Pukul 11 malam, Daniel membungkuk hormat pada seorang kakek yang mempersilahkan ia dan 29 orang anak buahnya beristirahat.
Mereka datang menyamar sebagai rombongan turis yang tertinggal kereta pulang ke kota. Untungnya, kakek yang menjabat sebagai kepala desa di situ mengizinkan mereka singgah di balai desa yang sederhana untuk satu malam.
"Kyujin, laporkan perkembangan situasi."
"Helikopter kita sudah mendarat di Hong Kong, Tuan." jelas anak buah mafia itu. "Minho dan yang lainnya sudah bersembunyi. Mereka menyebutkan ada sekitar 50 orang dari Geng Tanduk Merah yang tengah membuntuti dan mencari 'Kang Daniel'."
"Bagus. Teruslah bergerak. Pastikan mereka mengejar 'aku' keliling kota Hong Kong."
"Baik, Tuan."
Daniel memperhatikan para bawahannya menikmati jagung bakar yang ia belikan dari penjual di luar balai.
Ia juga lapar. Tapi perutnya terasa terlalu mual untuk makan, tidak bisa berhenti gelisah mengkhawatirkan kondisi istrinya.
Matanya memandang lurus ke arah hutan yang berselimut putih salju. Di dalam kegelapan dingin malam itu, ada sosok yang dicintainya tengah menahan sakit dan derita yang tidak sepatutnya ia rasakan.
'Aku sudah di sini, Woo. Bertahanlah sedikit lagi.'
💸💸💸💸💸
Pukul 1.30 subuh, Daniel dan anak buahnya mulai bergerak.
Semua anggotanya berpencar sesuai posisi. Telinga mereka dilengkapi dengan bluetooth earpiece guna mendengar arahan Daniel.
"Baris depan, gambarkan situasi."
Alat di telinga Daniel berdengung, mendapatkan balasan dari permintaannya.
"Dua penjaga di pintu depan, Tuan." Vata melaporkan, matanya sambil meneropong melalui teropong malamnya. "Pondoknya cukup besar, ada dua tingkat. Perkiraan kapasitas maksimal 50 orang penjaga."
"Okay. Hijau."
Hijau atau kode izin untuk maju menyerang berarti para anak buah sudah boleh melanjutkan ke tahap perencanaan mereka selanjutnya.
Vata dan tiga orang anak buah lainnya merayap di tanah, mengendap diam-diam dari belakang pohon di samping pondok. Mereka menyerang kedua penjaga pondok dari belakang, menyuntikkan sesuatu ke tubuh anggota Geng Tanduk Merah.
Dua penjaga yang diserang itu seketika kehilangan kekuatan pada otot-otot mereka dan lumpuh. Keempat anak buah Daniel segera membekap dua orang itu dan menyeret mereka beberapa puluh meter ke kegelapan malam.
Daniel menyambut dua orang penjaga pondok itu dengan pistol andalannya.
"Berteriaklah, dan itu akan menjadi suara terakhir yang kau keluarkan dalam hidupmu."
Kedua anggota Geng Tanduk Merah menutup rapat mulut mereka. Mereka fokus berusaha untuk menggerakkan tangan atau kaki mereka - namun semuanya sia-sia. Daniel menyeringai, setengah menertawakan kualifikasi anggota Geng Tanduk Merah.
"Tenang, kalian tidak akan begini selamanya. Tapi aku sudah memastikan dosis obat yang disuntikkan di tubuh kalian cukup untuk melumpuhkan kalian sampai 24 jam ke depan. Kalian bisa berbaring di tengah hutan ini selagi menunggu hewan buas datang menyantap kalian atau kalian bisa membantuku dan kupindahkan ke tempat yang lebih aman. Pilihan kalian."
Tanpa ragu, keduanya langsung menyetujui untuk membantu mafia lawan. Anak buah Daniel menodongkan pistol ke depan wajah dua penjaga yang 'lalai' itu selagi mereka diinterogasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
methane | ongniel (gs)
FanfictionKang Daniel adalah seorang mafia yang hidupnya hancur berantakan setelah mendengar bahwa kekasihnya, belahan hidupnya terlibat kecelakaan fatal yang disebabkan oleh Ong Seongwoo. Bagi seorang mafia sepertinya, pembalasan dendam adalah sebuah hukum y...