17

1.8K 224 8
                                    

Baekhyun bergegas lari menuju dapurnya tanpa melepas sepatunya terlebih dahulu sesaat dia sampai di mansionnya. Mual yang di tahannya sejak selesai acara makan malam itu akhirnya dia keluarkan di bak cuci piring. Makanan yang dimakan sebelumnya langsung keluar semua tanpa henti. Baekhyun menyalakan keran airnya ketika mualnya berhenti sejenak, dia mengkumur-kumur mulutnya dan membuang airnya ke bak.

Mualnya belum hilang.

Baekhyun memegang apapun yang bisa jadi topangannya. Kakinya terasa sangat lemas dan dia sangat lelah.

Dia mengeluarkan isi perutnya lagi yang kini keluar hanya tinggal cairannya.

Tangannya yang menopang tubuhnya mulai hilang kekuatan. Dia menjatuhkan dirinya dengan perlahan ke kitchen setnya dan mengatur napasnya yang berantakan.

Dia harus menghubungi Kyung Soo.

Atau Sehun.

Dia harus meminum obatnya.

Atau tidak perlu meminumnya.

Baekhyun membaringkan tubuhnya dengan perlahan di lantai dan matanya mulai menutup dengan pelan. Dia merasakan kesadarannya mulai mengilang.

Baekhyun memejamkan matanya dan menjemput kegelapan yang perlahan menyelimutinya.

*

Chanyeol mengerutkan dahinya ketika dia keluar dari lift. Ada sebuah ponsel yang jatuh di sekitar daerah pintunya. Dia mengambil ponsel itu lalu menyalakan screennya.

Chanyeol terdiam ketika melihat foto yang dijadikan locksreen di ponsel itu. Itu adalah dirinya yang sedang membaca buku samabil duduk pada sofa dekat jendela kamarnya di rumahnya yang dulu. Dia langsung tahu siapa pemilik ponsel itu.

Chanyeol dengan enggak berjalan menghampiri pintu rumah perempuan itu lalu menekan bel rumahnya.

Dia menunggu dan memunggu, namun tak ada tanda-tanda pintu itu akan di buka.

Dia memencet bel rumah itu berkali-kali lalu menggebrak pintunya sambil menyerukan nama perempuan itu.

"Baekhyun! Byun Baekhyun!"

Tak ada jawaban.

Dia menekan intercome berulang kali dan tetap sama seperi sebelumnya.

Dahinya berkerut dalam - sial, ini merepotkan - dan dia terus menekan bel mansion itu cukup lama hingga akhirnya dibuka.

"Apa yang sedang kamu lakukan hingga membuka pintu rumahmu sendiri sangat lama!?" Tanya Chanyeol dengan kesal ketika akhirnya pintu rumah itu dibuka.

Baekhyun tak menjawab pertanyaan itu, dia malah mengecilkan matanya dan menatap bingung Chanyeol.

"Ada apa?" tanyanya dingin.

Chanyeol menyodorkan ponsel perempuan itu, "Jatuh dekat pintu rumahku."

Baekhyun mengambil ponselnya, "Trims." Lalu mereka bertatapan. "Ada lagi?"

Chanyeol menatap perempuan itu dari atas hingga bawah. Dia tahu ada yang tidak beres dengan perempuan itu, namun dia menahan dirinya untuk bertanya. "Ingat dengan perkataanku sebelumnya, kan? Jangan membuatku merasa kasihan padamu, Byun. Kamu orang yang tak pantas dikasihani. Orang jahat sepertimu, tak pantas di kasihani."

Baekhyun tersenyum miring mendengar itu.

"Aku masih mengingatnya dengan jelas." Jawabnya. "Jadi, bisakah kamu pergi sekarang, agar kamu tak merasa kasihan padaku?"

Chanyeol menatap Baekhyun sekali lagi dengan pandangan menilai, kemudian dia berlalu masuk ke dalam mansionnya.

Ketika suara pintu di tutup dari tetangganya terdengar, Baekhyun menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Semua sisa kekuatan yang sejak tadi dipaksakan untuk hadir di tubuhnya langsung menghilang ketika lelaki itu tidak ada. Matanya terasa memberat kembali dan semuanya mulai menghitam.

Ada satu hal yang terlintas di benaknya ketika kesadarannya belum menghilang semua.

Dia harus menutup pintu rumahnya.

Dia harus menutup pintunya agara Chanyeol tak melihat keadaannya nanti.

Dia harus menutup pintunya cepat.

*

Chanyeol yang sudah masuk ke rumahnya, berjalan menuju kitchen set dimana dia meletakkan kotak kesehatannya. Dia mengambil kotak itu dan beberapa ice pack yang ada di lemari pendinginnya, lalu keluar dari rumahnya.

Ketika pintu rumah perempuan itu di buka dan perempuan itu muncul, Chanyeol terkejut melihat keadaan perempuan itu. Wajahnya pucat, dan bibirnya sedikit membiru. Dia berusaha untuk tidak peduli dengan keadaan perenpuan itu dan berusaha secepat mungkin kembali ke mansionnya agar rasa peduli itu cepat hilang, namun dirinya tak dapat menahan jiwa kedokterannya.

Chanyeol mengerutkan dahinya ketika dia telah keluar dari mansionnya dan melihat pintu rumah perempuan itu masih terbuka. Dia menutup pintu mansionnya dengan cepat kemudian berlari ke pintu rumah perempuan itu.

"Baekhyun!"

Chanyeol terkejut ketika melihat tubuh perempuan itu tepat di samping pintu. Dia berusaha menyadarkan perempuan itu dengan terus memanggil namanya dan mengguncang tubuhnya, namun tak ada tanggapan.

Chanyeol menyelipkan tangannya ke balik leher serta lutut perempuan itu kemudian membopongnya masuk kedalan rumah. Langkahnya langsung terhenti ketika dirinya sampai di ruang tengah - terkejut ketika melihat keadaan ruangan itu kosong tak ada apapun. Diapun langsung melanjutkan langkahnya menuju lantai dua dan membuka salah satu kamar yang ada di sana - beruntung kamar itu mempunyai tempat tidur, diapun langsung masuk dan meletakkan Baekhyun di atasnya.

Chanyeol bergegas kembali ke pintu depan rumah itu dan mengambil kotak kesehatannya sambil menutup pintu itu, lalu pergi ke kamar itu lagi.

Hal yang pertama dia lakukan adalah mengecek suhu badan perempuan itu dengan tangannya. Dia merasakan badan perempuan itu sangat panas, kemudian dia mengambil termometer badan di kotak kesehetannya dan mengecek suhu perempuan itu.

"Tiga puluh sembilan." Chanyeol meletakkan termometer itu, kemudian melakukan pertolongan pertama yang dia bisa.

*

Baekhyun terbangun dari ketidak sadarannya saat rasa mual itu tiba-tiba muncul. Dia langsung memiringkan tubuhnya dan mengeluarkan semua isi perutnya, lalu terbatuk ketika rasa tak mengenakkan itu menyebar ke seluruh mulutnya.

Suara pintu yang di buka membuat dia mengangkat kepalanya dengan payah. Dia sedang sangat menyedihkan dan menjijikan sekarang, siapa yang datang?

Chanyeol yang barus saja keluar sebentar untuk membuat bubur terkejut melihat Baekhyun yang sudah bangun dan sedang membungkukkan badannya. Dia menatap ke lantai dekat perempuan itu, lalu bergegas menghampirinya.

"Masih mual?" Chanyeol memijat tungkuk perempuan itu, membantunya untuk mengurangi rasa mual.

Baekhyun mengubah posisinya kembali ke semula lalu menutup matanya kembali. Dirinya sangat lelah dan tidak nyaman, jadi dia tak dapat mengatakan apapun atas kehadiran Chanyeol di rumahnya.

"Istirahatlah, aku akan tetap disini."

Dia mendengar perkataan lelaki itu di tengah-tengah kesadarannya yang perlahan menghilang. Dia menjangkau tangan lelaki itu dan memegangnya dengan erat.

"Maaf."

Chanyeol hanya dapat diam mendengar kata itu. Dia menatap perempuan itu dengan dingin lalu melepaskan genggaman tangan itu dengan kasar. Rasa marah dan benci yang terpendam sebelumnya kini muncul ke permukaan dan menyelimuti dirinya.

Chanyeol tersenyum miring mendengar itu, lalu bertanya "Maaf atas apa?"

"Maaf atas mencoba mencelakai Jin Ah dan membuat kami hampir kehilangannya tiga tahun yang lalu?"

"Atau maaf atas kebakaran yang terjadi karena kamu tidak menurut pada para penculik waktu itu?"

"Atau maaf karena telah menyusahkanku sekarang?"

Italian WhitesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang