Part 18

14 4 0
                                    

Layar laptop di atas meja menayangkan berita terkini dari salah satu stasiun televisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Layar laptop di atas meja menayangkan berita terkini dari salah satu stasiun televisi. Nyaris semua media massa menyebarkan berita yang serupa tentang aksi dua hari lalu. Ada yang mengaitkan dengan teori konspirasi dan berakibat pada Carl Johanson yang harus bertugas bersama segerombolan petugas keamanan khusus pemerintahan.

Blaze mengasah pisaunya hingga tampak mengkilap ketika terpapar cahaya lampu LED. Berita berbau politik dan anarki tak akan ada habisnya, media tidak peduli benar atau salah. Bagi mereka sesuatu yang viral dan hebat dapat menaikkan rating popularitas.

"Sungguh menggelikan," pikirnya di dalam hati.

Dirasa cukup, ia kembali memasukan senjata tajam itu ke waist holster-nya.
Pisau adalah salah satu benda favoritnya, ia memilki lebih dari satu lusin pisau bermacam jenis dan yang sering ia gunakan adalah eickhorn dan butterfly knife.

Blaze kembali duduk menghadap laptopnya. Pemuda itu menyeringai lantas memuji Jack di dalam hati. Persis seperti apa yang ia harapkan, pria itu berhasil menyalin data dari laptop Alana tanpa ketahuan.

Ia sama sekali tak terkejut, jika wanita itu akan terlibat. Kelainan mental yang diderita oleh Alana mengambil alih. Wanita tersebut semakin berambisi untuk menjadi seorang yang berpengaruh hingga tidak dapat membedakan mana yang benar dan salah.

Blaze menutup laptopnya lantas memasukkannya ke dalam tas punggung bermotif loreng dan memanggulnya. Ia berjalan mengendap-endap keluar dari rumah persembunyian dokter Xhapier. Pemuda itu menatap lantai dua rumah, kemudian meyakinkan diri bergerak sebelum pagi datang.

Los Angeles memang kota nan gemerlap yang tak pernah tidur, tetapi jarak rumah persembunyian cukup jauh dari keramaian. Di tengah malam tidak ada transportasi umum yang melintas. Ia memilih berjalan kaki daripada menggunakan mobil, karena pemuda itu sengaja meninggalnya untuk Jane dan Alicia. Jika sesuatu di luar kendali datang, kedua gadis itu bisa menggunakannya untuk melarikan diri.

Menarik nafas dalam, rasa bersalah pun datang. Jane dan Alicia tak pernah lepas dari pikiran, ia merasa telah berbuat jahat pada kedua gadis tersebut. Sebagai gantinya, kemarin sore ia meninggalkan sepucuk surat di atas meja ruang tengah. Menyatakan bahwa sebaiknya mereka tak usah mengkhawatirkan dokter Xhapier dan pergi meninggalkan rumah sebelum beberapa pihak berhasil mengendus keberadaan ilumuwam itu.

Dan mungkin saja, Jane akan marah besar terhadapnya yang tak mau berterus terang. Serta Alicia yang harus kembali berjuang sendirian mengejar Black Cat.

"Seharusnya aku mengatakannya secara langsung," ujar pemuda itu.
Keluar dari area perumahan yang berdekatan dengan pesisir pantai. Beberapa mobil terlihat melintas silih berganti hingga sebuah mobil suv menepi. Seorang pria keluar dari pintu kiri, lantas membuka kap depan mobil memeriksa apa ada yang salah dengan mesin mobil tersebut.

Blaze melirik jam tangan pintarnya, waktu menunjukkan pukul duabelas lewat limabelas menit. Klub Jewelry sebagai tempat yang ia tuji akan tutup pada pukul empat dini hari. Tak akan memakan waktu yang lama, jika ia menolong orang itu, bukan?

"Apa ada yang bisa kubantu?"

Pria itu menoleh lantas tersenyum. Senyumannya terlalu lebar untuk dikatakan sebuah senyuman, mungkin lebih tepatnya sebuah seringai pertanda bahwa Blaze adalah mangsa yang siap diterkam.

Blaze menyadari itu, akan tetapi ia memilih diam. Dan turut serta melihat apa ada yang salah dengan mobil itu.

"Ah---tidak perlu mengotori tanganmu, Nak. Cukup bantu aku men-starter."

Pria itu mendorong pelan pundak Blaze, memaksanya untuk mengikuti perintahnya barusan.

Blaze mulai merasa tak nyaman, tetapi ia tidak memiliki niat untuk segera beranjak pergi atau melarikan diri. Ketika ia hendak membuka pintu mobil, seorang pria lainnya yang bersembunyi di belakang mobil, menyergapnya dari belakang. Tanpa sempat mengelak pria yang pertama kali ia lihat, memborgol kedua tangan hingga Blaze terpojok oleh dua orang pria bersetelan hitam.

"Cepat masuk!" titah kedua pria itu nyaris bersamaan sambil menodongkan pistol mereka ke arah punggung kepala Blaze.

Salah satu dari mereka duduk di kursi kemudi dan sisanya duduk bersama Blaze di belakang. Pemuda itu memilih diam menatap jalanan di luar.

"Anak ini bahkan tak melawan, benar-benar unik."

Blaze melirik pria di depan dan di sampingnya bergantian. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, tak ada lagi jalanan nan ramai. Mereka telah menjauh dari pusat kota dan tiba di daerah Kingsley yang bersalju. Beberapa kali mobil nyaris kehilangan kendali akibat jalanan yang licin ketika kecepatan mobil berangsur pelan, itulah kesempatan untuk melarikan diri.

Pemuda itu melayangkan tendangannya ke arah kepala sang pengemudi, membuat mobil kehilangan kendali dan keluar dari jalur. Sebelum pria yang duduk di sampingnya sempat mengeluarkan senjata, Blaze melayangkan sikutnya, lantas membenturkan kepala pria itu ke jendela mobil.

Pintu mobil mendadak macet, pria yang duduk di kursi kemudi turut tak sadarkan diri. Blaze berusaha menendang pintu mobil berharap ia bisa terbebas, sayangnya itu sulit untuk ia lakukan. Area yang sempit dan kakinya terlalu panjang menyulitkan pergerakannya. Di tambah tangannya masih terborgol.

Mobil yang semula memelan kembali melaju cepat, pria di depannya tak sadarkan diri, tetapi bukan berarti kakinya tidak menjauh dari pedal gas.

Tak ada pilihan, tetapi sudah terlambat untuk memecahkan kaca jendela dengan sikutnya. Mobil yang terus melaju menabrak pembatas jalan dan meluncur bebas ke jurang nan terjal. Blaze melindungi kepalanya dari benturan dengan kedua tangannya. Tak sampai di situ, mobil yang berguling cepat menghantam sebuah pohon. Itu menghentikan laju, tetapi turut mendatangkan masalah baru. Kepulan asap keluar dari bagian depan mobil dan tak lama kemudian suara percikan api terdengar.

Blaze tak memiliki luka berarti, hanya beberapa bekas sayatan pecahan kaca di kedua tangan dan luka kecil di dahi. Jantungnya berdetak cepat, keringat menetes disertai darah segar di dahi. Blaze menendang kembali ke arah pintu mobil dan berhasil terbuka.

Ia merangkak keluar, lalu menjatuhkan diri di atas salju. Menarik nafas sejenak, kemudian berdiri dengan susah payah.

"Matilah kau, Anak Sialan!"

Salah seorang pria yang ia kira masih tak sadarkan diri kembali menyergapnya dari belakang dengan sebilah pisau di arahkan tepat ke leher.

Mobil mulai memperlihatkan tanda-tanda hendak meledak dan jarak mereka hanya satu meter dari kendaraan roda empat itu. Blaze melirik ke bawah dengan cepat, lalu melayangkan tendangan menggunakan tumitnya.

Bunyi ledakan memekakan telinga, tubuh mereka terpental beberapa meter dari lokasi. Darah mengucur deras dari punggung, sensasi terbakar turut menyiksa fisik. Sejenak ia terbatuk-batuk mengeluarkan darah, kemudian terkulas lemas di atas salju yang telah bercampur dengan cairan merah kental itu.

 Sejenak ia terbatuk-batuk mengeluarkan darah, kemudian terkulas lemas di atas salju yang telah bercampur dengan cairan merah kental itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REDSMAXX [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang