shot twenty six

1.2K 168 290
                                    

*warning: triggering content (⚠️⚠️⚠️)
Self harm content(!!!), yang tidak kuat aku MOHON skip bagian dengan tanda ⚠️⚠️⚠️.
Nanti bagian ⚠️⚠️⚠️ akan aku rangkum di author's notes.

💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸



Seongwoo terbangun di dalam kamar yang tidak dikenalinya.

Kamar itu tidak besar, langit-langitnya juga agak rendah. Dindingnya berwarna gading dan kokoh. Seongwoo bisa mendengar suara terjangan air menghantam sisi lain dinding samping kasurnya. Ruangan itu juga berbau khas, tepatnya seperti bau asin laut.

Tangannya membuka pintu, membiarkan angin musim dingin menerpanya.

Betapa kagetnya Seongwoo begitu melihat hamparan laut biru di depannya, hanya terpisah oleh sedinding railing kapal.

"Sudah bangun?" Suara rendah bertanya dari belakangnya.

Seongwoo bahkan tidak menoleh. Tanpa melihat pun, ia sudah hafal suara serak suaminya di pagi hari.

Daniel menghampiri Seongwoo. Ia melepaskan syal dari lehernya, kemudian mengalungkannya di leher Seongwoo.

"Kenakan ini. Di luar sini dingin, kau bisa sakit. Anak buahku sudah membuatkan sarapan di dek atas-"

Tanpa menunggu Daniel selesai bicara, Seongwoo malah membuang syal suaminya ke lantai, lalu berlari masuk kembali ke kamar.

Daniel menghela napasnya pelan. Tubuhnya membungkuk untuk mengambil syalnya kembali.

Ia sebenarnya sangat tidak ingin mengajak Seongwoo ikut dalam perjalanan bisnisnya yang berpotensi berbahaya itu. Tapi setidaknya, Seongwoo tidak akan bisa lari kemana-mana jika berada di kapal. Daniel juga bisa menjaga Seongwoo secara langsung, dibandingkan terdistraksi dengan kekhawatiran Seongwoo kabur dari penthouse jika ditinggal sendirian.

Sang mafia melangkah masuk ke kamar istirahatnya. Dilihatnya Seongwoo sudah kembali berbaring di atas kasur dengan selimut yang menutupi hingga ujung kepalanya.

Daniel menarik selimut itu pelan, hingga kepala istrinya bisa terlihat.

"Woo, aku tau kau masih marah." ucapnya. "Tapi setidaknya makan dulu. Kau belum makan apa-apa sejak kemarin."

Seongwoo masih tidak bergeming.

Daniel terus mencoba. "Nanti kau sakit, Seongwoo. Kalau kau sakit, nanti aku tambah repot merawatmu lagi."

Ekspresi datar Seongwoo berubah menjadi sedih untuk sepersekian detik, sebelum kembali datar lagi.

Sang mafia menggigit lidahnya sendiri setelah menyadari kesalahannya.

"A-aku tidak masalah kerepotan harus merawatmu, tapi aku tidak ingin kau sakit—"

Seongwoo bangkit dari tempat tidur, kemudian mengenakan coat miliknya yang tergantung di belakang pintu kamar. Rupanya bujukan Daniel akhirnya didengar (meskipun, cara membujuknya telah membuat istrinya semakin marah).

Daniel masih berdiri kaku di samping kasur, menunggu istrinya bersiap. Setelah menyisir rambutnya asal dengan jari, Seongwoo langsung melangkah keluar, tidak menunggu suaminya.

Biarlah kali ini Daniel yang harus mengikutinya, berjalan dari belakang.

💸💸💸💸💸


Seongwoo tidak menyangka bahwa akan ada pria tua yang bergabung sarapan dengan mereka di atas dek kapal.

"Seongwoo!"

methane | ongniel (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang