Chanyeol membuka pintu mansionnya dan akan masuk kedalamnya ketika dia melihat seseorang dari pintu samping mansionnya - tetangganya - keluar. Dia mengurungkan niatnya untuk segera masuk dan mencoba mengenal tetangga barunya itu.
Setelah selama tiga tahun dia pindah ke mansion barunya, dia belum pernah melihat siapa yang tinggal di sampingnya itu. Chanyeol sebenarnya tidak peduli, namun karena kebetulan kini dia dapat bertemu dengannya, Chanyeol rasa dia harus menunjukkan sopan dan santunnya.
Chanyeol baru saja akan menyapannya jika saja mereka tidak saling bertemu lebih dahulu. Dirinya langsung diliputi oleh rasa marah dan benci ketika melihat orang itu.
Baekhyun yang tak sengaja melihat Chanyeol hari itu bersikap tak peduli. Dia menutup pintu mansionnya dan akan pergi dari sana secepat mungkin jika saja lelaki itu tidak meraih tangannya dengan kasar lalu mendorongnya ke tembok.
"Apa yang sedang kamu lakukan disini, hah!?"
Baekhyun membuang napasnya pelan dan berusaha melepaskan tubuhnya dari cengkraman lelaki itu.
"Lepaskan." Perintahnya tegas.
"Jawab pertanyaanku sekarang! Apa yang kamu lakukan di samping mansionku!? Kenapa kamu bisa tahu aku tinggal disini!?" Chanyeol berteriak marah. Ini adalah salah satu mimpi buruknya.
Baekhyun berdecak, "Aku tinggal di samping mansionmu, puas? Aku tidak tahu kamu tinggal disini! Bahkan jika aku tahupun aku takkan memilih rumah itu!"
"Lepaskan aku sekarang juga." Perintah Baekhyun sekali lagi.
Chanyeol mencengkram tangan itu sangat kuat kemudian melepasnya dengan kasar. "Cepat pindah dari sini dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku!" Ujarnya, kemudian dia bergegas masuk kedalam mansionnya.
Baekhyun memegang pergelangan tangannya satu sama lain, menutupi warna merah akibat cengkraman kasar lelaki itu, lalu bergegas menuju lift untuk keluar dari tempat itu.
Kenapa dari sekian banyaknya gedung mansion dan apartemen di Seoul, dia harus bertetanggaan dengan lelaki itu sekarang?
*
Oh Sehun menatap warna merah di pergelangan tangan perempuan itu dengan penuh tanya, dia melirik perempuan itu dan menemukan tanda bahwa dia tidak perlu membahasnya. Dia pun menurutinya.
Baekhyun menarik salah satu kursi yang ada di hadapan Sehun dan duduk disana. Ketika dia sudah duduk, seorang pelayan menghampiri dirinya untuk menanyakan apa yang ingin di pesanannya dan dia memesan segelas es kopi tanpa gula serta hanya satu sendok susu.
"Bagaimana menurutmu daerah pasar kita kali ini?" tanya Baekhyun ketika sang pelayan telah pergi. Dia memandang sejenak interior kafe tempat mereka berada sekarang kemudian menatap Sehun.
"Sesuai target." Jawab Sehun dengan puas. "Tidak terlalu high class atau biasa-biasa saja."
Baekhyun mengangguk puas mendengar itu.
"Bagi mereka yang ingin terlihat high class, ini bisa jadi salah satu caranya, dan untuk yang benar-benar sudah "sendok emas", ini merupakan tempat wajib yang dikunjungi." Imbuh Baekhyun.
"Dan kita sudah memiliki nama yang cukup ternkenal sekarang, itu sangat membantu." Tambah Sehun. "Tidak dapat di pingkiri memang, "nama" itu sebuah barang yang sangat penting."
Pesanannya datang, Baekhyun mengucapkan terimakasih pada si pelayang, kemudian meminum kopinya.
"Oh ya Baek, aku baru saja di hubungi oleh Si Wan, ada yang ingin membantu kita untuk pembukaan selanjutnya, menurutmu bagaimana?"
Baekhyun mengerutkan dahinya. Selama ini ketika mereka membuka cabang baru, tidak ada yang menawarkan diri untuk bekerja sama. Diapun sebenarnya tidak begitu ingin bekerja sama dengan orang lain, jadi meskipun ada yang menawarkan diri, mungkin dia akan tolak.
"Katanya mereka ingin bertemu denganmu dan membicarakannya lebih jelas."
"Kapan?" Tanya Baekhyun.
"Seharusnya nanti besok sekitar jam makan siang, tempatnya di -"
Baekhyun terdiam mendengar nama tempat itu di sebutkan. Dia mengedipkan matanya beberapa kali lalu menatap Sehun dengan raut wajah yang telah berubah menjadi dingin.
"Baiklah. Aku akan datang."
*
Baekhyun mengangkat kepalanya dari menatap lantai lift yang dia pijak ketika suara dentingan pertanda bahwa dia sudah sampai di lantai mansionnya berada. Dia menatap pintu lift yang perlahan terbuka dan akan menggerakkan kakinya saat melihat dua orang yang tak asing dengannya berdiri tak jauh darinya. - di depan pintu mansion lelaki itu.
Baekhyun menghela napasnya lelah kemudian keluar dari lift itu. Baru kali ini dia sangat menyesal memilih suatu tempat yang ada di pojok ruangan. Dia sangat menyesal memilih mansion yang di ujung koridor itu, karena itu artinya dia harus selalu melewati pintu rumah lelaki itu.
Dan sekarang dia harus melewati kedua orang itu untuk sampai di rumahnya.
Baekhyun berlaga seperti mereka tak terlihat. Raut wajahnya sangat datar ketika melewati kedua orang itu, tak menunjukkan rasa benci ataupun ketidak sukaannya.
"Kenapa eonnie ada disini?"
Byun Jin Ah mengeratkan pegangannya pada lengan Chanyeol. Tubuhnya bergetar karena takut dan menahan amarah dengan perempuan yang ada di hadapannya sekarang.
Chanyeok menatap tunangannya itu dan berusaha menenangkannya. Dia tidak akan membiarkan hal yang waktu dulu terulang kembali.
Baekhyun yang sudah di hadapan pintu rumahnya ketika mendengar pertanyaan itu, tak mengacuhkannya. Dia membuka pintu mansionnya segera dan akan masuk kedalamnya ketika dia mendengar sebuah pertanyaan lagi.
"Apakah semua itu belum cukup? Apakah eonni belum puas setelah melakukan itu semua? Kenapa eonnie kembali lagi kesini?"
"Kehadiran eonnie disini membuat semua orang takut, sadarkah itu eonnie?"
Baekhyun mengalihkan pandangannya dan menatap sang adik dengan raut wajah yang tetap sama - datar dan tak peduli - lalu dia bertanya dengan suara dinginnya, "Sudah?"
"Jangan datang ke kehidupan kami lagi. Jangan berkeliaran di sekitar kami." Imbuh Chanyeol yang sejak tadi diam dan menenangkan tunangannya.
Baekhyun melirik lelaki itu sekilas, kemudian menatap adiknya kembali dan membalas perkataan mereka. "Akanku coba."
Baekhyun menarik bibirnya tipis lalu masuk ke dalam mansionnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Italian Whites
FanfictionBaekhyun tidak masalah dengan semua yang terjadi di sekitarnya. Hanya satu yang dia pedulikan. Dan itu adalah lelaki yang membenci dirinya.