"Manusia dapat merencanakan, tapi Allah yang mentakdirkan."
-Ana Uhibbuka Fillah Komandan-
****
Tujuh tahun telah berlalu, sekarang Zel sedang berada di salah satu mall yang berada di Bandung setelah mengantarkan Ulfa, anaknya ke perayaan ulang tahun temannya. "Bunda, bunda. Ulfa mau itu, ayo bunda." Ujar Ulfa sambil menarik-narik baju yang digunakan Zel. "Bentar Ulfa, sebentar." Ujar Zel sambil memasukan ponselnya ke dalam tas selempang miliknya.
Setelah menyimpan ponselnya Zel menemukan Ulfa yang tadi berada disampingnya. "Aaaaaa." Teriakan itu membuat Zel tersadar jika Ulfa berada di tengah jalan telah menyebrang duluan. "Ulfa!!" Teriak Zel.
Entah keberuntungan atau apa ada seorang pria yang menarik Ulfa dan membawanya ke pinggir jalan. Zel pun menyusul Ulfa ke sebrang jalan di mana Ulfa sekarang sedang menangis di pelukan pria yang menolongnya tadi. "Ulfa, sayang kamu gapapakan." Ujar Zel khawatir sambil memeluki Ulfa.
"Bunda, Ulfa takut." Ujar Ulfa dalam isak tangis. "Cup cup cup, udah jangan nangis lagi ya." Ujar Zel menenangkan anaknya. Zel pun membalikan pandangannya pada pria yang baru saja menolong Ulfa. "Makasih udah nolongin anak saya."
Pria tersebut pun mengangkat wajahnya melihat ke arah Zel. "K... kak Fari?!" Ujar Zel tidak percaya saat melihat wajah pria yang baru saja menolong putrinya. "Maaf mbak, tapi saya Adri bukan Fari seperti yang tadi mbak bilang." Ujar pria tersebut. "O... oh, maaf. Sekali lagi makasih udah nyelamatin anak saya." Ujar Zel lalu membawa Ulfa menuju mobil yang sudah ia pesan.
"Kak Fari!!" Teriak seorang gadis kecil dengan isak tangis. "Zel, Zel kenapa? Jangan nangis, ini kakak." Ujar anak laki-laki yang dipanggil kak Fari oleh gadis kecil tersebut.
"Aaaaa." Teriak pria tersebut mengingat sesuatu yang membuat kepalanya sakit. "Kenapa kepalaku tiba-tiba sakit lagi." Ujar pria tersebut sedikit meringis kesakitan.
****
"Bunda paman tadi siapa?" Tanya Ulfa. "Paman yang mana?" Tanya Zel balik karena tidak memperhatikan pertanyaan Ulfa. "Yang tadi nolongin Ulfa bunda."
"Bunda juga nggak tau sayang, tapi tadi kan pamannya bilang namanya paman Adri." Ujar Zel dengan senyum yang di paksakan. Ulfa pun ber o ria sedangkan Zel kembali dalam lamunannya. Kenapa mirip banget sama kak Fari? Ya Allah, Zel kamu harus ikhlasin kak Fari, udah tujuh tahun lebih kak Fari hilang. Pria tadi enggak mungkin kak Fari. Batin Zel.
****
"Zel apa yang kamu pikirin?" Tanya Yusuf yang sendari tadi melihat Zel melamun. "Hah? Zel gapapa kok kak." Ujar Zel berbohong. Yusuf pun menghela napasnya dalam. "Ada apa Zel? Cerita dong."
Sekarang Zel lah yang menghela napasnya dalam. "Tadi Ulfa hampir ke tabrak."
"Astagfirullah, tapi Ulfa nggak kenapa-napakan?" Zel pun mengangguk. "Terus apa yang kamu pikirin?" Tanya Yusuf heran. "Yang nolongin Ulfa mirip banget sama kak Fari kak. Bukan hanya mirip sekilas, tapi bener-bener mirip. Suaranya, sorot matanya, penampilannya..."
"Zel, Zel, kamu harus ikhlasin Al, Zel. Dia udah tenang di sana. Kamu jangan kaya gini." Ujar Yusuf menenangkan Zel yang mulai menangis mengingat Fari. "Tapi dia bener-bener kak Fari kak. Dia kak Fari." Ujar Zel dalam dekapan Yusuf.
"Bunda, Ayah. Bunda kenapa nangis? Ayah apain Bunda?" Tanya Ulfa yang tiba-tiba memasuki kamar Zel dan Yusuf. Zel pun mengusap air matanya lalu tersenyum pada Ulfa. "Bunda nggak nangis kok. Tadi mata bunda kelilipan jadi ayah bantu niupin mata bunda." Ujar Zel berbohong.
"Bunda nggak bohongkan sama Ulfa." Tanya Ulfa lagi yang terlihat sangat menggemaskan dimata Zel dan Yusuf. "Nggak sayang, kalau bunda bohong nanti hidung bunda panjang kaya pinokio dong." Ujar Zel diikuti kekehan kecil.
Ulfa memegangi hidung Zel sambil sesekali memencetnya. "Kamu ngapain sih Ulfa?" Tanya Zel heran. "Hidung bunda nggak berubah, berarti bunda nggak bohong." Ujar Ulfa polos membuat Zel dan Yusuf tertawa. "Kalau hidung ayah berubah nggak?"
Ulfa pun mencoba memegangi hidung Yusuf. "Hidung ayah juga nggak berubah." Ujar Ulfa. "Tapi hidung ayah panjang kaya pinokio." Lanjut Ulfa. "Berarti ayah suka bohong dong?" Tanya Yusuf. "Iya." Celetuk Zel.
Yusuf pun langsung tersenyum jahil pada Zel. Tanpa aba-aba Yusuf sudah mulai menggelitiki Zel dan juga Ulfa. "Ayah, getek. Yang bilang iya kan bunda bukan Ulfa."
"Tapi kan Ulfa bilang hidung ayah kaya pinokio." Ujar Yusuf masih menggelitiki kedua bidadarinya.
Waktu-waktu mereka pun di isi dengan tawa canda hingga larut malam.
****
Revisi, 23.09.2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]
Teen FictionZeline. Itulah nama gadis yang memiliki mimpi memiliki pasangan seorang tentara. Saat mimpinya telah terwujud ia malah harus kehilangan orang yang sangat ia cintai. Masalah pun mulai bermunculan semenjak ia menikah dengan Yusuf. Apa yang harus ia la...