shot three

979 161 22
                                    

"Aku membesarkanmu dengan sepenuh hatiku, Seongwoo-ya! Aku menyayangimu seperti putri kandungku sendiri! Bagaimana kau bisa setega ini pada kami!" Nyonya Hwang menangis histeris, berteriak tanpa henti pada Seongwoo. Jika Tuan Hwang tidak menahannya, wanita itu mungkin sudah akan mengguncang-guncang tubuh Seongwoo.

Minhyun hanya duduk di kursi dandannya, menatap wajahnya sendiri yang sudah tidak dapat beremosi melalui cermin di depannya.

"Aku ..." Seongwoo sendiri tidak bisa berkata apa-apa karena Daniel masih berdiri di belakangnya.

"Apa salah Minhyunnie padamu, Woo?! Kami selalu baik padamu! Kenapa kau jahat pada umma, appa, dan unnie-mu? Kau anggap kami apa- Kau- Kau-"

"Kau sampah, Ong Seongwoo."

Ucapan Minhyun menghentikan tangisan ibunya.

"Minhyun ..." Tatapan Seongwoo memelas, entah bagaimana caranya berharap Minhyun bisa mengetahui kebenarannya.

"Jangan pernah menyebut namaku lagi." Minhyun menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. "Aku tidak akan sesakit ini kalau hanya laki-laki biadab itu yang mengkhianatiku. Tapi kau Seongwoo ..."

Seongwoo menangis sejadi-jadinya dan terjatuh ke lututnya. Ia merasa seperti makhluk yang paling jahat di dunia setelah membuat Minhyun merasa ditusuk dari belakang.

Karena perbuatannya, Minhyun harus merasa sakit hati dikhianati adik angkatnya dan pria yang ia sayangi. Karena perbuatannya, ia mempermalukan ibunya, ayahnya, dan Minhyun di depan semua orang; sanak saudara dan teman-teman yang mereka kenal.

Karena perbuatannya, ia melukai segenap anggota keluarga Hwang — keluarga kecilnya, satu-satunya keluarga yang Seongwoo miliki di dunia.

"Maafkan aku, maafkan aku ..." racaunya tidak jelas.

Minhyun tidak mau lagi menoleh ke arahnya. Kakak angkatnya itu sudah sangat membencinya. Dan Seongwoo tidak bisa menyalahkan sikap Minhyun sama sekali. Ia pun akan merasa sangat terluka jika saudarinya yang sangat ia sayangi dan percaya justru mengkhianatinya.

Terlebih setelah semua kebaikan yang telah Minhyun berikan padanya.

Tuan Hwang menghampiri Seongwoo dan berlutut di depannya.

"Lebih baik kau pergi dari sini, Seongwoo-ssi. Suamimu sudah menunggu." ucap Tuan Hwang.

'-ssi', panggilan hormat untuk orang asing.

"Appa ... kumohon ..."

"Pergilah. Berbahagialah dengan suamimu jika itu pilihanmu. Kumohon, jangan mengganggu keluargaku lagi, Seongwoo-ssi."

'Keluargaku'. Ayahnya, Tuan Hwang sudah tidak menganggap Seongwoo sebagai bagian keluarga Hwang lagi.

"Appa ..." Seongwoo meracau, menangis kencang.

Di momen itulah Daniel melangkah maju, menarik tubuh lemas Seongwoo ke dalam gendongannya. Ia mengangkat Seongwoo yang sedang kacau menangis dengan mudah dan membawanya keluar ruangan.

Daniel sudah cukup puas melihat drama keluarga Hwang itu, ia malah mulai bosan.

Kini, waktunya drama yang sebenarnya dimulai.

methane | ongniel (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang