Dia yang mengingkannya pergi.
Namun dia juga yang mengingikannya untuk tetap ada di sampingnya.
*
Swiss, 12 Januari
Malam hari ini, salju pertama turun.
Baekhyun merasa sangat senang karena dia dapat melihat salju pertama turun sebelum kematiannya esok hari sesuai rencana yang telah dia buat dengan Kyung Soo - meskipun dia serasa hampir membeku karena dinginnya udara. Bahkan penghangat ruangan dan selimut yang dipakainya tak bisa membuatnya sedikit merasa nyaman, sehingga perapianpun terpaksa dinyalakan. Merekapun duduk di hadapan perapian dengan sofa yang telah di tarik lebih dahulu untuk dekat dengan hawa hangat api.
Ya, mereka.
Baekhyun dan Chanyeol.
Chanyeol mengeratkan pelukannya pada tubuh Baekhyun yang berada di dalam dekapannya dan mengecup kepala bagian belakang perempuan itu lama.
Ini adalah hari ke tiga dia berada di tempat perempuan itu setelah memutuskan untuk pergi menyusulnya.
Terimakasih kepada ibunya yang terus membulatkan tekadnya.
Chanyeol menyusupkan wajahnya ke perpotongan leher serta bahu perempuan itu dan mengendus aroma tubuh Baekhyun dengan dalam.
"Apakah sudah hangat?" bisiknya pelan.
"Ya, terimakasih Chanyeol."
Baekhyun memalingkan wajahnya sedikit untuk menatap lelaki yang ada di belakangnya dan mereka bertatapan.
Chanyeol mengecup ujung bibir perempuan itu lalu menyusupkan kembali kepalanya ke leher perempuan itu.
Perempuan itu sangat kurus.
Ketika dia melihat kembali perempuan itu tiga hari yang lalu, hatinya sangat sakit melihat kondisi tubuh perempuan itu.
Tak ada yang bersisa - hanya ada tulang yang dibalut oleh kulitnya.
Dirinya yang kecil semakin mengecil.
Baekhyun menundukkan kepalanya ketika melihat pergerakkan kecil dari Chanyeol yang meraih tangannya.
Chanyeol menyelipkan jemarinya kedalam tangannya dan menggenggamnya dengan erat.
Baekhyun menatap itu dengan sendu.
Dulu dia akan membalas cengkraman Chanyeol pada tangannya.
Namun sekarang dia tidak bisa.
Tangannya sudah tak bisa bergerak lagi.
"Tubuhmu dingin." ujar Chanyeol
"Benarkah?"
Chanyeol mengangguk.
Tangan perempuan itu sangat dingin.
Dia melepas genggamannya pada tangan perempuan itu lalu memindahkannya ke pergelangan tangannya.
Denyut nadinya mengecil.
Chanyeol mengusap tangan Baekhyun lalu mempererat pelukannya.
Tubuh Baekhyun semakin mendingin.
Padahal dia sudah melakukan semua hal yang dapat menjaga suhu tubuh perempuan itu agar tetap normal, namun tidak ada perubahan.
"Bagaimana kabar Bibi?" tanya Baekhyun.
"Dia sekarang sibuk dengan kafe yang kamu buat."
"Bibi pasti sangat kesusahan."
"Kamu seperti tidak tahu saja bagaimana dia."
Baekhyun tertawa kecil mendengar itu.
Ya, Park Hye Jin tidak akan merasa kesulitan dengan mengurus satu cabang kafenya yang ada di Korea itu.
"Apakah Kyung Soo akan kembali?"
"Tidak, dia akan bersama dengan Jongin untuk merayakan ulang tahun lelaki itu." jawab Chanyeol.
"Ah ya, dia sekarang ulang tahunnya ya?"
Chanyeol mengangguk.
"Aku merasa tidak enak karena belum mengucapkan selamat padanya."
"Aku yang akan mengatakannya nanti."
"Kalau begitu, apakah kamu bisa mengatakannya juga pada Kyung Soo?" Baekhyun memalingkan wajahnya dan menatap Chanyeol yang ada di belakangnya. "Aku tak bisa mengatakannya karena aku tidak akan ada disini."
"Bagaimana jika diundur saja kalau begitu?" Chanyeol menatap Baekhyun penuh harap. Dia ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengannya. Dia ingin mebghabiskan waktu yang cukup normal untuk mereka. "Setelah Kyung Soo ulang tahun, kamu dapat melakukan apapun yang kamu inginkan." Chanyeol berharap Baekhyun akan setuju.
Namun perempuan itu menggelengkan kepalanya dan menyandarkan punggungnya semakin dalam pada dada Chanyeol.
"Chanyeol-"
"Aku ingin tidur."
Chanyeol mengangguk dan mengecup puncak kepala Baekhyun. Dia meraih tangan perempuan itu dan menggenggamnya.
"Baekhyun-"
"Hmm?"
"Aku mencintaimu."
Baekhyun tersenyum tipis mendengar itu, "Aku tahu."
"Apakah kamu ingin aku menghubungi Paman dan Bibi Byun?"
Baekhyun menggeleng pelan.
"Pasti disana sudah sangat malam, kita hanya akan mengganggu mereka."
"Mereka tidak akan datang."
"Aku tahu."
"Kamu tidak masalah?"
"Selama kamu ada disini, itu tidak masalah."
"..."
"..."
"Baekhyun?"
Baekhyun bergumam kecil menjawab panggilan itu dengan sebisanya.
"Aku mencintaimu."
"..."
"..."
"Baekhyun?"
"..."
"..."
"..."
Chanyeol menenggelamkan wajahnya pada kepala perempuan itu dan menarik napasnya dalam.
Tangan yang ada di genggamannya semakin dingin.
Dada perempuan itu bergerak mengembang dan mengempis sangat lambat.
"Baekhyun."
Suara kayu yang terbakar di perapian menyebar keseluruh ruangan tempat mereka berada sekarang.
Chanyeol menarik pelan tubuh itu semakin dalam ke tubuhnya dan memeluknya dengan lembut.
"Baekhyun."
"..."
"Aku mencintaimu."
*
Ruangan itu sangat hangat.
Namun dia dapat merasakannya dengan jelas.
Bagaimana tubuh itu perlahan menjadi dingin.
Dingin seperti hawa yang dia rasakan sebelumnya.
Tubuh yang sebelumnya hangat kini telah membeku.
Dan denyut pelan yang masih ada sebelumnya.
Kini telah menghilang.
Dada yang bergerak perlahan sebelumnya.
Kini telah berhenti bergerak.
Di malam hari pertama salju turun.
Dia pergi ke atas langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Italian Whites
FanficBaekhyun tidak masalah dengan semua yang terjadi di sekitarnya. Hanya satu yang dia pedulikan. Dan itu adalah lelaki yang membenci dirinya.