shot twenty four

1.1K 169 216
                                    

Mari kita putar waktu sedikit.

Malam itu Daniel baru kembali dari perjalanan bisnisnya dari Macau. Suasana hatinya agak buruk karena transaksinya hampir gagal. Untung saja ia berhasil 'membasmi' masalah yang datang.

Namun ia tetap merasa kesal mengetahui ada kemungkinan seseorang yang berkhianat dan memberitahukan jalur rahasia transaksi senjata mereka pada kelompok mafia lain.

Sang mafia mengendap pelan di lorong penthouse-nya sendiri, berusaha untuk tidak membangunkan dua nyawa lain yang kemungkinan besar sudah mengarung alam mimpi.

Daniel membuka pintu kamar tamu sedikit, menatap surai pirang yang terkepang di atas bantal. Matanya ditutup dengan penutup mata, namun mulutnya sedikit terbuka. Setelah memastikan bahwa Hyerim sudah tertidur pulas, Daniel menutup pintu kamarnya pelan.

Kali ini, Daniel membuka pintu kamar tidurnya.

Kontras dengan rambut kekasihnya, surai hitam legam istrinya tergerai berantakan karena pemiliknya tidur menyamping.
Daniel terkekeh pelan melihatnya.

Sang mafia memberanikan diri masuk ke dalam kamar tidurnya. Ia perlahan duduk di samping kasur, berhati-hati agar si Kucing tidak terjaga karena pergerakannya.

Daniel menarik selimut Seongwoo, membenarkannya agar kain itu menghalau dingin dari tubuh istrinya. Kemudian ia menyisir helaian rambut Seongwoo yang menutupi wajah manisnya, supaya tidak mengganggu. Pria berbahu lebar itu memperhatikan sosok yang terlelap dengan lekat.

Seongwoo mengigau dengan suara pelan. Setetes air keluar dari kelopak matanya yang tertutup.

Daniel menghapus air mata itu dengan ibu jarinya.

"Apa kau bermimpi buruk?" bisik Daniel, meskipun ia bicara sendiri. "Siapa yang berani membuatmu sedih? Laporkan padaku."

Sang suami mengusap punggung istrinya, menenangkan. Ia baru berhenti begitu wajah tidur Seongwoo terlihat lebih nyenyak.

Daniel tersenyum lembut. Ia sendiri merasa lebih baik setelah melihat Seongwoo yang terlelap di atas kasurnya.

"Mimpi indah, Ong Seongwoo."

💸💸💸💸💸


Di akhir bulan sepuluh, Hyerim akhirnya pindah ke apartemen miliknya sendiri.

Supermodel cantik itu jadi tidak terlalu suka padanya setelah kejadian debat kecil mereka waktu beres-beres. Jadi waktu pulang pun, Hyerim hanya melenggang pergi tanpa berpamitan pada Seongwoo.

Seongwoo juga sebenarnya tidak mengharapkan kata-kata pamitan sama sekali.
Ia hanya berdiri di depan pintu elevator kala itu, melambai pada Daniel yang menarik koper-koper Hyerim,

berharap Daniel akan cepat pulang setelah mengantar Hyerim ke apartemen barunya.



Seongwoo mengira itu berarti keadaan akan kembali seperti semula sebelum kehadiran Hyerim. Tapi ternyata kenyataan tidak seperti itu.

Keadaan 'semula' bagi Daniel adalah ketika Hyerim bisa kembali berada di dalam hidupnya.

Bukan 'semula' di mana Daniel dan Seongwoo bersantai menonton film Marvel di sofa, saling mengusili satu sama lain, atau mengajak teman-teman baru mereka pergi makan BBQ.

Meskipun Hyerim sudah tidak tinggal bersama mereka, Daniel tetap lebih mendahulukan kebutuhan sang supermodel dibanding menghabiskan waktunya di penthouse bersama Seongwoo.

methane | ongniel (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang