12.09.2019
****
Matahari baru saja terbit namun di kediaman keluarga Askandar sudah sangat ribut karena ulah Ainaz. "Bun bantuin Inaz cari bukunya. Inaz lupa nyimpen di mana." Ujar Ainaz sibuk mengobrak-abrik rak bukunya.
"Itu salah kamu, udah bunda bilang jangan sembarangan kalau nyimpen barang-barang yang penting. Sekarang udah hilang mau gimana?" Ujar Zel kesal karena Ainaz selalu saja lupa dan sembarang dalam menyimpan barang-barangnya.
Ainaz menghampiri Zel yang berada di ambang pintu kamarnya. "Please bun bantuin Inaz cari bukunya. Sekarang ada ulangan Fisika, Inaz belum ngafalin gara-gara bukunya nggak ada." Ujar Ainaz memohon.
Zel pun menghela napasnya dalam karena sikap Ainaz yang sangat bertolak belakang dengan Ulfa. "Sekarang kamu cari di kamar kak Ulfa." Titah Zel. Spontan Ainaz langsung berlari menuju kamar Ulfa untuk mencari buku catatan fisikanya.
Tak lama setelah mencari diantara buku-buku milik Ulfa akhirnya Ainaz pun menemukan buku catatan fisikanya. Bukan hanya buku catatanya saja Ainaz pun menemukan buku catatan fisika miliki Ulfa yang masih tersimpan rapi padahal buku tersebut sudah tidak digunakan semenjak Ulfa lulus SMA.
"Ada kan?" Tanya Zel dari ambang pintu. Ainaz pun menyengir malu. "Iya bun ada."
"Makannya kalau nyimpen barang jangan sembarangan." Ujar Zel kembali mengingatkan. "Iya bun, iya. Oh iya bun, Inaz boleh minjem buku kak Ulfa kan?" Tanya Ainaz sambil memperlihatkan buku catatan milik Ulfa."
"Coba aja tanya kakak kamu. Bunda mau ke dapur lagi." Zel pun langsung pergi meninggalkan Ainaz sendirian. Ainaz pun mengeluarkan ponselnya membuka aplikasi whatsapp.
"Kak, adek minjem buku catatan fisika kakak ya. Adek butuh banget buat ulangan sekarang." Ujar Ainaz dalam pesannya.
Tak lama menunggu pesan Ainaz pun di balas oleh Ulfa. "Iya boleh, tapi jangan sampai rusak apalagi hilang." Peringat Ulfa. Ainaz pun langsung bersorak gembira setelah membaca pesan dari Ulfa. Buru-buru Ainaz langsung pergi menuju kamarnya untuk menyiapkan buku-bukunya.
"Ayah! Bunda!" Teriak Ainaz yang baru saja datang dari kamarnya. "Inaz jangan teriak-teriak." Ujar Zel. Ainaz langsung duduk di samping Yusuf tanpa menghiraukan ucapan Zel.
"Yah nanti minggu ada kamping dari sekolah. Ainaz boleh ikut kan."
"Nggak, nggak boleh." Bukan Yusuf yang menjawab, melainkan Zel yang baru saja membawa makanan untuk mereka sarapan. "Kenapa nggak boleh sih bun, kan Dian sama Dion juga ikut." Ujar Ainaz masih mencoba membujuk.
"Nggak boleh, kamu nggak inget apa kejadian waktu kamu ikut tour ke Bali? Untung ayah waktu itu lagi ada tugas di sana, coba kalau nggak ada?!" Ainaz cemberut mengingat kejadian dua tahun yang lalu saat dirinya lupa arah ke hotelnya.
Ainaz pun mencoba membujuk Yusuf. "Yah boleh ya Inaz ikut kamping." Pinta Ainaz dengan wajah memelasnya. Yusuf menatap Zel terlebih dahulu lalu kembali menatap Ainaz dengan seukir senyum.
"Bujuk bunda dulu, kalau ayah bolehin aja. Tapi semua keputusan ada di bunda, apalagi minggu ini ayah mau ke luar kota." Ainaz semakin cemberut karena Yusuf tidak membelanya.
"Pokoknya bunda nggak akan ngebolehin kamu kamping. Apalagi di hutan, bunda nggak akan bolehin." Ujar Zel terduduk di hadapan Ainaz.
"Udah sekarang kita sarapan dulu aja. Nanti kamu telat ke sekolah." Ujar Yusuf melerai perang dingin diantara Zel dan Ainaz.
Ainaz langsung berdiri dan menggendong tasnya. "Kamu mau ke mana? Nggak makan dulu?" Tanya Yusuf. "Inaz nggak laper. Inaz bisa makan di Sekolah." Ainaz pun langsung pergi meninggalkan Zel dan juga Yusuf karena marah.
****
"Inaz!" Panggil Dian yang baru saja datang bersama Dion. Ainaz tidak meresponnya, ia lebih memilih membaca buku catatan milik Ulfa dibanding harus mengobrol dengan Dian ataupun Dion.
Dian dan dion pun langsung duduk di bangku yang berada di depan bangku milik Ainaz. "Inaz lo kenapa sih? Sakit ya?" Tanya Dian cemas.
"Udah lah An kali si Inaz baru berantem sama tante Zel, iya nggak?" Ujar Dion tepat sasaran. "Lo nggak dibolehin ikut kamping kan gara-gara kejadian lo hilang pas di Bali."
Dion berpindah tempat duduk menjadi di sebelah Ainaz. "Tapi gue udah minta ke abi buat bilang ke tante Zel biar izinin lo ikut kamping kok." Spontan Ainaz langsung tersenyum lebar mendengar jika Fari akan memintakan izin untuknya pada Zel.
"Lo nggak bohong kan On?" Dion pun mengangguk mantap meyakinkan Ainaz jika dirinya tidak berbohong. "Aaa, makasih ya On." Ujar Ainaz dengan sangat senangnya sampai-sampai memeluk Dion.
"Lo tau dari mana? Seinget gue tadi lo nggak ngobrol deh sama abi?" Tanya Dian. "Tadi gue whatsapp abi." Ujar Dion.
"Permisi." Ujar seorang cowo dari ambang pintu. "Ini kelas XII-IPA2 kan?" Tanya cowo tersebut yang sepertinya adalah anak baru. "Iya, lo anak baru ya?" Tanya Dion memastikan.
Cowo tersebut pun mengangguk. "Masuk aja, nggak usah takut kok kalau sama kita. Kita nggak ngegigit." Ujar Dion sok akrab. "Sok akrab banget sih lo On." Ujar Dian mengejek.
Cowo tersebut pun masuk kedalam kelas. "Gue duduk di mana?" Tanya cowo tersebut. "Lo duduk sama gue aja, di sini." Ujar Dion sambil menepuk meja yang berada di belakang bangku Ainaz.
Cowo tersebut pun mengangguk lalu menyimpan tasnya di sebelah tas Dion. "Oh ya nama gue Dion, ini Dian dan ini Ainaz. Nama lo siapa?"
"Gue Rafa, Rafa Aditya Wijaya."
****
Assalamu'alaikum semua, sesuai janji aku bakali bikin sequel dari anak Zel dan Yusuf, tapi bukan Ulfa ya melainkan Ainaz adik Ulfa. Buat kelanjutannya mungkin mulai di update nanti bulan depan. Semoga kalian suka ya sama sequel nya. Wassalamu'alaikum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]
Novela JuvenilZeline. Itulah nama gadis yang memiliki mimpi memiliki pasangan seorang tentara. Saat mimpinya telah terwujud ia malah harus kehilangan orang yang sangat ia cintai. Masalah pun mulai bermunculan semenjak ia menikah dengan Yusuf. Apa yang harus ia la...