"Berbohong itu tidak baik, tapi terkadang seseorang harus berbohong untuk kebaikannya sendiri tanpa merugikan orang lain."
-Ana Uhibbuka Fillah Komandan-
****
"Gimana kondisi saudara saya dok?" Tanya Denis saat seorang dokter keluar dari balik tirai yang memisahkan tempat pemeriksaan dengan meja dokter.
"Maag nya kambuh. Dia harus lebih menjaga pola makannya." Ujar dokter tersebut. "Ini saya sudah tuliskan resep obatnya."
"Iya dok. Makasih." Ujar Zel lalu keluar ruangan bersama Denis.
Zel berjalan cepas di koridor rumah sakit meninggalkan Denis di belakangnya. "Zeline tunggu!" Ujar Denis tegas. Merasa dihiraukan oleh Zel Denis pun mencekal tangan Zel erat.
"Kamu apaan sih. Lepasin." Berontak Zel. "Aku gak bakal lepasin kamu sampai kamu mau dengerin omongan aku."
"Oke, sekarang kamu mau ngomong apa hah?" Tanya Zel ketus. "Kenapa kamu selalu ngehindar dari aku?"
Zel memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Denis yang menurutnya tidak penting sama sekali. "Harusnya kamu tau apa alasannya."
Denis mengacak-acak rambutnya frustasi. "Apa kamu belum bisa mengerti semuanya?"
"Aku ngerti, makannya aku ngehindar dari kamu." Ujar Zel lalu pergi meninggalkan Denis.
Apa kamu masih gak ngerti semuanya Zel? Itu udah 5 tahun yang lalu. Harusnya kamu ngerti. Batin Denis.
****
Sesampainya di rumah Zel langsung saja pergi menuju kamarnya melewatkan Indri yang sedang duduk di ruang tengah. "Zeline, kamu kenapa?" Tanya Indri khawatir. Denis yang baru saja memasuki rumah dicegat oleh Indri. "Zeline kenapa?"
"Dia cuma kecapean kok bun. Tadi maag nya kambuh." Ujar Denis lembut. Indri hanya ber o ria mendengarkan penjelasan dari anak sulungnya itu.
"Ya udah sekarang kamu bawain makanan buat dia." Titah Indri yang diangguki Denis.
Denis pun membawakan sepiring nasi dan lauk menuju kamar Zel.
Tok... tok... tok...
Tidak ada jawaban sama sekali dari dalam ruangan. Denis pun berinisiatif untuk masuk ke dalam kamar Zel karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Astagfirullah. Zel!" Denis melepaskan pegangannya pada piring karena melihat Zel yang sudah terbaring di lantai. Denis pun mengangkat Zel dan menidurkannya di atas kasur. Cepat-cepat ia mencari kayu putih lalu membuka tutupnya dan didekatkan pada hidung Zel, namun tetap tidak ada respon dari Zel. "Bunda, bunda." Teriak Denis mencari Indri yang tidak ada di ruang tengah.
"Ada apa sih Den?" Tanya Indri yang baru saja muncul dari dapur.
"Zel bun. Dia pingsan." Ujar Denis tergesa-gesa.
"Astagfirullah, Zel. Sekarang kamu bawa ke rumah sakit, bunda takut dia kenapa-napa." Titah Indri khawatir.
Denis pun kembali menuju kamar untuk membawa Zel menuju mobil.
****
Tin... tin...
Suara klakson mobil yang terus saut menyaut karena keadaan jalan yang tengah macet. "Ya ampun, kenapa dikeadaan kaya gini malah macet sih?" Ujar Denis dibalik kemudi.
"Denis cepetan."
"Iya bun, tapi jalannya macet." Ujar Denis.
Sesampainya di rumah sakit Zel langsung dilarikan menuju UGD. Denis dan Indri hanya bisa menunggu di luar dengan perasaan cemas. Dokter pun keluar dari ruangan. "Dok gimana kondisi anak saya?" Tanya Indri cemas.
"Dia cuma kecapean. Sekarang dia sudah siuman, ibu bisa masuk." Ujar dokter tersebut lalu pergi meninggalkan Indri dan Denis.
"Makasih dok."
Indri dan Denis pun memasuki ruangan. "Zel, kamu gapapa kan?" Tanya Indri sambil memeluk Zel.
"Aku gapapa kok bun. Kata dokter aku cuma kecapean." Ujar Zel memberikan senyuman tipis pada Indri. "Kamu bikin bunda khawatir."
Masih setia dengan senyumannya Zeline mengelus punggung tangan Indri. "Maafin Zel bun."
****
Revisi, 15.09.2019
![](https://img.wattpad.com/cover/183289140-288-k229422.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]
Novela JuvenilZeline. Itulah nama gadis yang memiliki mimpi memiliki pasangan seorang tentara. Saat mimpinya telah terwujud ia malah harus kehilangan orang yang sangat ia cintai. Masalah pun mulai bermunculan semenjak ia menikah dengan Yusuf. Apa yang harus ia la...