AUFK-9

7.4K 314 0
                                    

"Wanita dibuat dengan sembilan perasaan oleh sebab itu ia bisa lebih tau jika orang yang dia sayang berubah dalam seketika."

-Ana Uhibbuka Fillah Komandan-

****

"Kondisi pasien droop kembali. Jadi pasien harus di rawat inap di sini hingga kondisinya stabil kembali." Ujar dokter tersebut. "Makasih dok."

"Sama-sama. Saya permisi dulu." Ujar dokter itu lagi lalu pergi meninggalkan Zel, Fari dan Denis.

Merekapun cepat-cepat memasuki ruangan untuk melihat bagaimana kondisi Indri sekarang setelah di pindahkan ke ruang inapnya. "Bunda." Panggil Zel lembut, namun tidak mendapatkan respon dari Indri.

"Udah biarin aja, biarinin bunda istirahat dulu. Sekarang kamu istirahat juga ya." Bujuk Denis namun tidak dihiraukan oleh Zel.

Fari pun menghela napasnya dalam. "Zel, kamu sekarang istirahat. Biar kakak sama Denis yang jagain bunda. Sekarang kamu tidur." Titah Fari tegas. Mau tidak mau akhirnya Zel pun menurut pada Fari. Kenapa kakak berubah? Kenapa sekarang kakak manggilnya pake aku-kamu? Apa kakak udah gak nganggep aku kaya dulu lagi yah? Batin Zel.

Zel pun mulai berbaring di atas sofa. Memang tidak nyaman, namun ia tetap bisa terlelap karena matanya yang sudah sangat berat.

****

"Zel bangun, udah siang." Ujar Denis sambil mengguncangkan tubuh Zel pelan.

Zel pun mulai membuka kedua kelopak matanya. "Hoam... em, kakak mana?" Tanya Zel setelah melihat di dalam ruangan tidak terdapat Fari.

"Kak Fari tadi pulang duluan, katanya ada perlu sama tante Tiara sama om Arfan juga. Dia bilang nanti kamu pulangnya bareng aku sama bunda aja." Ujar Denis menjelaskan. "Maaf aku baru bangunin kamu jam segini. Soalnya tadi subuh aku mau bangunin kamu kata kak Fari jangan, dia bilang kamu kecapean lagian kamu lagi halangan kata dia. Ya udah aku nggak bangunin deh." Lanjutnya.

Apa kakak ngehindar dari aku? Batin Zel. "Zel."

Lamunan Zel pun buyar saat Denis memanggilnya. "Eh iya, ada apa?" Tanya Zel.

"Kamu mau makan?" Tanya Denis balik. Zel pun mengangguk. "Kamu tunggu disini dulu ya. Aku ke kantin dulu beliin makanan." Ujar Denis lalu pergi meninggalkan Zel dan Indri di dalam ruangan.

Kakak, kenapa kakak gak bilang mau pulang duluan? Kenapa kakak gak tetep tinggal di sini sampai Zel bangun? Batin Zel terus bertanya.

Zel pun mengeluarkan ponselnya, lalu menekan kontak yang bernamakan 'kakakku sayang🖤' mencoba menelepon Fari.

"Assalamualaikum kak. Kakak dimana? Kenapa kakak pulang duluan?"

"...."

"Kakak bohong. Zel tau kakak bohong. Sekarang kakak ke rumah sakit, Zel mau kakak nemenin Zel di sini."

"...."

"Nggak Zel nggak mau. Yang Zel mau cuma kakak. Titik."

Panggilan pun terputus sepihak oleh Zel karena emosinya yang sudah mulai memuncak. "Kenapa kakak jadi cuek ke Zel?" Tanya Zel pada dirinya sendiri.

****

"Ini makanan buat kamu." Ujar Denis sambil memberikan sepiring nasi goreng. "Makasih."

Mereka pun menyantap makanan mereka masing-masing hingga habis. "Zel." Panggil Denis saat akan beranjak dari sofa. Zel hanya melirik sekilas lalu memalingkan kembali pandangannya. "Maaf." Ujar Denis lalu beranjak menuju wastafel.

Hening. Itulah keadaan di dalam ruangan itu sekarang. Walaupun terdapat tiga orang di dalamnya tetap saja tidak ada suara yang timbul selain dari alat pendeteksi detak jantung.

Nit....

"Bunda?!"

****

Revisi, 15.09.2019

Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang