"Wah hp gue bisa rusak tuh."
Deg!
Napas Erin tercekat. Mendadak udara di sekitarnya berubah menyesakkan untuk dihirup. Seraya meremas ujung bajunya, perlahan Erin menggerakkan wajahnya ke sebelah kanan.Erin menelan ludah susah ketika ia mendapati Galang tengah berdiri di ambang pintu. Entah karena Erin sudah tahu siapa Galang atau memang cowok itu mempunyai ekspresi yang menakutkan.
"Udah liat ya?" Galang tersenyum miring seraya menghampiri Erin.
Siapa dia? Kenapa dia berbeda dari Galang yang Erin kenal?
Galang yang lembut juga ramah."Gue mau pulang," ucap Erin mulai bangkit. Buru-buru ia memasang tasnya dengan tangan yang bergetar. Erin hanya menunduk, tak sedikit pun ia berani menatap cowok itu.
"Kita bahkan belum mulai," ucap Galang santai, sebelah tangannya bahkan ia masukkan ke dalam saku. Namun entah mengapa itu justru membuat Erin semakin ketakutan.
"Eits... Mau ke mana?" Galang menahan tangan Erin ketika gadis itu hendak melarikan diri dari sana.
"Lepasin! Gue mau pulang." Erin menarik-narik tangannya. Namun karena Galang punya tenaga yang lebih besar, tangannya tak bisa terlepas.
"Padahal gue nggak pengen main kasar loh." Mulanya Galang tersenyum, namun setelahnya Erin melihat giginya menggertak.
"Sini, lo harus liat mahakarya gue dulu."
Galang membawa Erin, tak peduli Erin menolak dan meringis sakit di pergelangannya, Galang terus menariknya."Lepasin gue! Gue nggak mau ikut lo! Lo orang jahat!" seru Erin panik. Di rumah ini tidak ada orang, dan setelah tahu apa yang dilakukan Galang selama ini terhadapnya, pikiran Erin berputar pada hal yang mengerikan.
BRAK!
Galang membuka sentengah membanting pintu di depannya, ia sedikit memajukan tubuh Erin, membuat gadis itu bisa melihat jelas isi dari ruangan itu.
Erin membekap mulutnya, wajahnya berubah pucat pasi, sementara air mata mulai ikut meluncur seiring ketakutannya.Foto-foto Erin berukuran besar terpajang di saja. Lebih parah dari yang ada di grup itu. Di sini bahkan ada foto Erin yang tengah berganti pakaian di ruang ganti sekolah.
Jadi yang Galang menolongnya dari orang yang mengikuti Erin itu hanyalah tipuan? Agar Erin tak sadar bahwa Galanglah penguntit yang sebenarnya."Gimana? Keren kan?"
Galang benar-benar sudah gila!
Dia pasti sudah dirasuki setan! Atau mungkin dia sebenarnya adalah iblis yang beberapa hari ini meminjam topeng malaikat.
Bagaimana mungkin ia bisa melakukan hal sekeji ini pada Erin, apa Erin pernah punya salah terhadapnya?"Gue mau pulang... Gue mau pulang!"
Galang meraih rahang Erin dan mencengkeramnya. "Nggak semudah itu sayang."
Bruk!
Galang mendorong tubuh Erin hingga tubuh gadis itu keras membentur tembok di belakangnya. Erin meringis, sakit mendera punggung juga belakang kepalanya.
"Kalo lo bisa nyenengin gue, kayaknya bisa tuh lo pulang," bisik Galang yang kini sudah mengunci tubuh Erin.
Dengan tangan mungilnya Erin berusaha mendorong dada Galang. Bukannya menjauh, Erin justru mendengar Galang terkekeh. Menertawakan betapa lemahnya Erin di hadapan dia.
Iblis! Erin telah salah menilai orang.
Siapa pun tolong Erin sekarang!"Pergi." Suara Erin bergetar ketakutan.
Galang mendekatkan wajahnya pada Erin. Erin yang memang sudah siaga langsung menolehkan wajah menghindar.
Galang kembali terkekeh, "Sama Arvin diem aja dicium-cium, kenapa sama gue ngehindar? Santai aja, nggak perlu pura-pura polos di depan gue kok," bisiknya tepat di telinga Erin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eunoia [TAMAT]
Dla nastolatkówNamanya Erina. Bermata bulat, berkulit putih mulus, serta berbadan ideal. Semua setuju bahwa dia adalah definisi dari cantik. Sayangnya dengan wujud bak dewi itu sebenarnya Erin adalah orang yang payah di bidang akademik. Mungkin ini yang disebut Yi...