AUFK-25

6.5K 256 0
                                    

"Wanita itu itu bagaikan seorang aktor karena ia bisa berpura-pura bahagia disaat hatinya terluka."

-Ana Uhibbuka Fillah Komandan-

****

Mereka pun menghampiri Tiara dan lainnya sedangkan keluarga Yusuf telah pulang terlebih dahulu karena ada urusan mendadak. "Mah, pa-" Zel menghentikan ucapannya saat melihat siapa yang sedang mengobrol dengan keluarganya. "Dokter, kenapa ada di sini?"

"Eh Zeline. Selamat ya, sekarang kamu udah lulus." Ujar Rayhan memberikan sebuket bunga untuk Zel.

"Eh, iya dok. Makasih." Jawab Zel ragu mengambil buket bunga yang diberikan Rayhan.

Ehem...

"Oh iya dok. Kenalin ini-"

"Saya Yusuf, suami Zeline." Ujar Yusuf memperkenalkan dirinya. Rayhan mengangguk lalu menyambut jabatan tangan dari Yusuf.

"Saya Rayhan, dokter kandungannya Zeline." Jelas Rayhan yang membuat Yusuf mengerutkan dahinya.

"Maksudnya dokter kandungan?"

"Emm, Zel hamil." Ujar Zel ragu.

"Oh, jadi ini kejutannya?" Tanya Yusuf lagi. Zel pun mengangguk. Seketika Yusuf mengangkat Zel hingga ia serasa terbangang saat Yusuf memeluknya hingga berputar.

"Kakak nggak marah?" Tanya Zel memastikan.

"Emang ada alasan buat kamu marah ke kamu?" Tanya Yusuf baik. Zel mengangkat kedua bahunya tidak tau. Seperti biasanya Yusuf mengacak-acak hijab Zel gemas karena sikap istrinya yang polos.

"Jadi ummi sama abi juga udah tau tentang kehamilan kamu dong?" Tanya Yusuf lagi. Zel mengangguk. "Kok nggak bilang ke aku?"

"Zel larang. Zel mau cuma Zel yang ngasih tau tentang kehamilan Zel ke kakak." Jelas Zel polos.

Merasa dihiraukan sendari tadi, Rayhan akhirnya angkat suara. "Kalau gitu saya balik ke rumah sakit lagi ya. Jangan lupa kontrol." Ujar Rayhan.

"Iya dok  makasih." Balas Zel dengan tangan yang masih menggenggam kuat tangan Yusuf.

Setelah Rayhan pergi Yusuf mengajak Zel untuk makan di salah satu restoran yang tidak jauh dari kampus Zel. Sedangkan keluarga Zel akan pulang terlebih dahulu.

°°°°

"Kak, aku gendutan nggak sih?" Tanya Zel seketika saat mereka sedang makan.

Yusuf memperhatikan Zel dari atas hingga bawah. "Iya." Jawab Yusuf singkat yang membuat Zel memanyunkan bibirnya. "Tapi makin cantik. Aku lebih suka kamu yang sekarang, lebih berisi." Lanjut Yusuf membuat Zel tersenyum cantik di wajahnya.

"Emang kakak nggak malu punya istri gendut?"

"Buat apa malu. Malah aku bangga. Berarti istri aku bahagia selama berumah tangga sama aku." Balas Yusuf yang membuat senyuman Zel semakin mengembang.

"Gombal."

"Itu bukan gombal, itu fakta." Balas Yusuf. "Udah cepet dimakan. Udahnya kita jalan-jalan." Zel mengangguk cepat lalu melanjutkan makannya yang sempat tertunda tadi.

°°°°

"Kak." Yusuf hanya berdeham di sebelah Zel. "Kakak ih." Panggil Zel lagi karena merasa diacuhkan.

Yusuf pun menghentikan langkahnya lalu berbalik memandang Zel yang sudah terlebih dahulu berhenti. "Ada apa Zel?" Tanya Yusuf lembut.

"Mau itu." Ujar Zel sambil menunjuk ke arah stand es krim. Yusuf mengerutkan dahinya. "Kamu mau es krim?" Zel mengangguk mantap. "Ya udah biar aku beliin ya."

"Mas es krimnya sat-."

"Dua mas." Potong Zel. Lagi-lagi Yusuf mengerutkan dahinya. "Buat siapa satu lagi? Aku kan nggak makan es krim."

"Ya dua-duanya buat aku." Yusuf hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekanak-kanakan istrinya tersebut.

Setelah selesai menghabiskan es krimnya Zel dan Yusuf melanjutkan berkeliling. Mereka sempat melihat barang-barang yang ada di bazar dan juga membeli beberapa barang yang menurut mereka perlu. "Aaaa, kak kita kesana yuk. Please." Mohon Zel saat melihat stand novel. Yusuf mengangguk mengikuti saja.

Di stand novel, Zel sibuk melihat-lihat novel hingga memisahkannya untuk ia beli. Tidak hanya satu, tapi sekaligus delapan novel ia pisahkan. "Kamu mau beli semua itu?" Tanya Yusuf tak percaya. Zel mengangguk mantap. "Kenapa nggak satu-satu aja belinya? Kan belum tentu kamu bakal baca semuanya dalam satu waktu."

Wajah Zel yang awalnya tersenyum berubah menjadi cemberut. "Tapi
kan belum tentu nanti Zel bisa beli bukunya. Zel udah lama banget mau buku-buku ini. Zel sampe udah nandain buku-buku yang mau Zel beli sebelum bukunya terbit. Jadi boleh ya kak Zel beli buku-bukunya." Ucap Zel memohon. Yusuf pun menghela napasnya pelan lalu mengangguk membolehkan. "Yeeee, kakak baik deh. Kaya kak Fari." Puji Zel lalu memberikan tumpukan novelnya pada penjual untuk di bayar.

Kamu unik, aku tau sebenarnya saat kamu mengatakan aku seperti Al ada rasa sedih di hatimu, namun kamu bisa menyembunyikannya dengan bersikap seperti tidak ada yang terjadi. Aku janji, aku janji gak akan bikin kamu nangis ataupun sedih. Aku janji aku akan jadi suami dan kakak yang baik buat kamu. Batin Yusuf sambil memperhatikan Zel.

"Kak ayo." Ajak Zel menyadarkan Yusuf. "Udah?" Tanya Yusuf. Zel mengangguk sambil memperlihatkan satu kantong kresek besar di tangannya. "Biar aku yang bawa." Kantong kresek besar itupun beralih yang awalnya berada di tangan Zel sekarang sudah berada di tangan Yusuf.

"Makasih kak." Ujar Zel memeluk lengan kekar Yusuf. "Hmm."

"Aww."

****

Revisi, 17.09.2019

Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang