AUFK-45

5.7K 203 0
                                    

"Dibalik badai ada pelangi, dibalik ujian pasti ada hikmahnya. Ikhlas dan tabah adalah kunci untuk mendapatkan hasil dari semuanya."

-Ana Uhibbuka Fillah Komandan-

****

"Terus kenapa kakak bisa bantuin Ulfa waktu itu?" Tanya Zel karena belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. "Enggak tau." Ujar Fari datar.

Zel kembali bersikap seperti halnya dulu sebelum dirinya menikah dengan Yusuf. Sikap kekanak-kanaknnya kembali muncul setelah selama ini ia hilangkan agar bisa menjadi istri yang baik untuk Yusuf. "Ih kakak mah kebiasaan kalau di tanya jawabnya singkat, enggak bisa apa kalau di tanya jawabannya tuh agak panjangan dikit, pake penjelasan dan kawan-kawannya." Ujar Zel dengan kecepatan berbicara 90km/jam karena kesal.

Fari dan Yusuf pun tersenyum melihat kelakuan Zel yang kembali kekanak-kanakan. Sudah lama bagi mereka tidak melihat Zel yang sangat-sangat kekanak-kanakan kecuali untuk Yusuf, baginya hanya sifat manja yang bertahan pada Zel selama Fari tidak ada.

"Iya, iya aku yang salah." Ujar Fari meminta maaf namun masih dengan tawa mengejek. "Ih geli deh denger kakak bilang aku-kamu. Kaya bukan kak Fari yang enggak punya hati, kalau punya hatinya pas ada maunya aja."

Yusuf pun sama seperti yang Zel ucapkan. Ini bukanlah Fari yang dulu, melainkan Fari yang baru. "Iya Al, sejak kapan ngomongnya jadi aku-kamu?" Tanya Yusuf.

Fari mengangkat kedua bahunya tidak tau. "Enggak tau, udah kebiasaan ngomongnya aku-kamu." Ujar Fari. "Yaudah lanjutin aja ceritanya, jangan di gantung dong, kan sakit." Ujar Zel.

"Iya, iya. Jadi waktu itu aku lagi nemenin bapa buat berobat ke sini. Dan kita juga memang sengaja pindah ke Bandung supaya bisa ketemu sama perempuan yang selalu ancem bapa."

****

"Bapa tunggu di sini ya, Adri mau beli makanan dulu sebentar." Kuswoto pun mengangguk sedangkan Fari langsung pergi mencari makanan untuknya dan juga Kuswoto.

Saat menunggu ketoprak yang ia tunggu, ia melihat seorang anak yang berjalan menuju tengah jalan sendirian sedangkan dari jauh ada mobil yang sedang berjalan dengan cepat.

"Aaaaaa." Teriakan anak tersebut ketakutan. "Ulfa!!" Teriak wanita yang berada di sebrang yang sepertinya adalah sang ibu.

Fari langsung berlari menarik anak tersebut ke pinggir jalan lalu memeluk anak tersebut karena menangis ketakutan. "Ulfa, sayang kamu enggak apa-apa kan." Ujar wanita yang sepertinya ibu sang anak khawatir sambil memeluki anak yang awalnya berada di dalam pelukan Fari.

"Bunda, Ulfa takut." Ujar anak tersebut yang bernama Ulfa dalam isak tangis. "Cup cup cup, udah jangan nangis lagi ya." Ujar sang ibu menenangkan anaknya. Wanita tersebut pun membalikan pandangannya pada Fari. "Makasih udah nolongin anak saya."

Fari pun mengangkat wajahnya melihat ke arah wanita tersebut. "K... kak Fari?!" Ujar wanita tersebut membuat Fari kebingungan. "Maaf mbak, tapi saya Adri bukan Fari seperti yang tadi mbak bilang." Ujar Fari mengoreksi. "O... oh, maaf. Sekali lagi makasih udah nyelamatin anak saya." Ujar wanita tersebut lalu membawa anaknya menuju sebuah mobil.

"Kak Fari!!" Teriak seorang gadis kecil dengan isak tangis. "Zel, Zel kenapa? Jangan nangis, ini kakak." Ujar anak laki-laki yang dipanggil kak Fari oleh gadis kecil tersebut.

"Aaaaa." Teriak Fari mengingat sesuatu yang membuat kepalanya sakit. "Kenapa kepalaku tiba-tiba sakit lagi." Ujar Fari sedikit meringis kesakitan. "Apa dia perempuan yang selalu manggil aku Fari? Apa dia beneran adik aku?" Tanyanya masih menahan rasa sakit di kepalanya.

Fari pun kembali menuju gerobak toprak untuk mengambil pesanannya walau dengan kepala yang masih terasa sangat sakit.

****

Beberapa hari kemudian Kuswoto harus di rawat di rumah sakit karena keadaannya yang memburuk. Sudah tiga hari Kuswoto dirawat membuat Fari pun harus ikut menginap di rumah sakit untuk merawat Kuswoto.

"Hey kalian ngapain di sini?" Tanya Fari pada dua anak kecil yang sedang bermain di taman. "Eh om Adri, kita lagi main garuda lima dasar." Ujar Ulfa dengan girang.

"Om boleh ikut main?" Ulfa dan Sabrina.

"Ulfa, Sabrina sini." Panggil seorang wanita dan satu orang lagi Fari kenal. Ya ibu dari Ulfa.

"Sayang itu siapa?" Tanya wanita tersebut pada Sabrina. "Itu om baik mih." Ujar Sabrina. "Itu om yang waktu itu nyelamatin Ulfa bun, om Adri." Ujar Ulfa pada ibunya.

"Ulfa ayo kita pulang sekarang." Ujar sang ibu pada Ulfa. "Tapi bunda, kita kan mau ke rumah eyang dulu."

"Bunda enggak enak badan, kita ke rumah eyangnya nanti aja ya." Ujar wanita tersebut sambil membawa Ulfa berjalan menjauhi taman tersebut diikuti oleh Sabrina dan ibunya.

"Kenapa perempuan itu kaya yang ngehindar dari aku? Kalau dia benar-benar adik aku seharusnya dia seneng aku masih hidup." Gumam Fari.

Seperti biasanya kepala Fari kembali sakit karena teringat kenangan-kenangannya bersama perempuan yang sangat mirip dengan ibu Ulfa.

****

Revisi, 22.10.2019

Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang