shot twenty two

1.1K 159 157
                                    

Seongwoo memainkan action figure Spiderwoman-nya sambil melamun.

Tiga hari berlalu dan Daniel masih belum kembali ke penthouse.

Malam itu, ia hanya mengantarkan Seongwoo hingga elevator. Pria berbahu lebar itu langsung menuju ruang perawatan untuk menghampiri Hyerim yang baru sadar dari koma. Seongwoo kira ia hanya akan mengunjungi Hyerim hingga larut. Namun Daniel malah tidak kembali juga hingga tiga malam berganti hari.

Semenjak itu, Kyujin dan Minho yang bergantian datang-pergi, keluar-masuk dari penthouse untuk mengambil pakaian ganti, alat mandi, dan makanan untuk Daniel di ruang perawatan.


Perasaan Seongwoo kosong.

Ia tidak tau harus merasa seperti apa.

Seongwoo tidak tau mengapa ia harus merasa sesak jika memikirkan Daniel yang mungkin sedang merengkuh Hyerim dalam dekapannya.

Daniel memang pernah mengatakan bahwa ia menyayangi Seongwoo. Tapi ia menyayangi Seongwoo sebagai seorang teman, tidak pernah menyatakan lebih dari itu. Daniel mungkin sempat mencium bibirnya beberapa malam lalu, namun itu tidak memastikan apa-apa. Tidak ada yang berubah; ia dan Daniel tetaplah sepasang teman biasa yang kebetulan (terpaksa) berstatus suami-istri.

Buktinya pria Kang itu menghabiskan waktu lebih dari satu tahun bersama Minhyun; berkencan dengan kakak angkatnya, berpegangan tangan, dan mungkin melakukan tindakan mesra lainnya — namun tetap tidak memiliki rasa apapun pada Minhyun.

Sedangkan Seongwoo sudah sejak awal mengetahui perasaan Daniel untuk Hyerim. Daniel sangat mencintai Hyerim, Hyerim adalah satu-satunya untuk Daniel. Mafia itu tega merusak hidup orang lain demi membalaskan dendam kekasihnya. Meskipun cara itu salah, namun itulah cara Daniel untuk mengekspresikan seberapa besar cintanya untuk Hyerim.

Jika Seongwoo sudah tau itu, seharusnya ia tidak berekspektasi apapun sejak awal dan memaklumi keabsenan Daniel.

Tapi hatinya tidak bisa memungkiri bahwa ia sempat mengharapkan sesuatu malam itu.





Suara elevator berbunyi.

Seongwoo beranjak dari sofa, siap menyambut bila Daniel pulang.

Ternyata itu Kyujin.

"Ya, Nyonya?" tanya anak buah mafia itu begitu melihat Seongwoo menatapnya.

Seongwoo menggeleng. "Tidak, Kyujin. Tidak apa-apa."

Kyujin tersenyum kecil, ia sedikitnya paham bahwa istri sah dari bos-nya mungkin sedang dilanda kegalauan. Namun ia juga tidak bisa berkata apa-apa untuk menghibur Nyonya Kang.
Ia membenarkan pikulan kantong plastik transparan yg besar di punggungnya dan melanjutkan pekerjaannya.

Seongwoo melihat kantong plastik yang dibawa sang anak buah mafia.

"Apa itu yang kau bawa, Kyujin?"

"Ah, ini barang-barang Nona Hyerim yang ditemukan saat ia kecelakaan. Nona sudah tidak menginginkan barang-barang ini lagi, katanya sudah kotor. Jadi saya disuruh membuangnya."

Mata Seongwoo terfokus pada satu benda di dalam kantong itu: sebuah tas kamera dengan gantungan kunci anjing laut.

"Kalau barang itu mau dibuang, apa aku boleh mengambilnya?"

Kyujin terdiam sesaat, mempertimbangkan jawabannya. Secara logika, bila Nona Hyerim tidak menginginkannya lagi dan Tuan Kang memerintahkan untuk membuangnya, berarti barang itu bukan milik siapa-siapa lagi. Siapapun boleh mengambilnya.

methane | ongniel (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang