shot eleven

1K 160 100
                                    

Setelah malam dimana mereka berbincang lebih dalam mengenai 'kemarahan' masing-masing, dinamika kehidupan suami istri itu berubah cukup drastis.

Seongwoo sekarang tidak takut-takut lagi berkeliaran di penthouse Daniel. Karena ia sudah benar-benar kehilangan 'kehidupannya' sendiri, ia tidak takut kehilangan apapun lagi.

Daniel sudah 'lupa' merantainya sejak malam itu. Jadi ia bisa bergerak bebas dan beraktivitas di penthouse dengan 'normal'.

Mengenai siksaan-siksaannya, Daniel juga tidak terlalu berulah lagi. Siksaan yang disiapkannya belakangan hanyalah hukuman-hukuman konyol yang menguras tenaga – tapi sudah tidak lagi melibatkan kekerasan yang menyakiti fisik atau mental Seongwoo.


Mungkin ini hanya firasatnya saja, tapi sikap Daniel seperti melunak? sejak malam itu.

Pria itu bahkan cukup bodoh untuk bisa dikerjai Seongwoo kadang-kadang. Lusa kemarin, Seongwoo mengganti isi biskuit Oreo-nya dengan pasta gigi. Kemarinnya lagi, Seongwoo menempelkan kertas bertuliskan 'Daniel Jelek' di punggung pria itu sebelum ia berangkat kerja.

Daniel memang mengamuk marah.

Tapi amukannya itu hanya berupa omelan marah dengan suara keras, disusul dengan hukuman aneh lainnya seperti 'merapikan tiap bulir beras agar berdiri vertikal di dalam karung beras'.



Terlepas dari situasi dirinya yang sebenarnya 'diculik/disekap', Seongwoo sering merasa bosan di penthouse. Daniel bekerja dari pagi hingga malam setiap hari, sedangkan ia tidak memiliki handphone atau laptop untuk menghibur diri.

(Handphone, laptop, kamera, dan barang-barang kepemilikannya disita oleh Daniel. Mafia itu hanya menyisakan pakaian-pakaian Seongwoo untuk dikenakan.)

Jadi saat ia sedang tidak disiksa, Seongwoo akan mengerjakan pekerjaan rumah untuk mengisi harinya. Ia menjelajah isi penthouse Daniel, menemukan gudang kecil tempat penyimpanan alat-alat kebersihan. Kadang ia mencuci piring, menyapu lorong, mem-vakum karpet ruang tengah, atau mengelap kaca jendela. Tidak lupa juga ia mempersiapkan menu makanan untuk sarapan dan makan malam Daniel.

Seusai semua pekerjaan itu selesai, Seongwoo akan duduk bermalas-malasan di sofa, entah menyalakan TV untuk menonton atau mengorek-ngorek 'harta karun' Daniel yang tersembunyi di sekitar penthouse.




Hari ini terhitung sudah hampir dua bulan sejak malam itu.

Berarti sudah tiga bulan usia pernikahan Daniel dan Seongwoo.


Pintu elevator berbunyi, menandakan kepulangan Daniel. Mafia berbahu lebar itu pun sudah mulai terbiasa dengan wangi penthouse-nya yang berbeda belakangan ini.

"Pembantu-ku masak apa malam ini?" sapa pria itu dengan seringaian khas miliknya.

Seongwoo dengan jengah merotasikan matanya. "Oh, Kerbau Pencari Uang-ku sudah pulang? Aku memasak kamja jeon dan sup ayam untuk makan malam."

Daniel melotot sinis.

Seongwoo tertawa karena ia menang malam ini. "Mandi dulu sana. Aku akan panaskan supnya untuk kita makan."

Sang mafia mengangguk menurut, lalu berjalan cepat ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Seongwoo bangkit dari sofa untuk menyiapkan makan malam.

Satu hal yang Seongwoo sadari; Daniel suka masakannya. Pria itu mulai menunjukkan sedikit 'kebaikan' padanya sejak ia memasak bubur saat itu. Kalau memasak bisa membuat Daniel lebih 'berbaik hati' pada Seongwoo, maka ia akan melakukannya.




methane | ongniel (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang