"Tawamulah yang dapat membuat dunia ini berubah seketika, walaupun bukan aku alasan untukmu tertawa."
-Ana Uhibbuka Filla Komandan-
****
Tok.... tok.... tok....
"Masuk." Ujar Zel masih sibuj memainkan ponselnya. Fari pun memasuki kamar Zel lalu duduk di sisi kasur. "Cie yang lagi berbunga-bunga." Goda Fari berhasil membuat pipi Zel berubah memerah.
"Apaan sih kak." Ujar Zel malu-malu.
"Cie, cie, cie. Bakalan ada yang jadi pengantin nih sebentar lagi." Goda fari lagi.
"Kata siapa? Orang minggu depan cuma lamaran bukan nikahan." Ujar Zeline membela dirinya.
"Ya kan secara otomatis sebentar lagi bakalan nikah. Walau belum tentu sih sebentar laginya kapan." Ujar Fari sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tapi kan intinya minggu depan lo bakalan di lamar sama pujaan hati lo." Ujar Fari sambil mengacak-ngacak rambut Zel yang tidak tertutupi hijab.
"Kakak?!" Ujar Zel sambil cemberut. "Apa sayang ku." Ujar Fari sok manis. Zel mengeluarkan ekspresi jijiknya saat mendengar ucapan Fari. "Ih jijik."
"Anggap aja percobaan, kan nanti bakalan lebih sering di bilang sayang sama Yusuf." Ujar Fari lalu kabur keluar kamar sebelum Zel semakin mengamuk.
"KAKAK!" Teriak Zel dengan pipi yang sudah memerah karena malu. Zel pun lebih memilih memainkan kembali ponselnya, lalu membuka grupnya. 'Jodoh orang'.
Anda
"Kalian besok bisa ketemuan gak? Gue bosen nih di rumah. Sekalian kita main kan udah lama semenjak banyak tugas skripsi."Nur'aini
"Gue sih ayo aja. Si Citra gimana, mau nggak. Gue juga udah mulai suntuk nih sama skripsi yang nggak kelar-kelar."Citra handbody
"Apa sih sayang-sayangku? Pada kangen yah lo pada ke gue. Gue tau kok gue ngangenin. Gue sih ayo aja kalau besok mau ketemuan, sekalian gue mau shopping."Nur aini
"Siapa juga yang kangen sama lo. Nggak usah kepedean bahlul."Anda
"Iya gak usah kepedean. Ya udah besok kita kumpul di cafe biasa ya."Citra handbody
"Okey. Besok kita ketemuan kaya biasa."Setelah pesan terakhir itu Zel langsung menyimpan ponselnya di atas nakas lalu pergi menuju kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, Zel kembali menaiki kasurnya lalu menyalakan tv untuk sekedar menonton.
****
Sekarang jam telah menunjukan pukul setengah tiga sore yang berarti sudah sekitar 3 jam Zel berdiam diri di kamar sambil menonton kartun. "Hoam... ngantuk juga ya, padahal cuma nonton. Ke bawah aja kali yah, bisa aja kan ada cemilan buat dibawa ke sini." Ujar Zel.
Zel pun turun menuju dapur. Tidak ada orang di rumahnya sepi, tidak seperti biasanya. "Mamah kemana sih? Tumben nggak ada di rumah, padahal kan sekarang bukan hari libur." Tanya Zel heran namun langsung dihiraukan karena cacing di perutnya yang sudah mulai demo.
"Dor!"
"Aaaaaaa." Teriak Zel kaget. Fari malah tertawa puas di belakangnya hingga menangis melihat reaksi terkejut Zel. "Ih, kakak apaan sih. Nggak lucu tau. Aku kira ada maling." Omel Zel namun tetap tak dihiraukan oleh Fari.
Fari mencoba untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu setelah tertawa puas. "Lo ngapain coba ngeberantakin kulkas? Ya udah gue jailin lo aja. Lagian tadi muka lo kocak banget pas gue kagetin."
Zel memutar bola matanya kesal. "Ya aku sih laper. Oh ya kak, mamah kemana? Kok dari tadi aku nggak liat mamah ya?" Tanya Zel baru ingat tentang keberadaan Tiara.
"Oh mamah. Tadi mamah pergi ke luar, katanya sih mau ketemu sama tante Indah." Jawab Fari santai sambil memakan sebuah apel yang berada di atas meja.
"Ngapain?"
Sekarang Fari lah yang memutar bola matanya malas. "Yah mana gue tau. Gue kan bukan ibu-ibu rumpi adikku sayang." Ujar Fari. Zel mengangguk dan ber o ria yang membuat Fari semakin geram. Ini adik gue telmi amat sih otaknya. Apa bener yah separu kepintarannya ke gue, jadi gue pinternya satu setengah otak sedangkan dia setengah otak? Batin Fari.
"Sans aja kali jawabnya. Nggak usah nge gas kaya gitu." Ujar Zel lalu pergi menuju kamarnya sambil membawa cemilan-cemilan yang tadi sempat ia ambil.
Dasar bocil. Batin Fari geram.
****
Revisi, 11.09.2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Komandan [SELESAI]
Roman pour AdolescentsZeline. Itulah nama gadis yang memiliki mimpi memiliki pasangan seorang tentara. Saat mimpinya telah terwujud ia malah harus kehilangan orang yang sangat ia cintai. Masalah pun mulai bermunculan semenjak ia menikah dengan Yusuf. Apa yang harus ia la...