29

109 16 8
                                    

"Jadi, kamu tadi ngambek kenapa?"

Hana menghampiri Juna yang tiduran di sofa. Setelah selesai menata barang belanjaan ke dalam kulkas, perempuan itu mendatanggi Juna dengan dua cone es krim di tangannya-satu untuk Juna.

Juna menerimanya sambil memberi ruang untuk Hana melompat naik ke sisi kosong sofa. Juna menepuk-nepuk sisi kosong di sampingnya, meminta Hana berbaring di sana.

Hana melompati kaki Juna dan duduk di sana.

Juna masih betah menepuk-nepuk ruang kosong sofa di dekatnya, meminta Hana berbaring.

"Aku ga bisa makan es krim sambil tidur," decak Hana. "Lagipula, kenapa dari tadi tiduran begitu?"

"Kukira ucapan Viant tadi beneran."

Hana mengerutkan kening.

"Yang tadi, cuddling-thing."

Hana mendengus sambil mencubit lutut Juna-membuat lelaki itu memekik pelan.

Juna membalasnya dengan mencolek pinggang Hana dari belakang.

Hana memukul punggung tangan Juna. "Geli, tau!"

"Memangnya yang kamu lakuin tadi ga bikin geli?"

Hana mendesah panjang. "Aish."

Juna menyeringai. Lelaki itu tertawa beberapa detik, lalu mulai menjilati es krimnya. Hana akhirnya bergerak mundur, menjatuhkann punggungnya di ruang kosong di atas sofa yang disisakan Juna. Keduanya berbaring di atas bed-sofa, memandangi langit-langit sambil menikmati es krim masing-masing.

"Hei."

"Hm?"

"Jadi tadi kamu ngambek kenapa?"

"Gara-gara kamu sibuk."

Juna merasa tersedak.

"Kamu ga nyapa sama sekali di dalam ruangan. Ga noleh sama sekali juga. Dulu-dulu bawel banget."

Juna tersenyum. Lelaki itu menoleh ke kiri, memandang sisi kanan wajah Hana yang masih betah memandangi langit-langit sembari sesekali sibuk menghabiskan es krimnya. Juna melahap sisa es krimnya sebelum memutar tubuhnya-tidur menyamping menghadap Hana. Lelaki itu memandangi Hana menghabiskan es krimnya, menunggu perempuan itu menoleh.

Beberapa jeda, Hana akhirnya menoleh. "Apa?

"Kamu berharap aku memerhatikan kamu di kantor seperti di apartemenmu begini?"

Hana memilih menjilat ibu jarinya yang terkena lelehan es krim. Juna menangkap pergelangan Hana dan mati-matian menahan diri.

"Kalau aku melakukannya, apa yang Viant katakan tadi akan terjadi. Aku akan mengunci pintu ruangan dan membawa kamu naik ke meja kerjaku. Mau?"

Hana membuka mulutnya, mengomel. "Ap-apa itu! Alasan macam apa itu!"

Juna menyeringai, membiarkan Hana kelabakan. "Sorry not sorry."

Hana bangkit terduduk.

"Sini, ngapain bangun?"

Hana menoleh, memicingkan matanya tajam pada Juna yang masih betah tiduran di sofa. "Pulang sana. Omonganmu ke mana-mana."

"Kamu ini, pacarnya udah bukan anak SMP-SMA kok syok kalau aku ngomongnya nyerempet-nyerempet?"

Hana perlahan menjatuhkan punggungnya lagi, berbaring di samping Juna. "Rasanya masih aneh. Karena kemarin-kemarin, kamu masih bosku," jelas Hana lirih. "Sekarang juga masih bosku, sih."

perfect loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang