Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hana tak paham mengapa Rara terus-terusan berbicara tentang GM yang akan mereka temui hari ini. Sejak datang, Rara sibuk memoleskan make-up ke wajahnya, tak memberi Hana waktu untuk bertanya.
"Kamu tadi udah sempet ke sini, Ra?" celetuk Hana saat ia akhirnya bisa berbicara.
Menggerak-gerakkan bibirnya-meratakan lip cream-lalu tersenyum pada cermin bedak di tangannya, Rara akhirnya menatap Hana bingung. "Maksud pertanyaanmu apa, tuh? Kok aku gagal paham?" kelakar Rara enteng sembari mengerling.
"Maksudku, sebelum kamu masuk ruangan dan nyapa aku tadi, kamu udah sempet masuk ruangan ini apa belum?"
"Belumlah. Aku dateng dan langsung nyapa kamu," terang Rara mantap. "Kaya biasa. Kenapa emangnya?"
Hana mengangkat bahu. Saat ia menyanyi-nyanyi dan membunyikan suara musik keras-keras tadi, ia merasa pintu ruangannya dibuka oleh seseorang. Bagaimana, tidak... Hana yakin ia sudah mendorong pintu ruangan dengan kakinya ketika membawa perangkat speaker dari ruang meeting sebelah. Kenapa saat ia menoleh tak sengaja ke pintu, pintu ruangannya terbuka lebar?
Rara ikut-ikutan melempar direksi pandangannya ke pintu ruangan. "Ada apa?"
"Tadi aku ngerasa nutup pintu. Kok pintunya kebuka, ya? Kukira kamu dateng dan keluar ruangan lagi. Mungkin ke kamar mandi atau ke mana gitu?"
Satu alis Rara naik. "Tadi aku dateng, ga ada orang tuh di luar. Kecuali OB. Mungkin ada yang sempet mau ke sini, biasalah, mau nyemprot-nyemprot meja sama nyapu. Tapi ngeliat kamu nyanyi-nyanyi kayak orang kesurupan, mereka balik kandang."
Penjelasan Rara membuat Hana tersenyum.
"Kenapa? Kamu pikir kalau yang ngebuka pintu itu hantu?" goda Rara.
Kali ini Hana akhirnya tertawa kecil. "Ya, ga gitu juga, sih."
"Terus?"
"Gatau, sih. Perasaanku kok ga enak, ya?"
"Kenap-"
Pertanyaan Rara tersendat ketika beberapa pegawai satu ruangan masuk bersamaan, berbincang-bincang dan menyapa satu sama lain. Rara melupakan pertanyaannya dan mendatangi bungkusan sarapan titipannya. Hana pun tak lagi tertarik untuk melanjutkan pembicaraan tak penting tadi. Sebentar lagi jam delapan dan semua pegawai akan sibuk. Perempuan itu tersenyum dan mulai mematikan musik yang ia setel.
"Yang sarapan buruan sarapan."
Hana mengangkat cangkirnya sembari berdiri dari kursinya. "Aku mau ke pantry, deh. Ambil air panas buat bikin kamomil. Mau titip, Ra?"
Rara tersenyum lebar sambil menyiapkan cangkirnya ketika seseorang dari Genaral Affairs Departement terburu-buru memasuki ruangan.