shot twenty five

1.3K 164 313
                                    

"Kenapa oppa tidak bisa mengajakku berkencan hari ini?"

Daniel memejamkan matanya, gundah. Ia tau Hyerim tidak suka penolakan.

"Oppa sudah memiliki janji lain." Ia beralasan.

"Dengan siapa?"

Daniel melirik si Kucing yang sedang bernyanyi kecil di dapur.

"Seorang teman."

Hyerim meninggikan suaranya kali ini. "Teman? Sejak kapan oppa memiliki—"

Seongwoo datang menghampiri dengan sebotol termos.

Daniel cepat-cepat beralasan bahwa ia sudah harus pergi dan langsung menutup sambungan telponnya sebelum Hyerim bisa membalas.

Pria bersurai cokelat itu ingin tertawa melihat keseriusan Seongwoo mengukur takaran air panas. Nampaknya suasana hati Seongwoo sedang sangat baik — sehingga rutinitas pagi mereka pun terasa riang.

"Niel, mau kubawakan berapa banyak marshmalow dalam hot cocoa-mu?"

Daniel malah terkekeh. "Naluri ahjumma-mu kambuh lagi, Seongwoo. Kita akan pergi makan, jadi kau tidak perlu menyiapkan camilan atau minuman lagi."

Bibir Seongwoo mencebik. "Tapi katamu cafe-nya agak jauh. Kalau jalanan padat dan kita sudah lapar bagaimana?"

"Tidak akan."

Sang mafia memindai penampilan istrinya.

"Daripada menyiapkan camilan, lebih baik kau bawa syal. Sekalian ganti jaket yang lebih tebal. Menurut berita, angin akan bertiup cukup kencang hari ini."

"Benarkah?" tanya Seongwoo. "Kalau begitu aku ganti pakaian dulu!"

Daniel tidak berhenti menyengir sepanjang pagi, melihat Seongwoo yang sibuk sendiri mempersiapkan diri untuk pergi, padahal hanya untuk keluar penthouse sebentar.

Si Kucing terlihat sangat menggemaskan saat ia bersemangat melakukan sesuatu.

Sudah lama Daniel tidak memulai harinya dengan perasaan ringan dan santai seperti ini. Ia sudah bisa memprediksi bahwa ia akan menikmati acara jalan-jalan singkatnya dengan Seongwoo hari ini.

Bukan hanya Seongwoo, Daniel pun tidak sabar lagi.

💸💸💸💸💸

Sesuai janjinya, Daniel membawa Seongwoo ke sebuah cafe yang terletak di ujung kota.

Salah satu daya jual cafe itu adalah pemandangan alam di sekitarnya. Daerah cafe itu relatif masih lebih alami dibanding kebanyakan jalan besar di perkotaan yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit.

Seongwoo tidak berhenti mengambil gambar dengan kamera Daniel yang ia bawa. Ketika turun dari mobil pun, Seongwoo memilih mengabadikan pemandangan di sekitarnya dulu dibanding langsung masuk ke cafe.

Daniel dengan setia menunggu istrinya bermain dengan kamera hingga puas. Tubuhnya ia sandarkan di pintu mobil, memandang punggung kecil yang berlarian untuk mencari sudut potret yang bagus.

Rasanya belum lama lalu Daniel sangat membenci sosok di hadapannya itu.

Tapi kini sekurva senyum malah terbentuk di bibirnya setiap ia menatap Ong Seongwoo layaknya objek terindah di bawah kaki langit.

"Kucing!" panggilnya, usil. "Aku lapar! Ayo masuk ke dalam sekarang!"

"Siap!" cicit Seongwoo riang, sambil berlari kecil menyusul Daniel.

methane | ongniel (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang