Godaan-godaan dari Rara membuat Hana makin risih. Tiap ada kesempatan, Hana melayangkan cubitan atau membekap mulut Rara tiap sahabatnya itu menertawakannya. Ucapan-ucapan dari Rara bukannya tak ada yang masuk ke telinganya. Tentu saja beberapa godaan dari mulut Rara ada yang membuatnya tercenung.
'Perhatiannya itu overdosis.'
Sekali pun Hana sudah menjelaskan bahwa lelaki itu hanya bersikap baik sebagai atasan, Rara tetap saja bisa membantah dan memberi opsi lain yang membuat Hana makin sering melamun.
Hana mencengkeram beberapa helai rambutnya sendiri.
Kenapa perempuan itu selalu lemah dengan yang namanya perhatian?
Meski sikap Juna lebih banyak menyebalkannya daripada baiknya, namun beberapa perhatian itu sejujurnya membuat Hana cukup luluh. Mungkin... karena ia lama tak sedekat ini dengan lelaki. Juna memberinya perhatian seolah kecelakaan malam itu adalah peristiwa penting untuknya. Karena bahkan... tak bisa Hana pungkiri, Viant saja tak seperhatian itu padanya.
Hari ketika Hana keluar dari rumah sakit, lelaki itu dengan santainya membantu Hana pulang ke apartemen. Selama berada di mobil lelaki itu, memang tak ada percakapan pribadi yang tertukar. Apa benar atasannya itu memberinya perhatian yang di luar batas kewajaran-seperti ucapan Rara?
Hana menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Dipikir-pikir lagi, laki-laki se-'bagus' itu, apa benar belum memiliki calon teman hidup?
"Duhhh..." Hana mendengus keras.
Perempuan itu bangkit berdiri-berjalan pelan tanpa tongkat penyangga. Sejak pagi tak melakukan apa-apa selain diam dan sesekali menganggu Rara dengan kiriman chat darinya. Hari ini Hana tak masuk kerja-sesuai perintah Juna. Sebaiknya ia menggerak-gerakkan kakinya agar lekas sembuh.
Perempuan itu bosan di apartemen.
Juna tidak bilang ia harus istirahat berapa lama, kan?
Hana tersenyum sendiri. Sebaiknya besok ia datang lagi ke kantor.
****
Rabu yang sibuk.
Rara baru saja datang ke kantor-seperti biasa, sekitar setengah jam lebih awal dari jam masuk kerja. Perempuan itu menggumam santai sambil melangkah tenang menuju ruangan kerjanya. Namun, langkahnya terhenti saat ia melihat pintu ruangan Hana terbuka. Awalnya, Rara kira, GM yang selalu jadi trending topic pembicaraan di dalam ruangannya itu sudah datang ke kantor. Niatnya mengintip, Rara malah menemukan Hana di mejanya.
"Han!"
Hana menoleh kaget lalu memicingkan matanya. "Biasa aja kali, kenapa?"
Rara menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Perempuan itu mengambil sebuah kursi dan langsung mengambil duduk di hadapan meja Hana.
Hana mengabaikannya-sibuk dengan iMacnya.
"Kok, kamu di sini?"
"Ya, kan ruanganku di sini. Kalau ruanganku di sebelah pantry, OB dong."
Rara mengembuskan napas keras. "Bukannya Pak Juna nyuruh kamu libur?"
"Lha, kemarin, kan, aku udah ga masuk?"
Rara mendengus keras.
"Apa, sih?"
"Ga takut kena semprot?"
"Kamu sendiri yang hobinya nyerocos kalau kami lagi kena cinta lokasi. Masa mau nyemprot cewe yang dia sukai?"
"Aih, geer."
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect love
Fanfiction𝐟𝐭. 𝐤𝐢𝐦 𝐬𝐞𝐨𝐤𝐣𝐢𝐧 "If God can take away something you never imagined losing, then God can replace it by something you never imagined owning."