3. a Woman

90 18 2
                                    

Ada dua hal yang membuat Frank sangat bahagia hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada dua hal yang membuat Frank sangat bahagia hari ini. Pertama, berhasil melewati fase krisis keuangan di akhir bulan dan kedua, usaha agar diperhatikan wanita pujaannya berhasil. Pria itu tak bisa menyembunyikan senyumannya barang sedetik pun.

"Sekarang level idiotmu setinggi IQ Profesor Marina." Blaze tergelak, tawanya mengundang sang empunya nama bergabung. Marina Rekhanova, profiler yang juga bekerja sebagai dosen psikologi di salah satu universitas di LA.

Senyum bahagia Frank luntur melihat sosok wanita berkameja hitam dengan rambut dark blond dikucir menatapnya tajam. Ah, apalagi yang ia harapkan dengan perempuan BII? Mereka terlihat kejam, meski sebatas tatapan.

Dulu sekali Frank pernah menyatakan perasaannya pada wanita yang seumuran dengannya itu, tetapi belum selesai kalimat pernyataan cinta terucap, sebuah penolakan tercetus dari mulut Marina.

"Meski kau laki-laki terakhir di dunia ini, aku lebih suka menatap diriku sendiri di cermin untuk seumur hidup."

Marina bagaikan permata yang tertimbun es abadi, ia lebih suka menyendiri daripada harus berpura-pura peduli. Wanita itu juga mempertahankan kebiasaan masyarakat tradisional Rusia. Jangan tersenyum dan jangan pernah mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, khususnya pria. Dirinya jelas tidak ramah pada semua orang, karakteristik wajahnya pun juga tak menunjukkan kelembutan.

"Temui aku di ruanganmu," ucapnya.

"Al ... right." Blaze menjawab dengan tanda tanya luar biasa besar di hatinya. Ini adalah hal tak biasa sekaligus mencurigakan.

Frank menghela napas lega. Kemudian kembali tersenyum bagaikan anak remaja yang dimabuk cinta.

"Menggelikan sekali." Blaze mengusap-usap tengkuknya, berpura-pura merasa merinding.
Andai saja Jack serta Jane tidak sibuk, betapa menyenangkannya mengejek Frank beramai-ramai. Ah, sepertinya kali ini terlewati begitu saja. Mereka dibuat sibuk sampel darah yang menumpuk.

Blaze meninggalkan pria itu seorang diri di koridor berserta khayalan tak berujung. Bergegas menghampiri Marina sebelum dirinya mendapat siraman rohani gratis.

Blaze langsung duduk di kursi kerjanya, tangan dilipat sebatas dada. Sebelah alisnya terangkat.

"Jadi ada apa gerangan, Profesor?" ucapnya penuh penekanan pada gelar wanita itu.

Marina menyambut dengan tatapan datarnya nan khas. Image-nya memang dingin, tetapi hatinya tak menampik kekesalan jika menghadapi remaja dengan kenakalan tidak biasa seperti keponakanya itu.

Berdiri menatap pemuda itu sendu, tangan kanannya spontan mengusap pelan kepala Blaze, hal yang biasa ia lakukan ketika hanya berduaan.
Di sisi lain, Blaze langsung menambah kadar curiganya.

"Aku ingin meminta bantuanmu secara pribadi." Wanita itu kembali serius.

Baiklah, pagi ini matahari terbit dari timur bukan dari barat. Itu artinya dunia belum kiamat ketika Marina mengubur dalam egonya untuk sekedar meminta pertolongan secara pribadi.

REDSMAXX [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang