Bermula dari sebuah berita misterius yang tiba-tiba muncul di headline situs berita ternama. Terdeteksi sebagai serangan peretas yang meninggalkan jejak simbol topeng merah menyala. Sekedar menarik perhatian? Pengalihan?

"Bagaimana dengan penyerangan di malam itu?" Ucapan Jack seketika mengubah suasana ruangan bak film horor nan mencekam.

Frank mengusap tengkuknya, merinding disertai gelojak samar di perutnya. Misi seminggu yang lalu menjadi salah satu yang tak terlupakan bukan karena berkesan, tetapi sangat buruk jika terus dikenang.

Ia dikejar wanita misterius ketika ia menyelidiki rumah yang menjadi markas anak buah mafia Italia, The Nero. Rumah semi permanen yang menyimpan tubuh-tubuh tak bernyawa di setiap bilik kamar dan dihuni tiga orang sakit jiwa yang tidak segan melemparinya dengan pisau jagal.

Frank yang kehilangan pistolnya harus berlari tanpa henti mencari perlindungan, sebelum wanita itu menghujami tubuhnya dengan senapan serbu, tetapi setidaknya ia patut berbangga hati, perjuangan tidaklah sia-sia. Ia menemukan sepucuk surat kusam yang menjadi pembungkus sepotong benda mirip chip komputer berwarna hitam.

Jack berdehem, membuyarkan lamunan pria berdarah Perancis-Amerika itu. "Beruntung aku berhasil menemukan jejak darah di salah satu bagian chip."

Tanpa menunjukan raut emosi di wajahnya dan menatap sang lawan bicara, Jane berkata, "Dan sel kulit mati yang ditemukan Blaze di surat itu milik Carl Johanson."

Frank mengangguk-anggukan kepala, lalu kembali menyesap kopinya dengan hati-hati.

Kasus semakin rumit. Karena Carl Johanson menolak untuk sekedar datang ke markas BII. Apa ia pergi ke Perancis atau Italia dalam tahun ini atau tidak masih menjadi misteri. Namun, agaknya pria itu cukup disibukan dengan berita miring tentang kecurangannya ketika kampanye beberapa bulan lalu yang kembali menyeruak ke permukaan.

Terlepas dari itu, organisasi pertahanan Amerika Serikat menyebar di beberapa titik di negara Eropa dan Asia untuk memburu terduga anggota penting The Nero.
Sedangkan untuk menangkap sang pemimpin Riot Chamber, menteri pertahanan membentuk tim khusus beranggotakan tim pilihan secara diam-diam, tetapi apalah itu akan berhasil?

Sudah banyak petugas polisi yang harus rela pensiun dini karena cedera parah.

Frank menegakkan punggungnya, sebelum ia berdiri, pria itu berkata, "Terlepas dari segala misteri, apa kalian sadar matahari sudah terbit?"

Tak terasa tiga jam lebih terlewati, Jack dan Jane memakai kembali jas laboratorium mereka. Sebelum keduanya pulang sekedar untuk membersihkan tubuh, mereka harus merampungkan beberapa pekerjaan di laboratorium.

"Sampai nanti, di pertemuan selanjutnya," ucap Jack sambil mengukir seulas senyuman ramah.

Mereka berpisah di luar kafetaria. Kecuali, Blaze dan Jane.

"Aku bertemu denganya lebih dari sekali di hutan Gorge." Ia memasukkan tangan kirinya ke saku jaket.

Jane melirik sahabatnya itu dari sudut mata. Jika Natasha mengetahui keterlibatan Blaze yang melampaui batas, tepatnya melanggar prosedur organisasi. Maka ada hukum yang akan bertindak. Seperti Blaze yang kembali dikirim ke suatu tempat nan jauh dari peradaban, hutan Gorge.

Seperti tujuh tahun silam dan dua bulan yang lalu. Gadis itu tahu Blaze mempunyai sejarah kelam yang tak diketahui banyak orang, selain dirinya.

Jane juga menjadi saksi atas kematian seorang pria di tiang gantung ketika umur mereka baru menginjak sepuluh tahun. Pria itu bukanlah orang asing baginya, ia adalah sosok pria penyayang dan tegas. Pemilik senyum ramah dan tak segan mempertaruhkan nyawa untuk menegakan kebenaran. Sekaligus pria ternaif yang ia kenal.

"Halaman empat belas, alenia kedua di buku karangan Profesor Marina terhebat, cobalah melampiaskan emosi yang terbenam di dalam dirimu dan lakukan sebelum semuanya terlambat."

Jane menepis rangkulan Blaze, gadis itu tersenyum. Sungguh, ia tak ingin mendengarkan pidato dadakan dari mulut pemuda itu. Blaze selalu bertingkah aneh, menutupi kebingungan akan suatu hal dengan sikap tidak biasa.

Blaze berbahaya lebih dari penampilannya yang mencerminkan remaja pemberontak. Karena sikapnya yang berubah-ubah, keluarga sampai dirinya yang mengenal lama akan sosok pemuda itupun kesulitan untuk mendeteksi ada apa gerangan di balik segala tindakan tak biasa anak bermarga Rekhanov tersebut.

 Karena sikapnya yang berubah-ubah, keluarga sampai dirinya yang mengenal lama akan sosok pemuda itupun kesulitan untuk mendeteksi ada apa gerangan di balik segala tindakan tak biasa anak bermarga Rekhanov tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REDSMAXX [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang