Why?

146 40 0
                                    

Jeonni pov

"kau gila jeonni"

Benar kata itu memang benar. Aku hanya gadis gila yang mati-matian mempertahankan Pria itu.

Aku hampir saja menjatuhkan benih-benih dipelupuk mata, tapi sebisa mungkin aku tahan.

Kang Seulgi. Pelaku yang mengatakan hal itu dengan sigap memelukku. Seakan dia tau apa yang tengah aku rasakan, pelukannya begitu erat, sehingga tak ada jarak diantara kami.

"Aku tahu kau mencintainya, tapi bukan seperti ini juga caranya." Katanya seolah mencoba menguatkanku.

Dia benar, namun takdir seolah mempermainkan ku, Menjatuhkanku, Bahkan membunuhku. Tapi aku tak bisa sepenuhnya menyalahkan takdir, ini murni kesalahanku juga.

"Oh rupanya kalian disini." Dengan refleks aku dan seulgi menengok kearah suara yang memanggil kami.

Dan seketika itu juga tubuhku menegang, aku takut... sangat. Dapat kami lihat sosok seorang gadis berada diambang pintu. Kemudian gadis itu berjalan mendekati kami, dan saat itu juga tubuhku seolah menjauh.

Seulgi yang menyadarinya melindungiku dengan menarikku ke belakang tubuhnya.

"Tenanglah." Bisiknya padaku. Aku hanya dapat mengangguk, dan menatap gadis itu takut.

Pasalnya gadis itu adalah orang yang sering membullyku disekolah. Orang yang pernah aku anggap sebagai bagian dari keluarga kini seakan menjadi musuh.

"Hey tenanglah aku hanya ingin memberi kalian ini." Gadis itu memberikan Sebuah surat berwarna biru dengan berbagai motif cantik.

"Itu dari Sehun. Dia memintaku memberikannya untuk kalian."

Bae Irene. Memberikan surat itu dan dengan sigap Seulgi mengambilnya. Seulgi membuka surat itu.

Hari terselenggara,

30/05/20××

Syukurlah masih beberapa hari lagi. Aku memberanikan diri menyamakan tubuhku dengan seulgi. "Dan Jeonni." Irene menujukan matanya kearahku, menatapku dengan tajam.

"Periksa ponsel mu itu. Kau tak tahu apa, kalau ada Sunbae yang mengirim pesan ? Tadi dia bertanya padaku. Dan tolong jangan merepotkan." Irene membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan kami.

"Ah ne mianhae irene-a" aku sedikit membungkukkan badanku. Setelahnya irene pergi meninggalkan aku dan seulgi.

"Apakah kau mau datang ke acara ini ?" Tanya seulgi yang membolak balikkan undangan itu. "Ne, kita diundang dan aku rasa kita harus datang." Ucapanku dijawab anggukan oleh seulgi.

"Oke kita datang nanti."

💊💉💊

Sebentar lagi salju akan mulai turun, dan aku harus memakai baju hangat jika keluar rumah.

Namun yang terpenting sekarang, aku harus menyiapkan sarapan pagi ini dan berangkat sekolah. Aku memasak makanan sendiri karena eomma masih demam dan tak ada pembantu dirumah.

Disini eommaku tidak memperkejakan maid. Itu karena Eomma lebih suka memasak sendiri atau kadang memasak bersamaku, mengerjakan pekerjaan rumah juga.

Oke fokus kemasakan, Dengan hati-hati aku memotong sayuran. Kali ini aku akan memasak sup hangat karena cuaca mulai dingin. Dan aku juga tak mau mereka sakit.

Setelah beberapa menit akhirnya masakannya selesai, dengan sigap aku mengambil nasi, mangkuk, dan sendok makan.

"Ah.. lebih baik cepat bangunkan mereka." Aku berjalan menaiki tangga untuk menghampiri ketiga kamar.

Kamar pertama aku membangunkan appa dan eomma, kamar kedua aku membangunkan jihoon, dan kamar terakhir aku membangunkan chanyeol oppa.

Aku hanya sekedar mengetuk pintu mereka, dan pergi kebawah untuk sarapan sendiri. Begitu pula saat aku berangkat dan pulang sekolah.

Itu memang hal biasa bagiku. Setelah makan aku bergegas memakai sepatu dan pergi ke halte bis.

"Ah benar juga, besok aku harus belajar giat untuk ulangan nanti" gumamku saat sudah berada dihalte bis dan meneguk dua kapsul tanpa air.

💊💉💊

Chanyeol pov

Aku sebenarnya sudah bangun sedari tadi, bahkan sebelum gadis itu mengetuk pintu kamarku. Aku hanya tak mau merusak pagi dengan melihat wajahnya.

Kesalahan besar appa tetap mempertahankannya dirumah ini. Gadis tak tahu muka itu harusnya pergi dari rumah.

Aku berjalan masuk kekamar mandi, membersihkan diri, berpakaian, lalu segera berangkat untuk kuliah.

"Chan cepat turun makanannya akan segera dingin." Teriak eommaku dari bawah.

"Nee eomma" jawabku. Aku berjalan dan melewati sebuah kamar, kamar yang tak ditutup sama sekali.

"Ck! Apa anak itu lupa menutup pintu kamarnya ?" Gumamku kesal.

Namun saat aku menutup pintu, pandanganku teralihkan saat melihat tumpukan botol obat yang tergeletak dimeja.

Dan untuk pertama kalinya setelah 3 tahun aku memasuki kamar itu, aku sedikit tersentak dengan foto yang terletak disebelah obat.

Ya... fotoku dan Jeonni yang saling menunjukan senyum pada foto itu. Tapi aku mengalihkan pandanganku dengan segera mengambil botol obat dan membaca tulisan yang tertempel jelas disana.

"Morfin ? B-Bukankah ini termasuk Painkiller jenis opioids ?"

"Morfin ? B-Bukankah ini termasuk Painkiller jenis opioids ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PAINKILLER • OSH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang