"S-S-Seongwoo?!"
Tubuh ringkih Seongwoo dengan sekuat tenaga berusaha merangkak ke ruang tengah. Ia terus menerus menarik kakinya, tidak peduli dengan darah yang sudah mengucur di sekitar pergelangan kakinya akibat tertahan oleh rantai besi. Kulitnya hampir seputih kertas, bulir-bulir keringat menghiasi dahinya. Mata Seongwoo semerah darah, seluruh wajahnya basah dengan air mata. Tangisannya serak dan nyaring, dipenuhi dengan isakan-isakan yang histeris.
"DANIEL! DANIEL! DANIEL!"
Semua dinding pertahanan yang telah ia bangun untuk menjauh dari Seongwoo seketika itu juga runtuh total. Daniel tidak lagi mengikuti perkataan otaknya. Ia langsung berlari mendekati Seongwoo dan berlutut di samping istrinya.
"K-kau kenapa?"
Seongwoo terus menangis dan meraung. Lagi-lagi ia menarik kakinya dari rantai besi, berusaha untuk menjauh dari jendela. Padahal kulit-kulit di sekitar pergelangan kakinya sudah terkelupas karena lecet tergesek besi.
Sang mafia menahan kaki Seongwoo. "Berhenti menyakiti dirimu sendiri! Apa yang sedang kau lakukan?!"
Tangan Seongwoo masih menutup kedua telinganya. Ia menggelengkan kepalanya tanpa henti sambil menangis.
"SEONGWOO!" Daniel berteriak, kali ini menjauhkan tangan Seongwoo dari telinga supaya bisa mendengarnya.
"DANIEL! DANIEL!" Seongwoo balik berteriak, seolah Daniel tidak sedang ada di hadapannya.
Daniel menarik perempuan bersurai hitam itu ke pangkuannya. Seongwoo langsung menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Daniel. Kedua tangannya kembali berusaha menutup telinganya.
Dari kedekatan itu, Daniel bisa merasakan napas Seongwoo yang tersengal. Si Kucing hampir tidak bernapas sama sekali. Belum lagi tubuh Seongwoo yang terus meronta, padahal punggungnya sudah basah dengan keringat dingin.
"Tenang, Seongwoo! Tenang!"
"DANIEL!" Seongwoo terus menangis, tidak mendengar apa-apa.
Jantung Daniel ikut menderu. "Jawab aku! Kau ini kenapa?!"
DUAR! Petir menggelegar dari luar jendela.
Seongwoo meremat telinganya kasar.
Daniel pun teringat.
.
.
.
"Aku pulang!" Minhyun berteriak dari ambang pintu. Ia kemudian menoleh ke Daniel. "Lepaskan saja sepatumu di ruang tamu."
Daniel mengangguk. Padahal rencananya ia dan Minhyun akan kencan di taman hari ini. Tapi karena hujan lebat tiba-tiba turun, akhirnya mereka membatalkan acara mereka dan langsung kembali ke rumah Minhyun.
"Ayo ke dapur, Daniel, aku akan membuatkanmu teh hangat."
Daniel pun mengikuti Minhyun ke dapur.
Begitu masuk ke dapur, sang mafia langsung memfokuskan matanya pada sosok yang duduk sendirian di meja makan. Adik angkat Minhyun, target dari rencananya, Ong Seongwoo.
Seongwoo tersenyum kecil untuk menyapa kekasih kakak angkatnya, ia tidak berkata-kata. Sebuah headphone bertengger di kepalanya. Suara musik yang keluar dari alat itu sangat keras, bahkan Daniel yang tidak mengenakan headphone-nya saja bisa mendengar. Sebuah keajaiban bila gendang telinga Seongwoo belum rusak karena volume luar biasa besar itu.
Daniel pasti menunjukkan ekspresi keheranan, karena detik selanjutnya Minhyun sudah terkekeh.
"Seongwoo bukan memiliki masalah pendengaran. Ia memiliki phobia terhadap petir sejak kecelakaannya dengan orang tuanya. Makanya ia sengaja memasang musik keras-keras supaya tidak mendengar suara petir di luar."
KAMU SEDANG MEMBACA
methane | ongniel (gs)
FanfictionKang Daniel adalah seorang mafia yang hidupnya hancur berantakan setelah mendengar bahwa kekasihnya, belahan hidupnya terlibat kecelakaan fatal yang disebabkan oleh Ong Seongwoo. Bagi seorang mafia sepertinya, pembalasan dendam adalah sebuah hukum y...