AUFK-3

10.6K 456 0
                                    

"Wanita itu sama halnya seperti anak kecil, ingin dimanja dan diberi kasih sayang."

-Ana Uhibbuka Fillah Komandan-

****

Seselesainya mereka menonton, Zel mengajak Fari menuju game master untuk sekedar bermain. "Lo apaan sih Zel malu tau main ke game master kaya gini. Sadar umur dong." Ujar Fari kesal.

"Ya elah, lagiankan mainnya bukan bagian odong-odongnya. Kita kan bisa main basket, mobil atau lainnya. Toh yang pacaran juga suka main kaya ginian. Lah masa ini ngajak adiknya main gak mau. Lagian Zel masih kecil kali, kan kakak sendiri yang bilang kalau Zel masih bocil." Ujar Zel membela diri.

Fari pun menghela napasnya dalam. Memang salahnya berkata jika Zel bocil. "Iya, iya. Dasar bocil." Ujar Fari pasrah.

Akhirnya Fari pun mengalah dan ikut bermain bersama Zel. Saat tengah bermain basket Zel tidak sengaja melemparkan bolanya terlalu keras hingga memantul dan mengenai seorang pria. Duh mampus gue. Batin Zel.

"Em, maaf yah. Eh, tadi aku nggak sengaja lemparnya terlalu keras jadi mantul." Ujar Zel masih menundukan kepalanya karena ketakutan.

Pria itu melihat Zel dengan tatapan intensif membuat Zel semakin ketakutan. Duh nih cowo ngapain sih ngeliatin gue kaya gitu. Makin bikin gue takut deh. Batin Zel semakin ketakutan.

"Yusuf." Panggil Fari dari kejauhan. Hah, Yusuf? Apa jangan-jangan kak Yusuf sahabatnya kak Fari lagi? Batin Zel. Zel pun memberanikan diri mengangkat kepalanya memandang pria yang tak sengaja terkena bola karenanya.

"Eh lo Al, gue kira siapa. Lagi ngapain lo di sini?" Tanya Yusuf. Fari menatap Zel sekilas lalu mengalihkan pandangannya pada Yusuf. "Gue lagi ngasuh adek." Ujar Fari mengejek.

Yusuf mengangkat sebelah alisnya heran. "Bukannya adik lo udah gede yah?" Tanya Yusuf.

"Badannya aja yang gede, tapi otaknya sih kaya balita. Hahaha." Ujar Fari mengejek membuat Zel yang mendengarnya kesal.

"KAKAK!!!" Teriak Zel membuat orang-orang di sekitar mereka memperhatikannya. Pipinya pun langsung berubah menjadi berwarna merah karena malu.

"Kakak? Dia Zeline?" Tanya Yusuf penasaran. "Bukan, dia babu gue." Ujar Fari datar. Ucapan Fari membuat Zel semakin kesal hingga serasa ingin menonjoknya sekarang juga. "KAKAK!!!" Teriak Zel lagi namun dengan nada yang lebih kecil.

"Iya, iya. Bisa nggak sih lo nggak usah teriak-teriak, pengang tau kuping gue. Lama-lama telinga gue harus di periksa ke THT juga. Kalau gini jadinya mending juga gue tetep di barak, nggak usah dengerin suara lo yang kaya toa tau." Ujar Fari melantur karena kesal.

Zel hanya membalas ucapan Fari dengan tatapan sinis yang membuat Fari merinding. "Iya dia Zeline, lo masih inget kan. Oh ya lo ngapain kesini, setau gue lo gak punya adik deh." Tanya Fari.

"Oh, gue ke sini ngajak keponakan gue main. Udah lama juga nggak ketemu sama dia, gue kangen banget sama dia. Tuh dia di sana lagi main capit boneka." Ujar Yusuf sambil menunjuk kepada seorang anak kecil yang sedang bermain capit boneka.

"Ouh jadi itu Adibah ya." Ujar Fari teringat anak kecil yang selama ini selalu Yusuf ceritakan padanya. "Iya, dia Adibah yang sering gue ceritain ke lo." Ujar Yusuf membenarkan.

Zel yang awalnya hanya diam mulai gemas melihat Adibah yang sangat lucu. "Ihh, kak kok dia lucu banget sih, imut juga." Ujar Zel gemas.

"Iya lah dia imut, emangnya lo amit." Ujar Fari ngawur membuat Zel kembali kesal.

"Apaan sih kak. Nggak lucu." Ujar Zel kesal. "Siapa yang bilang lucu, kan gue nggak ngelawak."

Yusuf yang sedari tadi hanya melihat pertengkaran antara dua bersaudara di hadapannya pun hanya bisa menggeleng kan kepalanya. "Adibah, ayo kesini." Panggil Yusuf pada Adibah.

Adibah pun langsung pergi menghampiri Yusuf, Fari dan Zeline. "Iya om, ada apa?" Tanya Adibah polos membuat Zel semakin gemas.

"Kenalin mereka temen om, ayo sapa." Ujar Yusuf lembut.

"Halo om, tante. Kenalin aku Adibah Bassamah, om sama tante bisa manggil aku Adibah." Ujar Adibah memperkenalkan dirinya.

"Kenalin nama om Muhammad Al-Ghiffari, kamu bisa manggil om, om Al." Ujar Fari ikut memperkenalkan dirinya.

Zel pun berlutut mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Adibah. "Hay, kenalin nama aku Trisha Zeline Angraeni, kamu bisa panggil aku kak Zel. Kamu jangan manggil aku tante oke, aku kan masih muda. Kalau ke dia sih gapapa kamu manggil om soalnya dia udah tua." Ujar Zel sambil mengejek Fari.

Adibah pun tertawa mendengar ucapan Zel diikuti oleh yang lain namun tidak dengan Fari. "Kakaknya lucu." Ujar Adibah pada Zel.

Pipi Zel pun memerah karena malu. "Kamu juga lucu kok." Ujar Zel sambil mencubit pipi Adibah pelan. "Kita temenan?" Tanya Zel pada Adibah sambil mengangkat jari kelingkingnya di depan mukanya.

Adibah pun menganggukan kepalanya dan menyambut jari kelingking Zel. "Temenan." Ujar Adibah girang.

"Ya udah kita main yuk ke sana. "Ajak Zel yang di angguki oleh Adibah.

Sekarang tinggal Yusuf dan Fari yang sedang memperhatikan dua orang wanita yang terlihat sudah sangat akrab. "Adik lo hebat bisa bikin keponakan gue langsung akrab sama dia. Padahal dia nggak gampang akrab sama orang baru." Ujar Yusuf.

"Iya aneh. Ya udah kita tunggu mereka di sana aja." Ajak Fari yang di angguki oleh Yusuf.

****

Zel dan Adibah pun bermain dengan sangat girang hingga lupa waktu. Jam sudah menunjukan pukul jam sebelas kurang sepuluh menit, tapi mereka belum juga selesai bermain. Akhirnya Fari dan Yusuf berinisiatif untuk mengajak adik dan keponakan mereka pulang.

"Adibah kita pulang yuk, udah malem." Ajak Yusuf. Adibah pun mengangguk lalu melirik ke arah Zeline. "Kak, aku pulang dulu yah. Kapan-kapan kita main lagi yah kak. Assalamualaikum." Ujar Adibah lalu mengecup pipi kanan dan kiri Zel.

Zel pun membalas kecupan dari Adibah di pipi kanan dan kiri Adibah. "Iya sayang, nanti kita main lagi okey. Waalaikumsalam." Ujar Zel.

"Kita duluan yah, assalamualaikum." Salam Yusuf yang di jawab oleh Fari dan Zel.

Zel dan Fari pun pergi menuju parkiran dimana mobil yang mereka pakai terpakir. Di mobil sedari awal mereka pergi dari mall Zel sudah terlelap di alam mimpi, hingga akhirnya Fari lah yang harus menggendong Zel saat sampai di depan rumah hingga ke kamar.

****

Revisi, 10.09.2019

Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang