35

73 16 3
                                    

Isi kepala Juna memang sempat blank. Hanya beberapa hal yang berkelebat di dalam kepalanya ketika ia berada di posisi tadi, berhadapan dengan Hana dan Mika di tempat dan waktu yang sama. Hana mungkin akan marah mengetahui bahwa ia mengenal Mikaila selama ini. Hana mungkin akan meluapkan kekesalan dengan meninggalkannya atau opsi lain, Hana akan mengatakan hal-hal yang tak menyenangkan.

Tapi ternyata perempuan itu hanya memandangi Juna dan Mikaila bergantian. Beberapa detik setelahnya, Hana terlihat seperti menarik napas keras dan menggigit bibirnya sendiri.

Mikaila lebih banyak menghindari tatapan mata Hana yang tajam. Mikaila lebih sering melirik pada Juna karena tak paham dengan situasi yang terlihat membingungkan. Bertemu dengan Hana pasti di luar dugaan Mikaila. Tapi mendapati Juna memiliki hubungan dengan Hana pasti tak pernah dibayangkan Mikaila sebelumnya.

Mikaila melangkah mendekat ke tempat Juna berdiri.

"Juna.."

Hana bergerak. Perempuan itu maju tanpa aba-aba dan meraih pergelangan tangan Juna, menarik keras Juna ke sisinya. Hana tak mau menatap Juna. Juna tak bisa membacanya.

Ketika Juna melihat bahu perempuan itu dari sampingnya, ia sadar bahwa Hana bergerak maju setengah langkah, membatasi tempat ia dan Mikaila berdiri.

Perempuan itu seolah menjauhkannya dari Mikaila.

"Jun?" sebut Mikaila lagi, kali ini lebih lirih.

Hana menyambungkan seluruh puzzle dalam otaknya. Ia bukannya bodoh. Sejak berada di makam, ia merasakan perubahan pada Juna. Hana tak bisa menebaknya. Namun ketika ia bertatap muka dengan Mikaila setelah sekian lama, melihat perempuan itu mendatangi resepsionis dan menyebut nama Viant, Hana mulai mencocokkan semua prasangkanya.

Lima sampai enam tahun...

'Kamu tahu, kan, sekarang zaman media sosial. Ga pernah ada pembicaraan-pembicaraan tentang hubungan semacam itu di sana. Hanya aja dia dan teman-temannya. Kalo sedang melankolis pun, apa yang dia tulis di timeline sosmed adalah kerinduan ke laki-laki yang sudah meninggal itu.'

Mikaila adalah perempuan yang pernah Juna ceritakan.

Nathan adalah laki-laki yang terlibat kecelakaan dengan Juna dulu.

Mikaila adalah perempuan yang membuat Hana marah karena merebut Nathan.

Nathan adalah laki-laki yang menyelingkuhinya.

Ironis sekali. Pahit terasa terkecap di mulut Hana. Ia ingin marah, tapi satu-satunya yang akan ia lakukan sekarang adalah apa yang benar menurut instingnya. Ia kenal Mikaila. Ia pernah menjadi teman perempuan itu bertahun-tahun lalu lamanya.

Hana tak akan membiarkan Mikaila merebut laki-laki yang ada di sampingnya untuk kedua kali. Hana tahu, mungkin Mikaila bertemu dengan Juna lebih dulu daripada ia sendiri. Tapi Hana tak peduli lagi.

"Apa kamu akan merebutnya lagi sama seperti dulu yang biasa kamu lakukan, Mik?"

****

Genggaman itu belum terlepas. Juna kehilangan kata-kata sejak keduanya meninggalkan Viant dan Mikaila. Juna masih membisu ketika ia dan Hana masuk ke dalam lift yang sepi.

"Kenapa kamu ga bilang di makam tadi kalau orang yang kamu ceritakan dulu adalah Nathan?"

"..."

"Kenapa kamu ga bilang kalo perempuan yang selalu kamu jaga karena perasaan bersalah kamu itu ternyata Mika---"

"Demi Tuhan, aku ga tau, Han." Juna melepaskan pegangannya. Lelaki itu menatap balik Hana. "Aku bahkan ga tau kalau yang selama ini bikin kamu sakit hati itu Nathan."

perfect loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang