"Bahagiaku bukan karena suatu hal yang besar, namun karena sikapmu yang kembali seperti awal."
Trisha Zeline Angraeni
-Ana Uhibbuka Fillah Komandan-
****
Akhirnya hari yang ditunggupun tiba. Hari yang sempat diundur karena kondisi Indri yang sempat memburuk dan sekarang sudah mulai pulih. Sekarang adalah hari dimana Zel akan dilamar oleh seorang pria yang tak lain adalah pria yang selama ini ia taksir.
"Jadi kedatangan saya kemari ingin melamar Zeline untuk menjadi pendamping saya." Ujar Yusuf to the point.
Arfan melirik Zel sekilas lalu mulai membuka suara. "Insyaallah niat baik kamu akan saya terima dengan lapang dada. Namun semua keputusan ada di tangan Zeline. Bagaimana pun dialah yang nantinya akan menjalankan semuanya." Ujar Arfan lalu melirik Zel lagi.
Sekarang giliran Zel lah yang menghela napasnya dalam. Semua keputusan ada di tangannya. Keputusan di mana akan mengubah semua kehidupannya. "Insyaallah Zeline mau asalkan Denis dan bunda ngerestuin." Ujar Zel sambil melirik Denis dan juga Indri.
"Bunda ngerestuin kok sayang."
"Iya aku juga."
"Alhamdulillah." Ujar syukur semua orang yang berada dalam ruangan tersebut. "Jadi mau kapan kita menyelenggarakan pernikahannya?" Tanya Indah.
"Gimana kalau 3 minggu lagi?" Usul Tiara. "Iya, boleh juga. 3 minggu udah cukup kok buat persiapannya." Ucap Indri ikut menanggapi.
Sedangkan yang lainnya hanya menjadi penonton bayaran dari diskusi para ibu-ibu. "Gimana kalian setujukan kalau 3 minggu lagi?" Tanya Indah pada yang lainnya.
Semuanya pun mengangguk setuju membuat 3 wanita paruh baya tersebut senang.
"Ya udah sekarang kita makan malam dulu yuk. Takut keburu dingin makanannya." Ajak Tiara yang diangguki semua orang.
****
Setelah selesai makan malam bersama keluarga Yusuf pamit untuk pulang karena hari yang semakin gelap. Setelah keluarga Yusuf pulang Arfan meminta untuk semuanya berkumpul di ruang keluarga entah untuk membahas apa.
"Zeline" Panggil Arfan seketika membuka topik obrolan. Zel pun menengok ke arah Arfan bingung. "Ya pah, ada apa?" Tanya Zel.
"Maafin papah sama mamah ya. Papah sama mamah udah bohong sama kamu selama ini." Ujar Arfan menyesal. Zel menggelengkan kepalanya sambil memegang tangan Arfan. "Nggak pah. Papah gak salah kok, Zel udah ngerti semuanya sekarang. Harusnya Zel yang minta maaf karena udah nyusahin papah sama mamah"
"Makasih sayang. Dri, maaf uda bikin kamu jauh dari anak kamu sendiri. Maaf. Seharusnya aku mengikhlaskan anak aku, bukan merebut anak kamu kaya gini. Maafin aku, aku bukan sahabat yang baik." Ujar Tiara ikut menyesal.
"Nggak Ra, kamu nggak salah. Aku ngerti apa yang kamu rasain waktu itu. Aku ngerti. Malah harusnya aku yang berterima kasih karena kamu mau ngerawat Zel sampai sekarang, dan ngebolehin aku ngerawat Zel juga saat dia kecil." Ujar Indri memberi seulas senyum.
Senang. Itulah yang sekarang sedang mereka rasakan sekarang. Sedangkan di teras Fari dan Denis sedang sekedar bersantai.
"Kak, makasih udah jagain Zeline dengan baik selama ini." Ujar Denis membuka topik pembicaraan.
Fari melirik sekilas lalu tersenyum tipis. "Dia tetap adik aku. Bagaimana pun aku harus menyayanginya. Dialah cinta kedua aku setelah mamah." Ujar Fari sambil mengingat kenangan indah dengan Zel.
Denis menepuk bahu Fari pelan dengan senyum tipisnya. "Aku ngerti."
****
Sekarang telah jam dua belas kurang lima menit namun Zeline belum juga merasakan kantuk.
Tok... tok... tok...
Zel melirik sekilas ke arah pintu. "Masuk."
"Zel." Panggil Fari lembut. Zel membeku di tempat mendengar suara bariton Fari. Kakak. Batin Zel. Zel pun membalikan badannya yang langsung berhadapan dengan Fari. "Kakak." Ujar Zel bahagia lalu memeluk tubuh Fari erat yang diikuti isak tangis.
Awalnya Fari merasa canggung untuk membalas pelukan Zeline, tapi lambat laun akhirnya ia membalas pelukan Zeline. Maafin aku. Batin Fari menyesal. "Kenapa kamu belum tidur hah?" Tanya Fari sambil mengusap air mata Zel.
Zel mundur satu langkah dari posisinya sekarang lalu mengangkat kepalanya melihat ke arah Fari. "Zel nggak bisa tidur."
Fari tersenyum lalu mengacak-acak rambut Zel yang tidak tertutup hijab. "Dasar. Ya udah sekarang kamu tidur, kakak temenin sambil baca buku." Ajak Fari.
Zel pun mengangguk semangat dan beranjak menuju ke kasurnya sedangkan Fari duduk di kursi rias Zel. Bahagiaku bukan karena suatu hal yang besar, namun karena sikapmu yang kembali seperti awal. Batin Zel lalu mulai menutup matanya.
Cukup lama Fari membaca buku di kamar Zel hingga pukul satu lebih empat puluh menit dan sekarang Zel benar-benar telah tertidur lelap. Fari pun beranjak dari kursi mendekati Zel lalu mengecup keningnya sekilas. "Selamat tidur bidadari kecil." Ujar Fari lalu pergi menuju kamarnya sendiri.
Maaf aku bukan kakak yang baik buat kamu. Batin Denis dari luar kamar, lalu cepat-cepat pergi sebelum Fari keluar dari kamar Zel.
****
Revisi, 15.09.2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]
Teen FictionZeline. Itulah nama gadis yang memiliki mimpi memiliki pasangan seorang tentara. Saat mimpinya telah terwujud ia malah harus kehilangan orang yang sangat ia cintai. Masalah pun mulai bermunculan semenjak ia menikah dengan Yusuf. Apa yang harus ia la...