Chainlet

120 41 0
                                    

"Tears of innocent girls"

Jeonni pov

Jeon. Sebutan itu, sebutan yang sangat aku rindukan.

Sebutan yang tak pernah aku dengar semenjak sepuluh tahun belakangan.

Aku sangat senang walaupun nama itu sangat aneh jika dibaca menggunakan huruf hangul.

"O-oh ada apa Oppa ?" Tanyaku.

Chanyeol Oppa tersenyum, "Coba kau pakai gaun yang kuberikan tadi." Usul Oppa.

Aku mengangguk lalu berjalan menuju kamar, yah.. semua begitu berubah dirumah ini. Dan aku harap Oppa tak mengubah kamarku.

Kalau dia sampai menemukan surat itu, aku tak yakin dia bisa menahan emosinya.

💊💉💊

Chanyeol pov

Aku menatap Jeonni dan terdiam sesaat. Semoga dia tak mencari kertas itu.

Kertas yang dimasukkan ke amplop berwarna kuning yang aku ambil dua hari yang lalu.

Jika kalian menduga aku sudah membacanya itu salah besar. Karena saat aku mengambilnya yang pertama kali terlintas adalah Rumah sakit 'Jin's Hit Hospital Center'

Alamat itu tercantum pada amplop berwarna kuning itu. Dan hari ini aku ingin menjumpai Dokter Hwang dan meminta penjelasannya.

Tapi sebelum itu aku ingin melihat Jeonni menggunakan dress yang aku belikan.

💊💉💊

Jeonni pov

Bayangan cermin menapakkan diriku yang memggunakan dress berwarna putih. Aku tersenyum pada bayangan cermin itu.

Aku jadi terlihat sesikit dewasa dengan penampilan seperti ini.

"Kau suka dress itu ?" Tubuhku menegang mendapati Appa berada dibayangan cermin.

"A-appa.." gumamku.

"Kau tahu.. aku sudah menunggu bagaimana wajahmu ini penuh dengan luka ? Aku ingin mempercepatnya."

Mataku membulat sempurna, "mempercepat ? Tapi, jika dipercepat maka.."

"Kau membantah ?" Tanya Appa dengan nada dinginnya.

"T-tidak.."

Kepalaku semakin tertunduk saat apa mengelus kepalaku. Tubuhku juga ikut bergetar, aku takut. Sangat takut.

"Ayo!" Appa menarik tanganku kasar.

Namun seketika langkah Appa terhenti saat seseorang berada diambang pintu, melihat apa dengan tatapan meminta penjelasan.

"Appa ingin membawanya kemana ?" Tanyanya.

Jihoon. Anak itu memberanikan diri menatap Appa walau aku tahu Jihoon mencoba menyembunyikan rasa takutnya.

"Bukan urusanmu." Jawab Appa singkat.

Jihoon tetap kekeh mencegah Appa keluar dari pintu. Appa yang marah sempat ingin memukul Jihoon tapi sebisa mungkin aku mecegah.

Aku mencegahnya dengan memeluk Jihoon. Memendamnya dalam dekapanku tak akan aku biarkan Appa melukainya sama sepertiku.

"Ingin jadi pembela huh ?" Gumam Appa.

PAINKILLER • OSH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang