Fake

132 41 3
                                    

Jeonni pov

Kini liburan musim dingin akan segera berakhir.

Kakiku melangkah menuju jendala kamar. Menyibak tirai lalu membukanya. Mataku menatap kagum pada serpihan-serpihan salju yang turun.

Cantik. Adalah satu kata yang menggambarkan butiran salju ini. Dan salju ini mengingatkanku pada seseorang, seseorang yang selalu bersamaku. bermain, berlarian, membuat bola salju dan lainnya.

Seulgi, Sohyun, dan Irene. Sebelum kejadian itu terjadi, saat salju turun kami selalu bermain. Terdengar seperti anak kecil memang. Tapi ada satu hal yang perlu kalian tahu, itu adalah masa-masa yang paling menyenangkan.

Tapi sekarang hanya serpihan memori. Serpihan memori yang tak bisa hilang diingatanku.

Setelah kematian Sohyun akibat kecelakan. Ah.. tidak! Itu ulahku. Ulahku yang membuatku harus kehilangan sosok sahabat ceria kami. Dan sekarang yang bisa aku lakukan hanya diam.

Jika aku tak sengaja menyakiti keduanya mereka akan meninggalkanku. Aku yakin Irene masih sayang pada kami, hanya saja hatinya ditutupi rasa benci.

Aku tak pernah sekalipun membenci mereka, mereka sahabatku, dan keluargaku disaat bersamaan.

💊💉💊

Sehun pov

Semua rencana sudah tersusun rapih oleh Irene. Dan aku hanya mengikuti sebagai karakter yang akan memancing karakter lainnya.

Perasaanku sedikit tidak enak terhadapnya. Tapi, apa peduliku. Dia seperti hama yang harus dimusnahkan. Pembuntuh dibalik topeng tersenyum itu.. akanku pastikan dia hancur.

"Kau sudah mengecek semuanya ?" Tanyaku pada gadis yang terlihat cantik dengan kacamata hitam.

"Ya.. kau tunggu saja." Jawabnya.

💊💉💊

Jeonni pov

Setelah kemarin aku pulang dengan Chanyeol oppa. jihoon nampak biasa saja begitu pula dengan Oppa.

Jihoon melihatku juga dengan tatapan kosong seakan tak ada yang terjadi saat itu. Apa dia tak melihatku ? Itu tak mungkin karena aku jelas berada dibelakang pria bernama Kim Taehyung itu.

Walau aku sedikit terdengar seperti pengadu pada chanyeol oppa namun apa boleh buat, ini demi kebaikan jihoon.

Jihoon itu masih dibawah umur, aku takut. Aku takut dia akan lebih hancur dari pada aku. Sudah cukup biar aku yang menerima luka, aku harus menyelidiki apa penyebab jihoon berani berbuat seperti itu.

Secara aku ini kakaknya. Kakak perempuannya. Dia adikku, dan tak akan aku biarkan dia hancur melebihi aku.

💊💉💊

Seketika pandanganku teralihkan oleh Ponsel di meja rias itu. Ponselnya berbunyi. Menandakan pesan masuk.

Aku meraih ponselku mengecek pesan yang masuk. Senyum terukit diwajahku, pikiran buruk itu telah sirna. Dan kini aku akan belajar bagaimana selalu percaya pada seorang sahabat.

From : Seulgi
Mari bertemu di cafe 'Lucky one' aku menunggumu disini. Cepatlah.


Sungguh beberapa hari ini aku sering memikirkan perkataan Irene. Sahabatku itu terkadang sering menyakitiku, namun kali ini lain.. sepertinya dia membohongiku.

To : seulgi
Baiklah, mari bertemu ^^ kita bertemu jam satu ya oke!

Aku berjalan menuju kamar mandi. Walaupun dingin bukan alasanku untuk tak mandi apa lagi bertemu seseorang, aku benarkan ?

Tanganku meraih handuk yang tergantung disebelah kamar mandi. Aku akan segera pergi kesana dengan cepat.

💊💉💊

Chanyeol pov

Jangan menyangka aku tak marah dengan jihoon. Anak itu benar-benar membuatku marah. Apa yang menyebabkan dia berani pergi ke bar itu apa lagi dengan seorang gadis.

Jika Appa mengetahui hal ini maka dia akan habis ditangan appa. Tapi bukan jihoon namanya kalau dia tak menyimpan sesuatu. Semua orang pasti memiliki alasan mading-masing termasuk adik kecilku itu, Park Jihoon.

Aku mengetuk pintu kamarnya membuat sang empu mambuka pintunya. "Eoh hyung. Ada apa ?" Tanyanya sembari mempersilangkan aku masuk.

"Aku ingin bicara serius denganmu, jadi jawab dengan jujur." Ujarku menatapnya dengan tatapan serius. Mata kami saling bertemu, aku bisa melihat kegelisahan dimatanya.

"Apa kau pergi kebar dengan seorang wanita ?" Pertanyaanku berhasil membuatnya bergejolak kaget. "I-itu.." dan benar saja pertanyaanku berhasil membuatnya tergagap-gagap.

Saat aku ingin melontarkan kalimat berikutnya, seorang pria yang agak tua menghampiri kami. "Apa kau tahu hal itu dari jeonni ?" Appa langsung masuk tanpa mengetuk pintu atau meminta izin.

"Buang pikiranmu tentang dia yang baik, disini yang pantas disalahkan itu Jeonni," ujar Appa melipat kedua tangannya.

Aku sedikit bingung dengan perkataannya, bukankah disini Jihoon yang salah, kenapa appa malah menuduh jika Jeonni yang melakukannya ?

"Gadis itu licik. Memanfaatkan kepedulianmu padanya, Jeonni bicara seperti itu untuk memecah belah keluarga kita." Ujarnya sontak membuat aku dan Jihoon terkejut.

"Aku bicara seperti ini karena aku melihat sendiri, bukan Jihoon yang pergi kebar itu tapi, Jeonni dan pria yang bernama Kim Taehyung itu yang melakukannya," jelas appa semakin membuatku meyakini perkataannya.

"Saat itu mungkin dia melihat Jihoon dengan pacarnya sedang berkencan ditaman, sehingga saat kau mempergokinya dia mengatakan kalau itu adalah Jihoon." Appa menghela nafasnya.

Sudah cukup. Wajahku sudah memerah akibat marah, rahangku juga sudah mulai keras.

Sekarang dia sudah berani menipuku, bahkan memfitnah adikku. Gadis itu sama sialannya seperti jalang yang menggoda appaku 18 tahun yang lalu.

 Gadis itu sama sialannya seperti jalang yang menggoda appaku 18 tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PAINKILLER • OSH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang