Sehun pov
Salju pertama sudah mulai turun.
Tapi tak berpengaruh untuk saat ini. Hari ini dia mengajak aku untuk bertemu, dia memang tak tahu waktu jika memanggilku.
Dengan segera aku melajukan mobilku. Rencananya kami akan bertemu didekat sungai han. Sepertinya sangat penting sehingga dia marah saat ditelfon tadi.
Aku segera turun dari mobil saat aku sudah sampai di tujuan. Aku mencari sosoknya ditempat yang lumayan ramai ini, karena tak berhasil menemukannya aku memutuskan untuk segera mengirim pesan.
To : Love 😚
Kau dimana sekarang ?From : Love 😚
Aku sudah berada disini. Ditempat biasa kita bertemu.To : Love 😚
Baju apa yang kau kenakan ?From : love 😚
Aku menggunakan baju berwarna putih dan celana jeans.To : Love 😚
Baiklah aku akan segera kesana, tunggu aku.From : Love 😚
Oke..Aku mulai berjalan mencarinya kembali, dan tak butuh waktu lama aku menemukannya. Dengan sigap Aku langsung memeluknya dari belakang.
"Kenapa kau memanggilku Darling ?" Ujarku padanya. Membuat yang dipeluk menengok kearah belakang, membuat kedia mata kami saling berhubungan.
"Aiss, diamlah! Aku sedang marah padamu, jangan coba-coba merayuku!" Ujarnya dengan nada kesal. Aku hanya terkikik mendapati wajah imutnya yang sedang kesal.
"Baiklah katakan. Apa yang membuatmu marah padaku ?" Tanyaku dan dijawab helaan olehnya. Dia menatapku kembali, tatapan matanya seperti meminta pertanggung jawaban.
"Apa maksudmu saat mengatakan kau mendekati jeonni karena seulgi ?" Ujarnya melipat kedua tangannya. Dan aku hanya tersenyum, mengacak-acak surainya gemas.
"Dari mana kau tahu ?" Tanyaku penasaran.
"Kau tak perlu tahu." Perkataan mutlaknya semakin membuatku gemas akan dirinya.
"Baiklah-baiklah, Kau tahukan kalau ini hanya rencana kita?" Tanyaku dan dijawab anggukan olehnya. "Aku berbicara seperti itu hanya untuk semakin melukainya. Jadi jangan marah." Tanganku mulai turun mengelus pipinya dan menariknya dalam pelukanku.
"Kau tahu ? Aku hanya mencintaimu. Dan kau juga tahukan sebentar lagi setelah lulus sekolah kita akan menikah." Dia menatapku dengan mata sayunya lalu membalas pelukanku.
"Kalau begitu buktikan." Aku segikit menyerit dengan kata-katanya. Apakah hal ini belum jelas juga ?
"Putuskan dia dihari dimana kau mengadakan perta itu," sesaat aku melonggarkan pelukanku. Menatapnya dengan tatapan bingung.
"Buat dia malu, aku ingin sekali dia merasakan apa yang aku alami," dia kembali menghela nafanya panjang.
" dan jangan lupakan. setelah kita menyelesaikan ulangan kelulusan nanti, aku ingin kau konfirmasi tentang pertunangan kita."
💊💉💊
Jeonni pov
Eonnie menatapku dengan penuh selidik, hasilnya baru keluar setelah hampir setengah jam aku menunggu.
"Bagaimana hasilnya Eonnie ?" Tanyaku agak takut. Tiffany Eonnie menatapku dengan penuh Marah. Dan aku semakin takut saat eonnie membanting hasil lab itu dengan sangat keras.
"KAU INGIN MATI HAH !?" Aku semakin meremas rok sekolahku hingga kusut. Sesaat Hampir saja aku ingin menangis, tapi sebisa mungkin aku menahannya.
"Kau sudah berlebihan! Kalau terus begini kau bisa ovedosis!" Teriaknya lagi. Aku hanya diam, menunduk dan menyesal.
Walaupun aku tahu menyesal sudah tak ada gunanya tapi, kenapa anehnya ada sedikit rasa lega didadaku ?
"Maafkan aku eonnie, aku benar-benar kecanduan obat itu dan-" aku mengganting kalimatku lalu kembali meremas rokku.
"Entah kenapa saat aku meminumnya, rasanya... sangat lega... seperti tak ada masalah yang terjadi. Aku-" belum sempat menyelesaikan kalimatku Tiffany eonnie sudah memeluku.
Seakan-akan dia memberikan ketenangan dan itu berhasil membuat benih-benih keluar dari pelupuk mataku. Sekarang apa yang harus aku lakukan ?
"Eonnie sebenarnya aku ada satu permintaan." Ujarku membalas pelukan itu. Tiffani eonnie terdiam dan aku akan menganggap itu sebagai iya.
"Tolong jangan beri tahu keluargaku tentang hal ini. Terkecuali eomma, eomma sudah mengetahui semuanya... hiks." Aku kembali menangis. Namun dengan sigap tiffany eonnie menenangkanku.
"Baiklah. Tapi Jeonni dengarkan eonnie. Obat itu sangat berbahaya eonnie mohon tolong jangan meminum obat itu lagi... janji ?" gumam eonnie tepat ditelingaku. Aku hanya mengangguk.
Tapi menangguk bukan berarti aku berjanji dan berhenti meminumnyakan ? Aku tak jamin hal itu. Maafkan aku eonnie...
💊💉💊
Chanyeol pov
Perlahan aku meletakan tubuhku pada bangku rumah sakit. Menyandarkan tubuhku pada bangku rumah sakit.
Eomma menangis, dia menutup mulutnya, tak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa...
Dan disaat itu juga secara tak sengaja air keluar dari pelupuk mataku, aku benar-benar frustasi sekarang. Aku mendengar semua pembicaraan mereka lewat sela-sela pintu yang tak terturup rapat.
Kenapa dia selalu menyembunyikan bebannya ? Apakah karena aku terlalu kasar padanya sehingga dia tak mau menceritakan keluhannya ?
Jadi yang dikatan seulgi benar ? Semuanya seakan ditutup dengan rapat. Dia menutup semua itu dengan senyumannya menandakan bahwa iya tak pernah terluka.
Eomma menghampiriku dan memegang tanganku. "Ayo kita kemobil, kita tunggu jeonni disana. Dia ingin menutupinya dari kalian. jadi, eomma mohon anggaplah hari ini tak pernah terjadi," Suara eomma mulai serak akibat terlalu banyak menangis.
"Dia sangat terpukul dengan hal ini. kita tidak boleh membuatnya kecewa dan mengulang memberikan dia luka."
Aku mengangguk, dan kami pun keluar menuju kemobil membiarkannya menyimpan rahasia lagi dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINKILLER • OSH [TAMAT]
Fanfiction[ ORIGINAL VERSION ] [TAHAP REVISI ADA DI ETALASE] [🔞] Intinya, Sehun itu pondasinya. Chanyeol itu kekuatannya. [Up tergantung kalian!] [HANYA VISUALISASI] 🔔 Diwajibkan vomment! [12/02/2019 - 14/12/2019] [Tahap Revisi]