shot ten

1.1K 170 102
                                    

Kemarin malam, Seongwoo membongkar isi kopernya, lalu mengeluarkan bantal kecil dan selimut kesayangannya. Ia akan memanfaatkan kecerobohan Daniel yang pelupa. Ia membaringkan tubuhnya di atas sofa Daniel, memanjakan tubuhnya yang sudah dipaksa tidur di atas lantai keras selama hampir sebulan ini.

Malam itu, Seongwoo tidur dengan sangat nyenyak di sofa.

Berkat soju 'curian'-nya dan tidur yang nyenyak, Seongwoo sudah merasa sedikit lebih baik. Cukup baik untuk bisa memulai misi baru dalam hidupnya.

Sekarang sudah giliran Seongwoo yang mengerjai Daniel.

💸💸💸💸💸



Daniel berjalan keluar kamar dengan jas dark grey dan celana bahan berwarna sama.

Netranya langsung memindai isi penthouse-nya, mencari keberadaan kucing tahanannya. Ia menemukan Seongwoo di belakang konter dapur, sedang memanggang roti dan memanaskan segelas susu.

Daniel memicingkan matanya, memandang perempuan itu dengan penuh kecurigaan.

"Pagi, Daniel." Seongwoo tersenyum.

"Apa yang telah kau perbuat?"

Seongwoo mengendikkan bahunya. "Aku hanya membuatkan sarapan."

"Kenapa?"

"Karena kita berdua perlu sarapan sebelum memulai hari."

Daniel menarik kursi di tepi konter. Seongwoo mendorong piring sarapan ke depan Daniel. Sang mafia hanya memandang sarapannya dengan penuh kegelisahan.

Seongwoo menggigit bibirnya, mencoba menahan tawa. Rencananya berjalan dengan mulus. Ia membuatkan Daniel sarapan yang normal, tapi ia tau mafia itu akan curiga padanya. Jadilah mafia itu terlihat seperti orang bodoh yang ketakutan pada roti panggang dan susu.

Seongwoo menggigit roti panggangnya sendiri, lalu menyuruh Daniel untuk mengikutinya.

Beberapa saat kemudian, Daniel pun perlahan menggigit rotinya, mengecapnya berkali-kali untuk memastikan ia tidak diracuni. Setelah yakin rotinya aman, ia baru menikmati sarapannya.

Seongwoo tersenyum manis. Daniel meliriknya tidak suka.

"Siapa yang mengizinkanmu makan di meja hari ini?" omelnya.

"Tidak ada." jawab Seongwoo. "Tapi tidak ada yang melarangku juga."

Daniel menghabiskan susu di gelasnya. "Kau ekstra menyebalkan hari ini, Ong Seongwoo."

Seongwoo mengabaikan komentarnya. Ia memilih untuk memperhatikan bahu kanan Daniel. "Bagaimana kabar luka tembakmu? Apa kau sudah mengganti perbannya?"

"Dokterku akan mengganti perbannya nanti siang. Kau tidak perlu khawatir begitu, Istri."

Seongwoo mendecih. Seharusnya ia tidak usah bertanya kalau jawabannya akan semenjengkelkan itu.


Elevator penthouse Daniel berbunyi. Seorang anak buah Daniel berjalan masuk menenteng dua kantong besar. Anak buahnya meletakkan kedua kantong di ujung konter yang tidak digunakan Daniel.

Seongwoo menoleh. "Apa itu?"

Daniel membulatkan matanya, tangannya menggesturkan silang pada anak buahnya.

Sayangnya anak buah Daniel tidak melihat gestur atasannya.

"Ini bahan makanan belanjaan yang Tuan Daniel minta." Anak buahnya itu dengan bangga memamerkan. "Saya sudah membeli semuanya, Tuan. Tumben sekali tuan meminta saya ke pasar pagi-pag-"

methane | ongniel (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang