AUFK-33

5.8K 234 0
                                    

"Salah paham adalah awal dari permusuhan namun dengan saling mengerti semua kesalah pahaman bisa diakhiri dengan perdamaian."

-Ana Uhibbuka Fillah Komandan-

****

"Zel!!" "Shiren!!"

Yusuf menarik kusri roda Zel sedangkan Rayhan memeluk Shiren dari arah belakang. "Lepasin, lepasin aku. Biar aku bunuh orang yang kamu sayang di hadapan kamu."

"Shiren!! Sadarlah!!" Shiren menatap Rayhan tajam. "Kamu yang harusnya sadar. Kamu sudah melukai dua hati sekaligus. Kamu telah menghianati cinta dan kepercayaanku. Kamu... kamu yang harus bertanggung jawab untuk semua ini!! Aaaa!!"

Sleb...

"Shiren!!" Tubuh Shiren terjatuh dalam pelukan Rayhan yang sudah bercucuran darah. Rayhan membopong Shiren menaikannya ke atas brangkar lalu memeriksanya dibantu beberapa dokter dan suster lainnya. Sedangkan Zel dibawa oleh Yusuf menuju kamarnya agar Zel bisa menenangkan dirinya.

"Kak Zel bukan pelakor kak. Zel bukan yang bunuh bayinya Shiren. Zel nggak ngebunuh Shiren kak. Zel nggak jahat, Zel nggak Jahat-" Yusuf pun memeluk Zel agar dia tenang, sedangkan Zel tetap ketakutan didalam pelukan Yusuf diiringi isak tangis. "Jangan nangis Zel. Kamu nggak jahat, kamu baik."

****

Jam sudah menunjukan pukul delapan malam dan Zel baru saja di perbolehkan pulang oleh dokter. "Yusuf." Panggil Rayhan saat Yusuf baru saja akan membawa Zel keluar rumah sakit. "Boleh aku bicara sebentar." Ujar Rayhan.

Yusuf menaikan sebelah alisnya. "Jangan di sini." Ujar Rayhan lagi. Yusuf pun mendorong kursi roda Zel. "Kamu di sini dulu ya. Aku cuma sebentar." Ujar Yusuf. Zel pun mengangguk sedangkan Yusuf pergi menjauh dari Zel bersama Rayhan.

"Ada apa?" Tanya Yusuf to the point. "Ini tentang keponakan kamu, Adiba." Yusuf langsung memandang Rayhan serius setelah mendengar nama Adiba di sebutkan. "Apa maksud kamu?"

Rayhan menghela napasnya dalam. "Adiba meninggal karena Shiren dan Julia." Yusuf terbelalak mendengar ucapan Rayhan. "Apa maksud kamu Rayhan? Apa hubungan Shiren dan Julia?" Ujar Yusuf terbawa emosi sampai-sampai memegang kerah baju Rayhan.

"Tenanglah." Yusuf pun menyingkirkan tangannya dari kerah baju Rayhan. "Julia adik iparku, lebih tepatnya adik Shiren. Saat aku dan Zel bertemu sebenarnya aku baru saja bertemu dengan Shiren dan aku meninggalkannya. Kamu salah faham jika menganggap Zel sengaja bertemu denganku, kita tidak sengaja bertemu waktu itu dan aku mengajaknya untuk pulang bersamaku. Entah apa yang dipikirkan Shiren dan Julia mereka bertemu di sebuah kafe dan secara tidak langsung ada kakakmu dan Adiba di sana. Setauku saat kakakmu pergi ke toilet Shiren dan Julia menghampiri Adiba untuk menculiknya, tapi sayang karena Adiba membrontak Adiba dibekap oleh Julia hingga asmanya kambuh. Aku tidak tau pasti tentang ceritanya, Shiren yang menceritakannya, dan suasana di kafe saat itu sedang sepi, cctv pun rusak." Ujar Rayhan panjang lebar.

Yusuf tidak percaya dengan apa yang baru saja Rayhan katakan. Semuanya seperti cerita dongeng yang di buat-buat untuk menakut-nakuti. "Lo nggak bercandakan?!" Tanya Yusuf dengan nada dan kalimat yang sudah tidak bersahabat. "Gue cuma mau ngasih tau kebenarannya. Walaupun gue suka sama Zel, tapi gue nggak bakal melibatkan anak kecil apa lagi sampai menjadi korban. Gue cuma mau ngebantu."

"Apa lo berani jadi saksi di depan polisi?" Tanya Yusuf lagi. "Gue berani. Gue bakal jadi saksi nanti." Ujar Rayhan yang sama-sama menggunakan kalimat tidak formal.

"Pegang ucapan lo." Ujar Yusuf lalu meninggalkan Rayhan kembali menuju Zel yang sudah lama menunggu. "Ada apa kak?"

"Nggak ada apa-apa. Kita pulang sekarang ya, besok aku harus udah kerja lagi." Zel pun mengangguk lalu pergi menaiki mobilnya.

****

Revisi, 23.09.2019

Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang