shot four

1K 156 32
                                    

Begitu membuka mata, pemandangan yang menyambutnya adalah sepatu hitam mengkilap.

Ia melompat duduk dari posisinya sebelumnya. Rasa nyeri merambat ke atas punggungnya akibat karpet yang menjadi alas tidurnya.

"Seperti kucing."

Seongwoo langsung mendongakkan kepalanya untuk memelototi orang yang baru saja menghinanya. Ia berdiri, siap melarikan diri dari orang itu. Tapi malang baginya, gemerincing besi berbunyi tepat setelah ia menggerakkan kakinya.

Kaki kanannya dirantai pada sebuah tiang besi yang memisahkan antara ruang tamu dan dapur.

"Kau merantai aku? Memangnya kau pikir aku binatang?"

"Supaya kucingku tidak kabur." ucap Daniel dengan santai.

"Lepaskan aku!" perintah Seongwoo.

Daniel mengangkat dua tangannya ke udara sambil tersenyum menyebalkan. "Aku tidak memegangimu."

Seongwoo terperangah, sungguh kagum dengan kalimat yang barusan ia dengar. "Apa kau anak kecil? Kau tau bukan itu maksudku!"

Lelaki berbahu lebar itu berjalan mendekati Seongwoo. "Apa kau bodoh? Untuk apa aku menuruti permintaanmu?"

Jawaban Daniel yang sangat masuk akal itu membuat sang jurnalis terdiam sesaat. Mafia penculik itu kemudian berjalan pergi dari ruangan tempat ia menyekap Seongwoo.

"Tapi kau membenciku! Kau sendiri yang mengatakannya. Untuk apa kau menyekapku di–" Seongwoo mengobservasi tempatnya berada. "di mana ini?"

"Penthouse-ku." Jawab Daniel santai dari arah dapur.

Seongwoo memperhatikan ruangan tempat ia berada. Ia dirantai di sudut ruangan, tepat di samping jendela besar yang mengarah ke kota. Di sekelilingnya ada sofa, televisi, meja kopi, dan berbagai furniture lain layaknya ruang tamu seseorang.

"Apa kau gila? Mana ada orang yang membawa orang yang ia benci ke dalam rumahnya?" Seongwoo hanya tidak habis pikir dengan jalan logika Daniel.

Daniel kembali dengan roti tawar di mulutnya. "Biar bagaimanapun kau tetap istriku, Seongwoo."

Pria berbahu lebar itu melirik Seongwoo sebentar sebelum berlari lagi ke dapurnya. Seongwoo memperhatikan gerak-geriknya. Ia kembali ke hadapan Seongwoo dengan dua potong roti tawar di tangannya dan semangkok air. Makanannya ia letakkan di pangkuan Seongwoo dan mangkok minumannya diletakkan di atas karpet apartemennya.

"Untuk kucingku." ia tersenyum, puas merendahkan harga diri Seongwoo. "Ayo dimakan!"

Seongwoo menatap laki-laki di hadapannya, rasa frustrasi tercetak jelas di wajahnya. "Apa yang kau inginkan dariku, Kang Daniel?"

Daniel mengendikkan bahunya. "Menyiksamu. Melihat kau menderita. Memastikan kau tidak bahagia."

Jemari sang jurnalis mengepal. "Merantaiku di rumahmu? Itu rencanamu untuk menyiksaku?"

Daniel tertawa kecil. "Tidak, tentu bukan itu saja. Aku hanya akan membuat hari-harimu penuh dengan kesulitan. Kesulitan yang sangat banyak sehingga kau berharap kau tidak bangun dari tidurmu esok hari."

Melihat Seongwoo tidak bergeming di tempatnya, sang mafia kembali tersenyum lagi.

"Suamimu ini harus pergi bekerja dulu, jadi anak buahku yang akan menemanimu. Sampai jumpa nanti malam, Sayang. Semoga harimu menyenangkan!" tambah pria bersurai cokelat itu lagi sebelum menutup pintu penthouse-nya.

Apapun itu yang Daniel ucapkan, Seongwoo tidak mengerti maksud dari perkataannya.

💸💸💸💸💸



methane | ongniel (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang