"Manusia hanya bisa berharap, dan Allah lah yang menakdirkan. Karena Allah memberikan yang manusia butuhkan, bukan yang manusia inginkan."
-Ana Uhibbuka Fillah Komandan-
****
Jam baru menunjukan pukul empat pagi namun Zel sudah di dapur memasak sarapan untuk Yusuf dan Ulfa sekaligus menyuci pakaian kotor.
"Kamu lagi ngapain?" Suara bariton tersebut membuat Zel terkejut. "Astagfirullah kak Yusuf, bikin kaget aja." Ujar Zel sambil mengelus-elus dadanya.
"Ya kamu ngapain jam segini udah nyuci baju, sambil masak lagi." Ujar Yusuf mendekati Zel yang sedang memasak dari arah belakang. "Ya kan biar nanti bisa langsung di jemur, jadi nanti siang bisa istirahat dulu sebentar." Ujar Zel masih asik memasak.
Sudah dapat di tebak, sekarang Yusuf sudah mengelus Zel dari arah belakang membuat Zel harus bersabar menghadapi sikap suaminya ini.
"Dari pada ganggu Zel mending kak Yusuf mandi deh sekarang. Bau." Ujar Zel sambil menutup hidungnya. "Kaya yang udah mandi aja." Balas Yusuf.
"Ya Zel sih udah mandi, emangnya kak Yusuf." Ledek Zel. "Ya udah aku mandi. Oh ya nanti siang kita jadi pergi ke rumah mamah kan?"
Zel pun tersenyum kecut lalu mengangguk perlahan. "Kamu harus ikhlas Zel, ini udah tiga tahun kepergian bunda sama Denis." Ujar Yusuf menguatkan Zel.
"Iya kak, Zel tau kok. Ya udah sekarang kakak cepet mandi, sebentar lagi azan." Usir Zel pada Yusuf.
Zel pun melanjutkan kegiatan memasaknya setelah Yusuf masuk ke dalam kamar mandi walau dengan pikiran yang terbagi memikirkan kejadian tiga tahun lalu di mana Indri dan Denis mengalami kecelakaan maut yang merenggut nyawa mereka.
"Kenapa bunda harus pergi sekarang? Zel kan masih kangen sama bunda." Ujar Zel masih setia memeluk lengan Indri. Indri tersenyum melihat tingkah Zel yang kembali kekanak-kanakan walaupun Ulfa ada di hadapan mereka.
"Bunda kan masih harus ngurusin toko kue bunda sayang, lagi pula Denis juga nggak bisa cuti lama-lama." Ujar Indri menjelaskan.
"Kenapa bunda harus pindah ke Jakarta sih? Kenapa nggak di Bandung aja?" Tanya Zel. "Sayang, bunda nggak mungkin tinggal di rumah mamah kamu. Kalau bisa juga bunda nggak mau harus tinggal numpang ke anak-anak bunda. Sekarang bunda cuma bisa ikut sama Denis, walaupun bunda tau kalau bunda nyusahin Denis. Tapi setidaknya bunda masih bisa ngurus dia sampai dia nemuin orang yang akan ngurus dia untuk selanjutnya."
"Bunda ayo pulang, udah sore." Ajak Denis yang baru saja selesai membereskan koper mereka. "Kenapa harus pulang sekarang sih Den? Memang nggak bisa besok ya?" Ujar Zel cemberut.
"Nggak bisa Zel. Nanti kalau ada waktu aku ajak bunda ke sini lagi, aku janji deh." Ujar Denis. Zel pun menghela napasnya dalam lalu mengangguk memperbolehkan Indri dan juga Denis untuk pulang.
"Hati-hati di jalan ya." Ujar Zel merasa sangat berat membiarkan Indri dan juga Denis pergi. "Iya, kamu hati-hati juga di rumah. Yusuf kan lagi nggak ada di rumah." Ujar Denis mengingatkan. "Iya."
Mungkin jika Zel tau itu adalah kali terakhir ia bertemu dengan Indri dan juga Denis, ia pasti akan menahan keduanya lebih lama. Jika ia bisa mengubah takdir ia ingin semua itu tidak pernah terjadi dan berharap semua hanyalah mimpi. Namun apa dayanya, beberapa jam kemudian Zel mendapatkan kabar jika Indri dan Denis tewas dalam kecelakaan maut antara mobil Denis dengan bis yang remnya blong.
"Sayang."
****
Revisi, 04.10.2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]
Roman pour AdolescentsZeline. Itulah nama gadis yang memiliki mimpi memiliki pasangan seorang tentara. Saat mimpinya telah terwujud ia malah harus kehilangan orang yang sangat ia cintai. Masalah pun mulai bermunculan semenjak ia menikah dengan Yusuf. Apa yang harus ia la...