shot twenty seven

1.3K 164 404
                                    

Remang.

Bau obat.

Daniel mengerjapkan matanya pelan, menyesuaikan netranya dengan minimnya cahaya ruang perawatan.

Tangannya terasa berat, seperti ada yang menindihnya.

Kepala yang beristirahat di atas tangannya menegak begitu merasa tangan Daniel bergerak.

"N-Niel?" Seongwoo memanggil namanya, memastikan.

Daniel baru saja akan menjawab, tapi Seongwoo sudah lebih dulu berdiri. Istrinya itu dengan panik meminta Kyujin dan Minho untuk memanggilkan dokter.

"Dokternya sudah pulang, Nyonya. Ini sudah hampir jam dua subuh." Minho mengingatkan. "Lagipula dokter bilang Tuan tidak apa. Hanya perlu istirahat sambil menunggu lukanya kering."

"T-tapi,"

"Aku baik-baik saja, Woo." Daniel terkekeh lemah. Ia menoleh pada Minho dan Kyujin. "Kalian juga kembali saja, tidak perlu menjagaku."

"K-kami di sini bukan untuk menjaga Tuan ..." cicit Kyujin.

Daniel menaikkan satu alisnya. Ia melirik Seongwoo, memperhatikan kulit pucat, kantung mata tebal, dan bibir kering istrinya. Satu kali lihat saja ia bisa menebak bahwa Seongwoo tidak sehat.

"Kalian kembali saja." pinta Seongwoo. "Aku yang akan berjaga di sini."

"Kalau Nyonya dehidrasi dan pingsan lagi seperti kemarin bagaiman-"

Kyujin mencubit paha Minho supaya temannya itu berhenti bicara. Rupanya Seongwoo sudah melotot karena mulut Minho berbicara seenaknya.

"Kau juga kembali ke penthouse, Woo." sela Daniel, tegas.

"Tidak mau." Air mata Seongwoo menggenang di matanya lagi. "Aku mau di sini."

Daniel mengangkat tangannya yang tidak diinfus, kemudian menangkup wajah kecil istrinya. "Aku tidak ingin kau sakit, Seongwoo."

Seongwoo tidak membalas. Ia hanya menunduk diam, tangannya berpegangan erat pada lengan Daniel yang diinfus, tidak berkeinginan melepas.

Daniel bertukar pandang dengan Minho dan Kyujin. Ketiga pria di ruangan itu seperti tau bahwa usaha mereka untuk membujuk Seongwoo akan sia-sia. Nyonya mereka terlalu keras kepala.

Pria yang bersurai cokelat itu menghela napas, menyerah.

"Kyujin, Minho, pulanglah."

Dua anak buah mafia itu terlihat enggan meninggalkan atasan mereka. Nampaknya selama ini Seongwoo telah memperlakukan mereka dengan baik sehingga mereka pun peduli pada Nyonya mereka itu.

Tapi dengan tatapan meyakinkan dari Daniel, Minho dan Kyujin akhirnya mau meninggalkan ruang perawatan dan pulang ke rumah masing-masing.

"Kemari,"

Seongwoo mengangkat kepalanya untuk melihat Daniel. Pria berbahu lebar itu susah payah bergeser ke satu sisi, memberikan ruang di atas sisi lain kasur perawatannya.

Sang istri memiringkan kepalanya, bingung.

"Berbaring di sampingku." jelas Daniel.

Pipi putih pucat itu sedikit merona. "T-tidak."

Daniel mengernyit tidak suka. "Kalau menolak, panggil saja Kyujin dan Minho untuk membawamu ke penthouse."

"Aku ingin bersamamu ..." Seongwoo bersikeras.

Sang suami meremas kembali tangan istrinya. "Kalau begitu kemarilah, Seongwoo."

Daniel menggigit bibirnya, menahan gemas ketika Seongwoo malu-malu naik ke atas kasur perawatan. Istrinya itu dengan kaku berbaring di sampingnya.

methane | ongniel (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang