[ ORIGINAL VERSION ] [TAHAP REVISI ADA DI ETALASE] [🔞]
Intinya,
Sehun itu pondasinya.
Chanyeol itu kekuatannya.
[Up tergantung kalian!]
[HANYA VISUALISASI]
🔔 Diwajibkan vomment!
[12/02/2019 - 14/12/2019]
[Tahap Revisi]
"Jeonni kau baik ?!" Suara kai menyadarkanku dari lamunan.
Aku segera mencuci tanganku yang terkena darah itu dan menghilangkannya di wastafel. "Aku baik-baik saja kai."
Kakiku mulai berjalan keluar, dapat aku lihat bagaimana raut wajah kai yang terlihat khawatir. Aku tersenyum dan mengacak-acak surainya.
"Aku baik-baik saja, jangan khawatir." Ujarku padanya. Dia hanya membalas dengan senyuman setelahnya menarikku keluar uks.
"Ayo kita makan, kau belum makankan ?" Saat kai mulai menarik tanganku lagi, aku menghentikannya.
"Bel akan berbunyi, sebaiknya aku kekelas," Kai yang mendengarnya hanya mengangguk walau terlihat sedikit kekecewaan diwajahnya.
"Terima kasih untuk hari ini kai, sudah mau berbicang-bincang denganku. Aku akan menemuimu lagi, bye!" Ujarku lalu berlari menuju kelas.
"Oke bye!" Balasnya sambil melambaikan tangan.
💊💉💊
"Oke anak-anak ibu cukupkan sampai sini, jangan lupa belajar untuk ujian hari senin." Ujar sang guru yang mulai merapihkan buku-bukunya.
Jam pulang sudah berbunyi. Semua siswa berlarian keluar kelas, menyisakan aku yang masih sibuk dengan buku. Sampai ada tangan yang menepuk bahuku.
"Jeonni ayo, tapi kali ini temani aku berbelanja dulu ya!" Ucap seulgi menarik-narik tanganku.
"Iya iya kita pergi, jangan menarik tanganku terlalu keras seulgi-a" ujarku sedikit memajukan bibir.
"Hehehe maaf. Kalau begitu ayo! Hari ini aku bawa mobil, kita akan ke butik." Aku dan seulgi berjalan menuju parkiran.
Dan sampailah kami ditempat parkiran sekolah. Seulgi membukakan pintunya untukku dan aku dengan senang hati langsung masuk.
Kami bercanda disepanjang jalan, banyak cerita yang aku ceritakan padanya, tapi itu rekayasa. Aku tak mungkin mengatakan kalau aku sehabis bertemu dengan irene.
Seulgi paling sensitif jika kami membahas irene. Itu karena tepat beberapa tahun sebelumnya.
Kecelakaan... yang menewaskan sahabat + pacar chanyeol oppa membuatku menyalahkan diriku dan irene juga setuju, bahwa aku penyebab kematiannya.
Sedangkan seulgi terus menentang itu, dengan mengatakan kami bertigalah yang seharusnya disalahkan bukan hanya aku.
Tapi apa boleh buat, itu masa lalu dan kini aku tengah mencoba lembaran baru, walau terkadang ada rasa sesak didada kemudian berakhir dengan painkiller.
Tak terasa kami sudah sampai dibutik, seulgi memarkirkan mobilnya. Aku dan seulgi segera keluar menuju masuk kedalam butik.
_Lotto_
Butik ini... sepertinya pernah aku kunjungi, tempat ini... aku segera menghentikan pergerakan seulgi dengan meraih tangannya. "Seulgi kenapa kesini ? A-aku takut ajuma-" belum sempat aku menyelesaikanucapanku, seulgi sudah memotongnya.
"Tenanglah, aku sudah bicara dengan ajuma Kim dia pasti mengerti. Ayo.." seulgi menarik tanganku menuju masuk kedalam butik. Tempatnya cantik dan tak pernah berubah sesikitpun.
"Ajuma kim!" Teriak seulgi membuatku menatap seseorang diambang pintu. Dan sudah jelas sesosok wanita tua yang masih terlihat cantik berada diambang pintu dengan wajah tersenyum ?
"Kalian sudah tiba ? Ayo masuk aku akan pilihkan Dress yang cocok untuk kalian. Wanita itu mengajak kami masuk dan menyuruh kami untuk duduk di ruang khusus.
"Aku akan membuatkan kalian teh." Ujar ajuma kim seraya tersenyum. Sungguh aku merasa tak mantas duduk disini, ini bukan hal yang benar untuk dilakukan.
Tapi bukankah ini juga kesempatan untuk aku meminta maaf ? Apakah ajuma kim akan memaafkanku ?
"Ini tehnya untuk kalian." Ucap ajuma kim dengan menata teh untuk kami bertiga.
"Sudah lama kalian tak kesini, kalian sudah tak pernah kesini sebelum nae adeul kembali." Ujar ajuma kim sembari meminum tehnya.
"Nae adeul ?" Tanya seulgi heran. "Iya, sebenarnya sudah lama margaku diganti karena aku menikah lagi, hanya saja aku ingin kalian tetap memanggilku ajuma kim itu terdengar lucu." Ucap Ajuma kim sedikit terkekeh.
Aku masih memperhatikan interaksi mereka berdua tanpa mau membuka suara. Rasanya sangat tak pantas seorang pembunuh berani memasuki tempat seseorang yang telahku bunuh.
Apa lagi dia orang tuanya. Aku pantas disebut brengsek untuk ini. Saat aku tengah senang berada diduniaku ajuma kim menpuk dan mengelus kepalaku.
"Kau sudah besar ya.. Jeonni." Ajuma kim terus mengelus kepalaku kemudian berpindah kepipiku. Aku tertunduk menangis tanpa suara dan bergumam kata maaf berkali-kali.
Ajuma kim yang melihatnya memelukku, dia ikut menangis bersamaku. Sedangkan seulgi tersenyum miris akan hal ini.
Deg!
Aku sedikit mendorong ajuma kim, menutup mulutku dan segera mungkin berlari menuju toilet. Aku sudah hafal dengan tempat ini jadi untuk mencari toilet tak terlalu susah. Mereka yang terlihat khawatir menyusulku dari belakang.
"Hoekkk... ukhuk... ukhuk..." aku melihatnya. Ini Darah. Kenapa selalu keluar darah ? Aku segera membilas darah itu, merogoh saku rokku, sekarang yang aku butuhkan adalah painkiller.
Setelah menemukannya aku segera menelannya. "Ukhuk- uhuk" aku memegang dadaku yang terasa sesak.
"Jeonni ?" Aku refleks mematung mendengar suara itu. Aku berbalik, padanganku menuju kearah pintu.
Tak ada yang bisa aku lakukan, sosok wanita itu sudah mengetahui semuanya.
"Eomma ?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.