"Tuh, kan, feeling-ku itu ga pernah meleset. Selalu aja kalo ada sesuatu yang ga enak, selalu diikutin sama kejadian yang bikin jantung syok pagi-pagi."
Rara hanya tertawa sembari memperhatikan sahabatnya yang duduk di dekat lemari penyimpanan cangkir dan piring di ruangan pantry. Hana sibuk membentur-benturkan dahinya di permukaan meja. Rara mengisi cangkir milik Hana dengan air panas. Aroma menenangkan teh kamomil segera menyeruak begitu kantong teh celup terseduh air panas. Rara menyodorkan cangkir Hana, mendekat pada sahabatnya. "Jangan bentur-benturin kepala. Nanti mejanya goyang dan air tehmu ikutan juga. Muncrat-muncrat, lho."
Hana menurutinya, meski perempuan itu masih lemas dan merosot di permukaan meja. Dagunya ia jatuhkan membentur permukaan meja pantry.
"Habisnya kamu aneh-aneh, sih. Biasanya juga pake headset, kan? Tumben pake speaker segala. Gegara nanti siang mau ada presentasi di ruangan kita? Sekalian mindahin speaker, gitu maksudmu? Itu mah nanti," cerocos Rara. "Tapi kalo dipikir-pikir lagi, yang Pak Arjuna complain-in itu kamu nyanyi-nyanyi, sih, ya. Kalau kamu pake headset dan nyanyi-nyanyi, tetep aja dicomplain. Ada-ada aja kamu, Han."
"Ya ampun, Ra, aku Cuma nyanyi-nyanyi doang, bukan bikin kantor kebakaran."
Rara tertawa lagi. "Jutek banget, ya, Pak Arjuna? Kudengar dia masih single, kan? Baru umur tigapuluh dia udah jadi GM. Kurang hebat apa, coba? Manajer di sini aja banyak lebih tua dibanding dia. Astaga. High quality jomblo. Harusnya kamu bersyukur punya bos kayak gitu. Ga bisa dapetin Pak Viant, Pak Arjuna jauh lebih kinclong."
Hana mendengus mendengarnya. "Tapi... agak ga terima dia negur aku di depan Pak Viant gitu. Luntur ini harga diriku," ratap Hana sebal.
"Terima ga terima, dia atasanmu sekarang. Pikir positifnya aja, Han. Kali aja, setelah jadi anak buahnya, jalan untuk naik jabatan dari asisten manajer ke manajer lebih gampang kamu dapetin."
"Itu kalau bisa show-off kerjaan ke dia," gumam Hana pelan. "Memangnya, kalau awalnya aja kayak gini, menurutmu nge-impress itu orang bakal gampang?"
****
"Berikan aku daftar kejadian kecelakaan kerja di perusahaan untuk wilayah Bandung ke area timur selama setahun ke belakang, terutama yang berhubungan dengan safety dan quality. Kamu bisa kirim matriks atau statistik laporan ke email saya. Paling lambat besok pagi. Lebih bagus kalau kamu bisa setor semua data itu sore ini."
Perintah itu meluncur bertubi-tubi dari mulut Juna. Hana dibuat melotot.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Buku catatan di tangannya tak lagi ia coret dengan catatan tugas. Perintah barusan itu sudah terlalu jelas masuk ke dalam kepalanya. Perempuan itu merasa aliran darahnya mengitari seluruh bagian tubuhnya lebih cepat. Bagaimana tidak, bekerja dengan Arjuna Hafizar Adikara selama setengah hari ternyata memberinya terapi jantung secepat ini. Sikap lelaki itu dingin, tegas, dan sangat bossy. Sifat ramahnya muncul jika ia berbicara dengan Viant atau manajer lain yang datang ke ruangan untuk menyapanya.