shot thirteen: Busan

1K 167 119
                                    

Daniel menyetir sendiri ke Busan. Estimasi perjalanannya sekitar empat jam, jadi kemungkinan besar tiba pada sore hari. Karenanya, Seongwoo membawa banyak cemilan dan empat botol air minum di tasnya.

Sang suami sempat meledeknya, mengejek Seongwoo seperti ahjumma yang gelisah berlebihan sebelum perjalanan. Tapi ia tidak membalas.

Perempuan surai hitam itu sangat tegang sebelum memulai perjalanan. Daniel menyadarinya karena Seongwoo lebih diam daripada biasanya. Mungkin ia agak terintimidasi setelah mendengar bahwa pesta yang akan didatanginya bukanlah pesta dengan tamu-tamu konvensional.

"Jangan gugup begitu. Pebisnis gelap bisa mencium ketakutan, Seongwoo."

Bukannya tenang, ucapan Daniel malah membuat istrinya makin tegang. Pria bertubuh bongsor itu tertawa.

Tangannya tanpa sadar menggapai tangan Seongwoo yang dingin.

"Tenang." Nada Daniel melembut. "Suamimu adalah mafia yang berkuasa. Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu."

Seongwoo mengangguk pelan, membiarkan tangannya digenggam tangan Daniel yang jauh lebih hangat dan menenangkan.

"Hanya aku yang boleh menyiksamu, okay?"

Daniel menyalakan radio mobil.

Alunan musik memeriahkan suasana dalam perjalanan. Seongwoo akhirnya melupakan kegugupannya dan mulai bernyanyi-nyanyi di mobil. Daniel turut menganggukkan kepalanya pelan, mengikuti irama musik.

Mereka menghabiskan 2 setengah jam di jalan, tiga puluh menit di rest area, kemudian 2 jam lagi untuk mencapai Busan. Sesuai perkiraan, mereka tiba pukul lima sore.






"Busan!!!" Seongwoo berteriak senang.

Ia keluar dari mobil dan langsung berlari ke arah area pantai. Rasa takut dan gugupnya seolah lenyap begitu saja. Atau mungkin si Kucing itu lupa tujuan utama mereka ke Busan.

Udara akhir musim panas sangat baik. Dalam hitungan minggu, musim gugur akan tiba, sehingga angin semilir berhembus menyejukkan.

Daniel memarkirkan mobilnya di daerah kuliner samping Pantai Gwangalli. Maksudnya agar ia dan Seongwoo bisa membeli makan malam dulu sebelum ke hotel.

Ia sengaja datang ke kota kelahirannya sehari lebih awal dari jadwal pesta.

Tidak ada alasan spesial.

Daniel memperhatikan sosok yang sudah berlari agak jauh. Sosok itu tersenyum sangat lebar, senang bisa bermain di luar. Senyumnya sungguh menular, bahkan bisa menginfeksi Daniel untuk ikut tersenyum juga.

"YA!" Daniel berteriak. "Kembali ke sini sekarang atau kau tidak akan kuberi makan!"

Seongwoo yang berlari kembali sambil merengut membuat senyumnya semakin lebar. Si Kucing sungguh lucu.





Daniel membawa mereka ke deretan tenda makanan yang terkenal di kalangan lokal Busan.

Seongwoo bersyukur ia sempat memohon Daniel untuk mengembalikan sedikit uangnya sebelum berangkat ke Busan. Dengan memegang uangnya sendiri, Seongwoo jadi memiliki kebebasan untuk membeli setiap jajanan yang ia mau.

Dari awal deretan, tangannya sudah penuh dengan jajanan kecil seperti odeng dan hoppang. Ia berhenti di setiap kedai, membeli dua potong untuk setiap jenis makanan. Satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Daniel.

Pria yang berjalan dengan Seongwoo itu tengah mengalami syok kultur.

Bukan apa-apa. Hanya saja dulu Hyerim tidak pernah mau jajan karena harus menjaga figur tubuhnya. Akibatnya Daniel ikut dilarang jajan juga agar tidak menggoda diet sang supermodel.

methane | ongniel (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang