Please

139 43 1
                                    

Jeonni pov

Oppa menarikku dengan kasarnya dan menghempaskanku. Membuat kepalaku terbentur meja dan menghasilkan darah segar keluar.

Aku melihat Taehyung berusaha menghentikan namun nyatanya Chanyeol Oppa lebih kuat. "Oh, apa kau Kim Taehyung ? Pria yang berada diBar. Jangan dekat dengannya bila kau masih mau tetap hidup." Taehyung hanya menyerit heran.

Chanyeol oppa kembali meyeretku menuju sebuah kamar yang selalu dikunci. Dan aku tahu kamar apa itu, karena appa sering membawaku kesana.

Taehyung kembali menghentikan perbuatan Oppa tapi sekali lagi tak ada reaksi darinya. Tak ada pilihan lain Taehyung melindungiku dari depan.

"Aku memang tak mengerti apa pun. Tapi kau akan kulaporkan pada kepolisian atas tindakan kekerasan !?!" Teriaknya.

Karena tak bisa berbuat apa-apa Chanyeol Oppa hanya diam. diwaktu itu juga Appa, Eomma, dan Jihoon datang. Mereka melihat dengan pandangan tak percaya.

Jihoon yang baru datang terkejut saat melihat sebuah lukisan. Entah itu lukisan apa karena Jihoon memungutnya dari lantai.

Jihoon memberi tahu pada Appa dan Eomma. Mereka langsung menatap kami seperti meminta penjelasan. kemudian Jihoon mendekatiku tetapi terhalang oleh Taehyung.

"Izinkan aku bicara dengannya, hanya lima menit saja." Ujar Jihoon. Awalnya Taehyung tak mengizinkan tapi aku memaksanya dengan mengatakan 'aku baik-baik saja'

Aku mengikuti Jihoon dari belakang sembari memegang kepalaku yang terasa sangat sakit. Sedangkan Taehyung menatap mereka semua secara intens.

Saat kami sampai dikamar milik Jihoon, dia mulai berbicara. "Noona..." Jihoon memanggilku. Dia memanggilku dengan sebutan Noona sungguh aku rindu dia memanggilku dengan sebutan itu.

"Aku ingin meminta sesuatu pada Noona, anggap saja sebagai hadiah ulang tahunku saat ini." Ujarnya. Aku tersenyum lalu mengangguk setuju.

"Aku meminta Noona bicara pada Oppa kalau kejadian waktu dibar itu adalah ulah Noona."

💊💉💊

Chanyeol pov

Aku menatap remeh pada pria yang kelihatan lebih muda dariku. Begitupun sebaliknya.

Appa dulu pernah bilang padaku kalau Jeonni sempat dekat dengan pria bermarga Kim's ini. Tapi itu dulu saat imurnya masih kira-kira 8 tahun.

"Kau pulanglah ini urusan antara keluarga kami." Ujar Eommaku. Sedangkan yang diajak bicara hanya diam dan tak bergeming sedikitpun.

"Keluarga ? Apakah gadis malang itu kalian sebut keluarga ?" Aku mengepalkan tanganku. Ingin sekali aku meninju rahangnya, baru saja aku berjalan menghampiri Appa sudah menahanku.

"Biar Appa yang urus ini, kau diamlah." Appa langsung maju menggantikanku.

Suasana semakin tegang saat Appa mulai melepas jas kerjanya. Sedangkan Anak itu hanya diam tanpa bergerak sedikitpun.

"Appa... berhenti.."

Refleks kami semua menengok kearah sumber suara. Jeonni datang menghentikan semuanya, aku bernafas lega. aku akui karena Jeonni Appa tak jadi berkelahi dengan si kaparat itu.

"Dan kau Kim Taehyung.. berhentilah seolah kau mengenalku lebih jauh. Kita baru saja berkenalan sekitar dua jam yang lalu."

💊💉💊

Jeonni pov

Taehyung menatapku tak percaya. Aku yang menyadari ekspresinya hanya bisa terdiam dan menariknya keluar dari rumah.

Taehyung tak memberontak, dia seolah melemah dengan apa yang aku katakan tadi. Aku membawanya keluar gerbang rumah, sedangkan yang diusir menatapku seolah meminta penjelasan.

"Taehyung.. terima kasih untuk semuanya. Maaf aku harus melakukan ini, lain kali aku akan menghabisakan waktu bersama, tapi untuk sekarang tolonglah. Tolong anggap aku orang asing untukmu."

💊💉💊

  Setelah Taehyung pergi aku kembali masuk kerumah. Mereka menatapku dingin dan aku mengerti mengapa mereka menatapku begitu.

Bahkan Eomma yang selalu mendukungku pun kini diam. Chanyeol oppa menghampiriku sedetik kemudian dia menampar wajahku. Sakit. Tapi tak lebih sakit yang dia katakan setelahnya...

"Gadis kurang ajar!?! Kau gila ?" Teriaknya. Dan aku hanya bisa menunduk, memainkan jariku, menahan tangis ini.

"Sekarang kami minta penjelasan, jelaskan apa yang kau sembunyikan. Tentang penyakitmu, painkiller, tentang Jihoon, dan tentang lukisan itu." Chanyeol oppa menunjuk pada lukisan yang terkapar dilantai.

Aku melihatnya, lukisan itu, lukisan seorang wanita yang dirantai sembari menangis. Apakah Oppa tak mengerti ? Kalau yang digambarkan disana adalah diriku.

"Penyakit.. aku membohongi kalian tentang itu, aku s-sebenarnya hanya sakit demam biasa. Painkiller, itu bukan painkiller. Itu hanya obat demam biasa."

Eomma menghampiriku lalu untuk pertama kalinya dia memukulku. Aku sudah menduganya, karena aku bukan anak yang dilahirkannya, itulah mengapa rasa sayangnya berbeda untukku.

"Tunggu, izinkan dia menjelaskan dulu." Jihoon menghalang dan memberikan aku waktu.

"Jihoon maafkan aku, aku memfitnahmu saat itu. Mungkin karena aku iri saja padamu sehingga aku memfitnahmu."

Aku memang pandai dalam berekting. Eomma yang tak mau mendengarnya lagi pergi membawa Jihoon yang masih bersikukuh disana.

Aku juga melihat ekspresi Jihoon yang pura-pura kaget itu... terlihat sangat natural. Kepalaku mengangguk pada Jihoon lalu pergi ke bersama Eomma.

"Dan Oppa untuk lukisan itu, benar itu darah manusia." Ucapku yang tak bisa membendung  airmata yang terus mengalir.

"Baiklah, sekarang kita apakan gadis ini ?" Tanya Appa pada Chanyeol Oppa. Tampak Rahangnya sudah mengeras, mata memerah menahan amarah dan jangan lupakan tangan yang sudah ia remas sedari tadi.

Namun Oppa lebih memilih untuk meninggalkan aku dengan Appa. Appa tersenyum padaku dia tersenyum penuh kemenangan.

"Kau lihat ? Bahkan sekarang yang kau sayang pun meninggalkanmu. Jadi, kau tahu apa hukuman untukmukan ?"

"Aku tahu, Appa boleh menghukumku sepuas mungkin. Tapi aku mohon, Besok Kekasihku mengadakan pesta dan aku ingin datang. Appa bisa menghukumku sehari setelah ulangan kelulusan."

"Hahaha.. baiklah, dari dulu kau tak pernah berubah. Kau memang gadis penurut..."

Ig : @erinanoona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ig : @erinanoona

PAINKILLER • OSH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang