Chanyeol menghentikan lari paginya ketika mendengar pekikan kecil, dia menatap sekelilingnya dengan mata yang memicing karena langit masih gelap di waktu setengah lima pagi itu. Dia memutuskan untuk melangkahkan kakinya mendekati daerah tangga yang sudah di lewatinya. Raut wajahnya langsung berubah mendingin ketika melihat siapa yang jatuh itu.
Baekhyun yang jatuh dari tangga yang di pijaknya, langsung berdiri dari posisinya yang tersungkur di beton jalan bawahnya. Dia menatap sekitarnya dan tak sengaja pandangannya bertemu dengan lelaki itu. Hatinya menggerutu dan dia menghela napasnya.
Seharusnya dia jangan sok-sok-an ingin lari pagi hari ini ketika dirinya tak sering melakukan itu.
Chanyeol melanjutkan larinya dan tak mempedulikan perempuan itu.
Baekhyun menghela napasnya lagi dan bersyukur lelaki itu perlahan menjauh darinya. Dia menatap sekitarnya kemudian menatap arah lelaki itu pergi. Mungkin dia harus mengambil jalur yang sama sehingga mereka tidak akan berpapasan, jika dia mengambil jalur yang sebaliknya, mungkin akan beberada.
Baekhyun menghela napasnya - lagi - lalu dia mulai berlari kecil.
*
Chanyeol telah selesai berlari dan dia kini sedang berjalan santai masuk kembali ke gedung mansionnya. Dia menekan tombol panah atas pada samping pintu lift lalu menunggu pintunya terbuka.
" - Terimakasih Pak."
Chanyeol berusaha untuk tidak memalingkan wajahnya saat mendengar suara yang di kenalnya itu.
Pintu lift terbuka.
Chanyeol langsung masuk kedalam lift dan menekan tombol lantai mansionnya.
Baekhyun membungkukkan badannya berterimakasih pada satpam penjaga yang telah membantunya.
Baekhyun menurunkan tangannya yang memegang handuk di bawah dagunya. Dia tatap handuk yang tadinya berwarna putih itu kini telah memerah sebagian.
Apakah dagunya robek?
Dia harus masuk ke mansionnya dan mengobati lukanya ini sebisanya laku menghubungi Kyung Soo.
Baekhyun menekan handuk itu ke bawah dagunya dengan keras lalu berlari menuju pintu lift yang akan menutup.
"Tunggu!" Serunya.
Dia harap tak bertemu dengan Chanyeol nantinya.
Chanyeol yang mendengar seruan itu berdecak dan mau tak mau dia menahan pintu lift yang akan tertutup itu. Tak lama kemudian dia melihatnya masuk dan dahinya langsung berkerut dalam saat melihat apa yang sedang di lakukan perempuan itu.
Baekhyun yang masuk tanpa melihat siapa yang di dalam lift itu terkejut saat melihat Chanyeol yang berdiri di dekat tombol lift. Dia ingin menurunkan tangannya yang memegang handuk di bawah dagunya dan menghindar, namun dia tahu itu percuma.
Chanyeol berusaha untuk terlihat tenang, dia mengepalkan tangannya lalu memalingkan wajahnya. Dia tidak ingin peduli pada perempuan itu.
Baekhyun memojokkan tubuhnya semakin jauh dari Chanyeol. Dia merasa sangat tak nyaman dan ingin sekali keluar dari lift itu sekarang juga. Udara disini seolah-olah ingin mencekiknya karena hawa yang di keluarkan lelaki itu. Dia tahu, Chanyeol sedang marah - sangat marah. Meskipun ekspresi amarah itu tak terlalu di tunjukkan olehnya.
Tak lama kemudian mereka sampai di lantai tempat mereka tinggal. Baekhyun langsung keluar secepat mungkin dari sana dan masuk ke dalam mansionnya. Dia harus menutup luka itu agar Chanyeol puas dan tak peduli lagi padanya.
Ah, dia memang tidak pernah peduli padanya.
Baekhyun berlari menuju kamar mandinya setelah dia menutup pintu mansionnya kembali. Dia meletakkan handuk yang menutupi luka itu ke pinggur wastafel kemudian dia menatap luka yang menganga di bawah dagunya.
Dia tidak merasakan sakit, namun ketika melihat lukanya itu dia langsung merasa ngilu dan merinding.
Baekhyun menyalakan keran air wastafelnya kemudian mengambil sejumput air dan membersihkan lukanya itu. Setelah dia rasanya cukup bersih, dia mengambil handuk lain yang ada disana dan menggunakannya untuk menutup luka itu. Darahnya masih keluar cukup banyak.
Baekhyun menatap sekitar ruang tengahnya ketika dia keluar dari toilet. Dia coba mengingat dimana kotak kesehatannya berada.
Kakinya langsung melangkah menuju dapur dan mencarinya di setiap laci dan lemari, namun dia tak menemukannya. Lalu dia pergi menuju kamarnya dan tak menemukan apapun selain hanya ada tempat tidur dan kopernya yang ada di sana.
Apakah dia tidak punya kotak kesehatannya?
Baekhyun berdecak kesal ketika memikirkan itu. Dia turun kembali menuju ruang tengah lalu pergi ke kamar mandi dan mengambil beberapa handuk.
Dia harus menguhubungi Kyung Soo dan pergi ke rumah sakit.
*
"Aku tahu akan begini."
Chanyeol yang sejak tadi menunggu di depan pintu rumah perempuan itu menarik tangan itu dan membawanya masuk ke dalam rumahnya.
Baekhyun yang masih dalam keadaan terkejut ketika melihat Chanyeol berdiri di hadapannya pintu rumahnya hanya dapat mengikuti lelaki itu.
Ini kedua kalinya dia masuk ke rumah itu.
Chanyeol mendudukan Baekhyun di sofa dan mereka duduk saling berhadapan. Dia meraih handuk yang di pegang oleh perempuan itu di bawah dagunya lalu menyingkirkannya, matanya menyipit ketika melihat luka cukup besar perempuan itu.
"Bagaimana bisa kamu biasa-biasa saja saat lukamu sebesar ini?"
Baekhyun tak menjawab pertanyaan itu dan sepertinya Chanyeolpun tak mengharapkan jawabannya karena lelaki itu telah pergi entah kemana.
Baekhyun menatap sekelilingnya. Desain rumah ini tidak beda jauh dengan desain rumah lelaki itu yang dulu. Hanya lebih luas dan banyak tanaman.
Mungkin itu karena Jin Ah. Adiknya itu suka tanaman.
Wajar saja jika begitu, karena tak lama lagi mereka akan menikah juga, nereka pasti akan tinggal disini.
Chanyeol tak lama kemudian kembali dengan beberapa kotak di tangannya. Baekhyun mengerutkan dahinya kecil ketika melihat apa yang ada di dalam kotak itu ketika Chanyeol membukanya.
Tanpa mengatakan apapun atau menjelaskan apapun, Chanyeol melakukan apa yang harus dia lakukan. Pertama dia membersihkan luka itu, kemudian memberikannya bius lokal. Setelah itu dia melakukan operasi kecil untuk menjahit luka itu.
Baekhyun tak tahu bahwa lukanya itu harus dapat operasi kecil seperti ini.
Chanyeol menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan hal terakhir yang di lakukannya adalah menutupnya dengan pembalut luka
"Aku bisa meminta Kyung Soo untuk melakukannya." Ujar Baekhyun ketika selesai di obati.
"Jika sekarang aku bisa melakukannya, kenapa tidak?" Jawab Chanyeol sambil membereskan perlatannya.
"Tapi bukankah kamu terpaksa melakukan ini? Karena jiwamu sebagai dokter itu."
"Jika kamu tahu, kenapa muncul di hadapanku seperti itu?" Chanyeol menatapnya tajam.
"Aku tidak tahu kamu ada disana, jika akupun tahu, aku takkan masuk kesana."
"Oh, jadi kamu tidak suka aku melakukan hal ini? Ketahuilah Byun, akupun benci melakukan ini!"
"Kalau begitu jangan melakukannya lagi! Jika kamu melihat aku terluka lagi, jangan melakukannya! Jangan peduli padaku!"
"Peduli!? Aku tidak pernah peduli padamu! Sejak dulu hingga sekarangpun aku tidak pernah peduli! Ingat itu!" Chanyeol mengambil napasnya dalam, "Pergi!" desisnya dingin.
Baekhyun berdiri dari duduknya kemudian berjalan menuju pintu keluar rumah itu. Dia meraih gagangnya kemudian mendorongnya keluar.
"Eonni?" Jin Ah terkejut ketika melihat Baekhyun keluar dari rumah Chanyeol. Matanya langsung bergerak risau dan berbagai pikiran masuk ke benaknya.
Tidak. Tidak mungkin. Jangan, tolong jangan terulang lagi seperti waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Italian Whites
FanfictionBaekhyun tidak masalah dengan semua yang terjadi di sekitarnya. Hanya satu yang dia pedulikan. Dan itu adalah lelaki yang membenci dirinya.