AUFK-43

5.4K 218 25
                                    

"Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. Maka jangan selalu berpikir jika orang jahat tak akan pernah menjadi baik, karena mereka berawal dari orang baik, dan bisa jadi mereka pun akan berakhir sebagai orang baik pula."

-Ana Uhibbuka Fillah Komandan-

****

"Kamu kenapa?" Tanya Yusuf melihat raut wajah Zel yang sedih sejak keluar dari kafe tadi.

"Kak Fari masih hidup kak."

"Kamu harus ikhlas Zel." Ujar Yusuf mengerti apa yang sedang Zel rasakan sekarang. "Enggak kak, kak Fari beneran masih hidup, Zel enggak bohong."

Yusuf bingung harus merespon Zel dengan apa. Zel mulai menangis membuat Yusuf merasa bersalah karena sudah bertanya pada Zel.

****

Yusuf mencoba menelopon Zel sedari tadi, namun tidak ada satu telepon pun yang Zel angkat. Entah apa yang sedang ia lakukan hingga tidak mempedulukan panggilan darinya.

Drit... sebuah panggilan masuk, bukan dari Zel melainkan dari Citra.

"Assalamu'alaikum Cit, kamu lagi sama Zel?"

"Wa'alaikumsalam kak, kak Zel kak!"

Nada bicara Citra yang panik membuat Yusuf pun ikut panik.

"Zel kenapa?"

"Kak Yusuf sekarang ke gudang tua deket rumah sakit, cepet kak!"

Tut... tut... Panggilan pun langsung diputuskan sepihak membuat Yusuf semakin panik dengan keadaan Zel.

Yusuf pun bergegas menuju lokasi. Entah kebetulan atau memang bumi sedang berpihak padanya jalanan sangatlah sepi membuat Yusuf semakin cepat untuk sampai ke gudang tua.

Sesampainya di gudang tua Yusuf langsung turun dari mobilnya tak peduli hujan yang sangat deras di luar sana. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah keadaan Zel dan juga Ulfa.

"Zel!!!" Teriakan itu memenuhi seisi gudang tua tersebut, dengan Zel yang sudah terkapar dengan tubuh yang dipenuhi darah.

Semua orang berlari mendekati tubuh Zel yang sudah berlumuran darah sedangkan Dea tersenyum jahat melihat kondisi Zel sekarang.

Yusuf memangku kepala Zel di atas pahanya berusaha membuat Zel tetap tersadar. "Sayang, bangun kamu harus kuat." Ujar Yusuf dengan air mata yang tak bisa ia bendung lagi.

"Kak Fari." Ujar Zel sebelum menutup matanya. Tubuhnya benar-benar ambruk di dalam pangkuan Yusuf.

"Kak Yusuf, cepet bawa Zel ke rumah sakit." Ujar Citra panik dengan darah yang semakin banyak keluar juga dari tubuh Zel.

Yusuf pun memangku Zel membawanya masuk kedalam mobil menembus hujan.

Plak... Tamparan tersebut dengan mulusnya menyentuh pipi halus Dea. Hafizah sangat kecewa dengan Dea, ia tidak pernah membayangkan jika adiknya akan melakukan hal sekeji itu. "Kamu enggak punya hati. Kamu enggam bisa berpikir sehat. Hati kamu terlalu terpenuhi oleh kebencian." Ujar Hafizah sangat kecewa dengan Dea.

Hafizah pun langsung pergi menyusul Yusuf sedangkan Dea masih terdiam memegangi pipinya yang terasa sangat panas setelah mendapatkan sebuah tamparan dari Hafizah.

"Aku memang enggak punya hati. Aku memang enggak bisa berpikir sehat. Dan hati aku memang dipenuhi oleh kebencian untuk orang yang udah ngerebut orang yang aku sayang." Gumam Dea tanpa rasa bersalah. Ia malah semakin tersenyum seperti telah menggapai keinginannya sedari dulu.

****

Dua minggu telah berlalu, semua orang mulai meninggalkan pemakaman dengan hati yang sangat bersedih. Semuanya terjadi dengan sangat cepat dan tak penah terduga.

Kepergiannya seperti halnya sebuah pelajaran bagi orang-orang disekitarnya. "Maafin aku ya Suf, karena Dea sekarang Zel kaya gini. Aku bener-bener bersalah sebagai seorang kakak, aku enggak pernah tau apa aja ulah yang udah Dea lakuin selama ini ke kamu sama Zel. Aku bukan sahabat yang baik buat kamu, maafin aku." Ujar Hafizah sangat menyesal di hadapan sebuah makam yang masih basah karena baru.

"Bukan kamu yang salah di sini. Ini udah takdir dari Allah. Mungkin ini yang terbaik untuk kita semua. Aku juga udah maafin Dea kok, aku tau apa yang dia rasain waktu itu sampai bisa ngelakuin semua ini." Ujar Yusuf tak ingin membuat Hafizah merasa bersalah atas semua yang terjadi.

"Kamu terlalu baik. Zel memang pantas buat kamu." Ujar Hafizah menyusut air matanya. "Semoga dia tenang di sana."

"Aamiin."

Hafizah dan Yusuf pun pergi meninggalkan pemakaman karena langit yang mulai berawan. Mereka kembali menuju rumah mereka masing-masing. Langit seperti ikut berduka atas kepergiannya. Orang yang selama ini sebenarnya tersakiti namun hanya bisa terdiam dan takdir pun tak pernah membelanya. Sekarang ia telah tenang di sana, tak ada lagi rasa sakit dan sedih. Semuanya sudah berganti dengan kebahagiaan karena tugasnya di dunia sudah selesai.

****

Revisi, 22.10.2019

Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang