8

1.8K 244 7
                                    

Ketika dia membuka matanya kembali entah untuk keberapa kalinya, hal yang terasa oleh indranya adalah bau rumah sakit yang sangat khas kemudian di susul dengan suara alat ciri khas di rumah sakit. Dia menggerakkan bola matanya terlebih dahulu kemudian membuka matanya dengan perlahan.

Dia di rumah sakit.

Benar.

Terbukti dengan napasnya yang terasa lebih ringan dari sebelumnya.

Dia memejamkan matanya kembali kemudian menolehkan kepalanya ke samping kirinya dimana ternyata sebuah kaca besar ada disana.

Langit di luar sana sudah gelap.

Sudah malam.

Atau mungkin bisa jadi pagi.

Sudah berapa hari dia ada disini?

Dia mengerjapkan matanya kembali ketika matanya terasa mulai berat. Dia tidak ingin tidur lagi.

Namun sepertinya dia harus menyerah lagi.

*

Ketika dia membuka mata lagi dengan perlahan, dia melihat wajah yang tak asing di hadapannya.

Bibirnya tersenyum tipis ketika melihat wajah orang itu.

"Kyung - Soo." panggilnya pelan.

Orang yang di panggilnya itu tersenyum lembut kemudian mengelus kepalanya pelan.

"Tidurlah lagi." katanya.

Dia tidak ingin tidur.

Namun matanya mengatakan hal yang sebaliknya.

"Tidak apa Baek, tidurlah, semuanya akan baik-baik saja."

Baekhyun memejamkan matanya kembali menuruti perkataan dokter itu dan kini, dia tidur cukup lama.

*

Dia tidak tahu ini hari apa dan sudah berapa hari dirinya berada di ruangan itu. Yang pasti, dirinya sudah lama berada disini.

Terlalu lama.

Dia tidak menyukainya.

Baekhyun membuka selimut yang menutupi tubuhnya, kemudian melepas masker oksigen, labrl-kabel yang menempel di tubuhnya, serta jarum infus yang ada di tangannya.

Dia bangkit dari ranjang itu, namun detik itu juga dia jatuh karena kakinya tak dapat menopang tubuhnya dengan baik.

Mungkin karena dia sudah lama tertidur sehingga otot-otot kakinya melemah dan tak dapat menahan beban tubuhnya.

Dia meraih kursi dan menjadikannya topangan tubuhnya agar bisa berdiri, kemudian dia mendudukan dirinya di atas ranjang rumah sakit itu.

Sepertinya dia tidak bisa pergi dari sini secepat itu.

Lalu terdengar suara pintu yang di buka, membuatnya mengangkat kepalanya yang menunduk menatap kedua kakinya, dahinya berkerut tidak suka saat melihat siapa yang ada disana. Dia langsung memalingkan wajahnya.

"Bagus sekali, hal yang pertama kamu lakukan ketika sadar sepenuhnya adalah mencoba kabur dari sini ya?"

Kyung Soo menghampiri perempuan itu dengan tatapan menyindirnya, yang tentu saja tidak dipedulikan oleh Baekhyun.

"Kamu tahu sudah berapa lama kamu berada disini? Kakimu belum bisa menopang tubuhmu dulu. Sudah berapa kali hal ini sering terjadi? Kenapa kamu masih saja lupa dengan kebiasaanmu itu?"

"Sudahlah, jangan banyak bicara, kamu tahu sendiri itu tidak akan aku pedulikan. Cepat lakukan tugasmu, dan beritahu aku, kapan aku bisa keluar dari sini? Dan sudah berapa lama aku disini?"

"Berbaringlah dahulu, aku harus memasang kembali apa yang telah kamu cabut sebelumnya, setelah itu aku akan memberitahumu."

Baekhyun dengan terpaksa mengikuti perkataan dokter itu, membaringkan tubuhnya kembali di atas ranjang.

Dua orang suster yang mengikuti dokter itu langsung melakukan tugasnya untuk memasang kembali peralatan yang sebelumnya di pakai oleh perempuan itu.

"Apakah kamu merasa tidak sakit melepas infusanmu begitu saja? Lihat darah yang mengalir dari tempatnya sebelumnya."

Baekhyun melirik tangannya yang sebelumnya menjadi tempat selang infusannya berada. Memang ada darah disana, namun dia tak merasakan apapun saat mencabutnya.

"Aku tidak merasakannya."

Kyung Soo diam mendengar itu, kemudian menatap kedua suster yang telah mengerjakan tugasnya, "Kalian bisa pergi duluan."

"Baik Dokter."

Kyung Soo mengawasi para suster itu ketika keluar ruangan. Setelah pintu kamar itu di tutup kembali dan menyisakan mereka berdua yang ada di ruangan itu, dia mengalihkan pandangannya menatap perempuan itu.

"Kenapa kamu tak memberi tahuku? Sejak kapan kamu tidak bisa merasakan sakit seperti ini?"

Baekhyun mengerutkan dahinya, "Entah, aku baru menyadarinya juga sekarang."

Kyung Soo menghela napasnya, kemudian mulai mengecek keadaan perempuan itu sesuai dengan prosuder.

"Aku ingin kita bicara soal ini nanti, aku akan menjelaskan kondisimu sekarang terlebih dahulu."

Baekhyun mengangguk.

"Kamu sudah berada disini hampir dua minggu. Kamu ditemukan olehku ketika ingin melihat keadaanmu karena aku dengar, paman dan bibi serta Jin Ah dan  Luhan pergi ke Jepang untuk beberapa urusan, dan aku yakin kamu tak di ajak oleh mereka, jadi aku memutuskan untuk melihat keadaanmu bagaimana." Jelas Kyung Soo.

"Aku perkirakan kamu jatuh dua jam sebelum aku datang ke rumahmu. Untungnya kamu tidak terluka terlalu parah dan hanya mengalami gagar otak ringan. Meskipun begitu, aku ingin kamu memberitahuku jika kamu merasa mual, pusing, dan demam sejak mulai sekarang. Kapapun dan dimanapun, mengerti?"

"Kenapa? Itu hanya gagar otak ringan." Timpal Baekhyun tak terima.

"Meskipun begitu kita harus selalu berjaga-jaga."

Kyung Soo menghembuskan napasnya ketika melihat Baekhyun memutar matanya tidak peduli.

"Baekhyun, meskipun aku bilang padamu anggap saja kita sepasang sahabat, namun aku ingin kamu tidak menghilangkan sopan santunmu pada orang yang lebih tua. Masih ingatkan aku lebih tua darimu empat tahun, dan aku kakak sepupumu?"

Baekhyun mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan sang dokter.

Kyung Soo sekali lagi menghela napasnya.

"Aku belum mengabari siapapun seperti biasanya. Baik orang tuamu, suadaramu, pekerja rumah, ataupun teman baikmu itu."

Baekhyun mengangguk dan mengucapkan terimakasih karena Kyung Soo mengikuti permintaannya sejak dulu.

"Aku membawakan ponsel dan semua kebutuhanmu." Kyungsoo mengeluarkan ponsel yang ada di dalam saku snelinya dan memberikannya pada Baekhyun, lalu menunjuk sebuah almari kecil di ujung ruangan itu. "Pakaian, dompet, semuanya telah ada disana."

Kemudian menatap Baekhyun kembali.

"Aku akan menagih hutang penjelasanmu nanti, sekarang aku harus melanjutkan pemeriksaanku."

Baekhyun mengangguk, "Aku mengerti, aku mengerti, sudah sana cepat pergi."

Kyung Soo menarik kedua sudut bibirnya tipis, kemudian pergi dari ruangan itu.

"Sampai kapan kamu tidak akan memberitahu hal ini pada siapapun?"

Baekhyun menyipitkan matanya dan menatap Kyung Soo dengan tajam.

"Apakah aku harus mengingatimu lagi janjimu?"

Kyung Soo mendengus, kemudian menutup pintu kamar itu yang telah di bukanya setelah keluar dari sana.

Italian WhitesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang